Sleeping Away

3.6K 376 14
                                    

Aku memang berbeda. Tidak semua orang bisa melihatku, hanya mereka yang memiliki hati tulus yang mampu menemukan wujudku. Sayangnya, ketika mereka melihatku, tenaga yang kupunya akan terserap. Semakin lama mereka menatapku, semakin banyak energi yang terkuras dariku. Bahkan, jika mereka mencoba menyentuhku, dalam seper sekian detik, aku akan pingsan, lalu terbangun dua hingga tiga hari kemudian.

Menyedihkan? Memang, tapi ada satu hal yang perlu kalian tahu, ketika mereka melihatku, aku memiliki kekuatan untuk melakukan hal buruk pada mereka. Aku bisa ... membunuh mereka, dengan cara yang paling manis. Dan ketika mereka mati, energi mereka akan kuserap, perlahan, dan membuatku segera lenyap. Iya, lenyap, aku lelah hidup sebagai makhluk tidak bernama ini selama ratusan hingga ribuan tahun, aku ingin tidur, istirahat abadi.

Peraturannya sederhana, aku harus menemukan 1000 manusia yang bisa melihatku dan kuperdaya hingga mati, lalu menghisap energi dari roh mereka untuk segera bisa beristirahat abadi. Dan setelah ratusan tahun, aku akhirnya hanya tinggal menemukan manusia ke seribu itu.

Kali ini aku memutuskan untuk bermain di sebuah sekolah menengah pertama dekat sungai, aku ingin sesegera mungkin menjadi kekal, dan manusia dengan usia remaja akan memudahkanku. Mereka biasanya memiliki hati yang masih murni, sehingga akan mudah melihatku.

Sudut mataku melihat sesosok anak gadis dengan rambut dikepang dua berjalan murung ke arahku yang sibuk bermain di pinggir sungai. Senyum licik mulai terukir, aura gadis itu sebenarnya berkilau, hanya saja pendar hitam di sekitar tubuhnya menandakan ia dirundung suasana hati yang buruk, meskipun aku masih bisa melihat kemurnian hatinya.

"Ada apa denganmu?"

Gadis itu berhenti, membuatku menahan napas yang sebenarnya tidak ada. Berharap gadis itu benar-benar bisa melihatku.

Tidak ada respon, tapi kurasakan lelah yang teramat di sekujur tubuhku. Ini pertanda bagus, seseorang benar-benar bisa melihatku, dan kuharap gadis inilah orangnya.

"Kenapa tampak murung?"

Lagi, gadis itu hanya menoleh ke kanan dan kiri berulang kali, sebelum akhirnya memutar tubuh dan membulatkan matanya ketika sepasang mata itu bertemu dengan mataku. Aku tersenyum, bersikap seperti manusia.

"Aku melihatmu murung, ada apa? Kau bisa ceritakan semuanya padaku," kataku lagi sambil berjalan ke arahnya, lalu berhenti di sebelahnya.

Gadis itu menatapku sesaat, kemudian menggeleng. "Tidak apa, terima kasih."

Suaranya sangat pelan, aku tahu gadis ini tidak memiliki rasa percaya diri akan dirinya sendiri. Semua semakin mudah, aku akan segera mendapatkannya, dan tidur abadi.

"Baiklah," jawabku, tersenyum. "Namun, jika kau ingin bercerita, cari saja aku. Aku bersedia mendengarkanmu, kapan pun."

"Siapa kau?"

"Aku baru tinggal di sini, ibuku pindah beberapa jam lalu dan aku sedang mencari sekolah yang pas denganku. Oh, iya, namaku Hira," jawabku sambil mengulurkan tangan.

Gadis itu menatapku lagi, kemudian mengangguk tanpa menjabat tanganku. Hal itu membuatku sedikit kesal karena diabaikan, tapi juga lega karena energiku tidak akan habis terlalu banyak.

"Aku Gema, dan aku tidak tertarik untuk berteman denganmu. Maaf," jawabnya sambil berjalan cepat.

Aha! Aku menemukan alasannya, manusia sangat lemah, pada umumnya. Mereka akan menjauh ketika mereka merasa tertekan. Hal yang sangat ... manusiawi, dan kadang sangat membuatku iri. Aku tidak bisa merasa tertekan, yang kurasa hanya hasrat membunuh, amarah.

"Ada apa? Apa seseorang menyakitimu?" tanyaku lagi sambil berlari mengejarnya, tapi tetap menjaga jarak. Tenagaku hampir habis.

"Diamlah, aku tidak ingin bicara denganmu!" bentaknya, lalu berlari kencang meninggalkanku.

GenreFest 2018: Dark FantasyWhere stories live. Discover now