Prologue

167 29 22
                                    

SUDAH DIREVISI

   Siang telah berganti malam. Matahari yang semula berada tepat di atas langit perlahan merangkak turun digantikan oleh rembulan yang perlahan mulai menampakkan sinar keperakkannya.

   Para warga kota Sakura segera memasuki rumahnya masing-masing. Bagi warga kota Sakura, malam adalah waktu bagi para makhluk tak kasat mata dan para arwah untuk beraktivitas. Waktu itu, kota Sakura masih dikuasai takhayul.

   Di kota Sakura, terdapat beberapa gang yang dipercayai merupakan tempat tinggal para makhluk halus itu. Konon katanya, pada malam hari di beberapa gang tersebut akan terdengar suara tangisan perempuan dan anak-anak juga suara tertawa para segerombolan pria.

   Seperti sekarang, terdengar suara isak tangis seorang anak perempuan. Namun, dia bukanlah makhluk halus atau arwah-arwah seperti yang dipercayai oleh para warga tersebut. Dia adalah seorang anak perempuan  berkisar 7 tahun yang menangis. Dia memangku kepala seorang anak laki-laki seusianya yang berlumuran darah. Leher anak laki-laki itu nyaris putus dari tubuhnya.

  Tangisannya yang begitu menyayat hati terdengar menggema di lorong gang yang sepi. Sebuah tangisan pilu dan penuh dendam. Matanya menatap tajam segerombolan polisi yang sedang tersenyum mengejeknya. Seorang polisi yang termuda di antara mereka menghampirinya dan menatap sinis ke anak itu.

   " Jadilah anak yang baik jika kau tak ingin bernasib sama dengan temanmu itu. " katanya.

Tiba-tiba anak perempuan itu tertawa dengan keras. Mimik sedih dan tangis yang tadi terhias di wajahnya seketika menghilang dan di ganti dengan mimik sinis.

   " Kalian juga... Jadilah anak yang baik. Karena ......... " Anak itu tak melanjutkan ucapannya.
   " Karena apa? " Ejek para polisi tersebut..

Anak itu tidak menjawab. Namun tangannya merogoh sesuatu di dalam saku bajunya dan tersenyum miring.

   " Karena kalian akan ku antar ke neraka! "

Dia mengibaskan tangannya dan seketika itu juga, leher para polisi tersebut jatuh dan menggelinding di tanah disertai tawanya yang mengerikan.

              BERSAMBUNG

Halo, ceritanya udah aku panjangin dikit, nih. Sesuai saran kak @Pine_Oktatia.Gimana? Bagus, nggak? Kasih saran dan kritiknya, ya. Yang baca, ingat! Voment, ya.

Salam hangat,
Elisabeth Henrika

Killer Girl & Killer PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang