Kucing Hitam

1K 131 3
                                    

"Arshyan!"

Seorang bocah laki-laki berlari ke arah dapur, menghampiri seorang wanita yang terlihat marah.

"Aku sudah memanggilmu sejak tadi. Kenapa kau baru menghampiri?" Wanita berambut cokelat itu berkacak pinggang.

"Maaf, Ibu. Aku baru sampai rumah." Bocah laki-laki itu menunjukkan sebuah keranjang yang penuh dengan sayuran.

"Kau lihat?" Wanita itu menunjuk tumpukan kayu yang sudah menipis. "Persediaan kayu untuk memasak hampir habis. Cepat kembali ke hutan dan ambil kayu untuk persediaan besok."

Arshyan mengangguk. Setelah meletakkan keranjang berisi sayuran, ia bergegas keluar rumah, mendorong sebuah gerobak kecil yang biasa ia gunakan untuk mengambil kayu di dalam hutan. Hari semakin sore, ia sudah memenuhi gerobaknya dengan tumpukan kayu. Dengan senyum di wajahnya, ia bergegas keluar meninggalkan hutan, berjalan menuju rumahnya yang terletak di pinggir desa.

"Arshyan! Dari mana saja kau? Kenapa lama sekali?" Seorang pria keluar dari dalam rumah, berkacak pinggang dan menatap penuh amarah.

Bocah laki-laki itu menunduk. "Maaf, Ayah."

"Sebagai hukumannya, kau harus memindahkan semua kayu itu ke dapur."

Mulut Arshyan sedikit terbuka. Kayu-kayu ini begitu berat jika harus ia pindahkan sendiri. Tubuh kecilnya tidak akan mampu.

"Cepat!"

***

Arshyan berhasil menyelesaikan hukumannya tepat sebelum waktu makan malam tiba. Suara aneh yang berasal dari gerobaknya telah berhasil membuatnya penasaran. Kakinya melangkah dengan penuh hati-hati, mendekati gerobaknya.

MIAW!

Bocah laki-laki itu sempat terkejut sebelum akhirnya mendekati seeokor kucing berwarna hitam dengan bola mata hijau itu. Senyumnya terukir.

"Hei! Kemarilah, kucing manis."

Kucing itu mendekat dan terus mengeong.

"Sepertinya kau kelaparan. Tunggu sebentar, akan kuambilkan makanan."

Arshyan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ia kembali dengan sepiring makanan yang ia ambil diam-diam dari meja makan.

"Ayo, makanlah!"

Kucing hitam itu mulai memakan pemberian Arshyan. Perlahan tangan bocah itu mengusap bulu hitam kucing itu.

"Aku tidak tahu kau betina atau jantan. Tapi, aku akan menamaimu Gadis. Apa kau setuju?"

Tidak ada jawaban. Arshyan terus memerhatikan kucing yang kini dianggapnya sebagai hewan peliharaan.

"Arshyan! Apa yang sedang kau lakukan?!" Ibu datang dengan ekspresi marah di wajahnya.

"Aku baru saja memberinya makan." Bocah laki-laki itu mendongak dan tersenyum.

"APA?!" Wanita itu berteriak. "Kau baru saja mengurangi jatah makan malam, dasar bodoh!"

Tiba-tiba Arshyan merasakan wajahnya yang sudah mencium tanah. Lagi, pria itu baru saja menendangnya.

"Sebagai hukumannya, kau tidak akan mendapat jatah makan malam hari ini dan tidak boleh masuk ke dalam rumah!"

Bocah laki-laki itu menghela napasnya. Dilihatnya Gadis yang sejak tadi menatapnya.

"Maaf jika kau merasa takut dengan Ibu. Tetapi, begitulah sifat Ayah dan Ibuku. Sering sekali marah jika aku melakukan kesalahan." Tangannya kembali mengusap lembut bulu hitam Gadis. "Apakah kau mau menemaniku tidur di sini malam ini?"

GenreFest 2018: Dark FantasyWhere stories live. Discover now