Sepasang Kaki Karen

5.1K 434 29
                                    

Di atas sebuah pulau di suatu tempat, angin gembira menyapa seorang budak dari kegelapan hutan.

Di tanah itu, atas bantuan dari para Malaikat, keturunan dari Ratu Alam dapat bertahan hidup dan menikah, jika anak mereka lelaki, maka para Malaikat akan memilih mereka untuk duduk di singgasana di dalam Aula Suci. Jika anak mereka perempuan, setahun setelah mereka mengalami menstruasi, mereka diwajibkan untuk mengisi Ritual Ibadah bersama Para Malaikat.

Para gadis di sana akan mengenakan gaun dari kain khusus yang nyaman dan elegan, serta sepasang sepatu hitam. Lalu mereka akan menari di tengah paduan suara para Malaikat, di acara itu, mereka bisa menunjukkan kepiawaian mereka dalam menari dan memuji Tuhan, serta kekayaan mereka.

Para Malaikat akan memasangkan para gadis dengan para lelaki terpilih, lalu memberi berkat untuk hubungan mereka. Di luar tembok aula suci, rasa iri menggumpal seperti kanker. Menggerogoti dengan penuh kedengkian dan penuh gugatan, termasuk seorang gadis yang hanya bisa menatap tembok dingin istana dengan amarah yang tak pantas ia luapkan.

Jadi ia berlari menjauh, menuju ke dalam kepekatan hutan. Gadis dari kalangan budak sepertinya tak pantas memuja Tuhan, pun menginjakkan kaki di aula suci para Malaikat. Mereka hidup untuk melayani para bangsawan, dengan sebaik dan setaat mungkin.

"Karen." Gadis itu berhenti berlari saat ada suara lembut yang memanggilnya.

"Kau Karen?" Lalu muncul sebuah makhluk seperti dirinya, tetapi berukuran mini dan memiliki sepasang sayap.

"Kalian peri?" Yang dipanggil Karen balik bertanya.

"Ya!" jawab mereka dengan suara seraknya. "Ibu kami memanggilmu, ayo ikuti kami!"

Karen berbelok arah, ia berlari kecil mengikuti panduan dua peri lucu dan indah di depannya. Semakin menembus kepekatan hutan belantara, Gadis bertudung itu membuka mulutnya lebar-lebar saat ia sampai di depan seorang wanita cantik yang duduk di atas kambing gemuk berbulu hitam lembut dengan tanduk emas yang elegan.

"Karen." Suara lembutnya membuat Karen menutup mulut. "Kau ingin pergi ke acara dansa?"

Karen mengangguk, "Tapi tidak mungkin, kan? Itu adalah sebuah pelecehan," lanjut Karen.

Wanita cantik bertudung merah dan hitam itu turun dari kambing tempatnya duduk, melangkah ke depan Karen dan berbicara dengan lembut.

"Lihatlah ke bawah, ada hadiah untukmu." Karen melihat ada sepasang sepatu putih tak jauh darinya. "Kau bisa datang ke acara dansa itu, memakai sepatu ini, hanya jika kau mematuhi perkataanku."

Perkataan wanita itu menembus tumbuhnya seperti racun ular, yang anehnya mengirim senyum muncul di wajahnya.

"Beri tahu aku!"

Wanita itu tersenyum dan mengatakan aturannya.

Karen segera mengambil sepasang sepatu putih di sampingnya, lalu berlari ke rumah kecilnya dengan senyum yang tak bisa luntur. Ada kondisi tertentu untuk para budak agar bisa mengikuti Ritual Ibadah, yakni menjadi anggota keluarga bangsawan. Senyum gadis itu semakin mengembang, ia akan dapat menari di aula suci, dan berpasangan dengan lelaki pilihan para Malaikat. Lelaki apa yang akan memikat hatinya? Atau, lelaki mana yang akan menyukainya? Apakah dia tampan?

Karen terkikik, ia memutar kenop pintu dan segera pergi ke dapur. Tangannya mengambil sehelai sapu tangan dan mengikatnya di gagang pisau, ia langkahkan kakinya menuju loteng. Di sana ada satu-satunya kamar tempat Karen dan ibunya tidur.

Kondisi tertentu di mana seorang anak budak dapat menjadi anak bangsawan adalah: Karen harus diadopsi oleh seorang bangsawan, itu berarti ....

Diterangi cahaya temaram dari lentera, Karen mengambil bantal dan membekap wajah ibunya. Tangan kanannya yang membawa pisau mengayunkan benda tajam itu dari atas ke bawah, berulang kali dengan senyum semringah menghiasi wajahnya. Gadis itu melepas sapu tangan, kemudian mengambil darah dari jantung ibunya yang hancur, ia usap sepatu putih hadiah dari wanita misterius di kedalaman hutan.

GenreFest 2018: Dark FantasyWhere stories live. Discover now