GOOD MEMORIES | BAD MEMORIES

781 82 9
                                    

Ozy menyelimuti tubuh Ify yang baru saja tertidur didalam pelukannya, lelaki yang masih menggunakan seragam SMAnya itu terkejut bukan main ketika menemukan Ify sesak nafas disudut ruang kamarnya.

Lelaki itu berencana untuk membersihkan rumah ini sebentar sebelum kembali ke rumah, ia sama sekali tidak tahu dengan keadaan Ify seperti ini, sedikit bersyukur ketika ia menemukan Rio masih tersambung dengan ify melalui panggilan Telfon disebrang sana.

"Hallo bang."

"Dia udah tidur zy?" Tanya Rio menyahuti.

"Udah bang." Mereka berdua sejenak diam.

"Gw pulang sekarang, abis ini gw kesana. Jangan kunci pintunya, biar lo gak perlu bangun kalau udah tidur." Ucap Rio dengan suara lelahnya.

- - -

Rio memilih langsung datang ke rumah Ify. Rasa khawatir yang entah dari mana itu cukup membuanya tidak nyaman. Ia tidak pernah melihat Ify selabil ini berani menangis seperti itu dan menunjukkan bahwa gadis itu membutuhkannya adalah hal yang tidak wajar.

Ia menarik nafas beratnya, ketika melihat Ozy tidur di sofa ruang tengah, masih dengan seragam sekolahnya. Rio benar-benar merasa kagum kepada Ozy. Lelaki kecil itu memiliki tanggung jawab dan rasa kasih sayang amat besar untuk orang yang berarti baginya.

"Zy..." Rio perlahan membangunkan Ozy. Butuh beberapa saat sebelum ozy benar-benar sadar.

"Gw bawain makanan, makan dulu ganti baju terus tidur lagi." Perintah Rio dengan suara pelannya.

"Makasih kak." Mendengar jawaban singkat Ozy, Rio meninggalkan lelaki itu ketempat Ify. Sangat jelas raut wajah gadis itu yang tidur dengan tidak nyaman.

Rio tidak tahu apa yang membuat Ify tersiksa. Memang belakangan ini Ify sedikit lebih terbuka. Beberapa kali Rio dapat mendengar Ify bergumam bahwa ia merasa lelah.

Mereka berdua memang lebih sering bertemu dengan jangka waktu yang cukup lama, penggarapan materi album yang dikejar waktu membuat Ify dan Rio lebih sering menghabiskan waktu bersama dari pada biasanya.

Tanpa aba-aba dari siapapun Rio menjulurkan tangannya. Menyentuh kening Ify yang masih penuh dengan keringat.

"Zy? Ify demam?" Tanya lelaki itu dengan sigap.

"masa?" Ozy bangkit dengan spontan, ia langsung mengecek sendiri apa yang dikatakan Rio.

"Kok bisa?" Tanya Ozy lagi.

Rio semakin heran dengan apa yang terjadi, Ify, Rio masih melihat gadis itu baik-baik saja tadi siang. Ia sama sekali tidak terlihat tidak baik-baik saja.

"Kak ify lagi stress kali ya?" Celetuk Ozy lagi.

Rio hanya diam. Ia tidak yakin dengan apa yang terjadi. Ia lebih memilih kedapur saat ini, mengambil es untuk mengompres kening Ify.

- - -

Ify berjalan dengan wajahnya yang tertunduk. Isakan-isakan kecil masih dengan jelas dapat terdengar. Gadis itu menggenggam kuat Novel yang ia temukan dirumah Septian. Selama ini, cerita yang ia tulis telah berubah menjadi Novel. Kisah-kisah pilu tanpa akhir bahagia itu telah tercetak dengan nama yang Septian berikan untuknya Diphylleia cymosa.

Langkah Ify berhenti di depan sebuat Ruko yang dulu tidak asing untuk Ify. Tempat Septian biasa berkumpul bersama beberapa tempatnya.

Ify mengambil langkahnya untuk membuka pintu ruko itu. Setelah lonceng ruko itu berbunyi seorang lelaki berteriak dengan riang mengucapkan selamat datang. Namun kalimat itu tidak terselesaikan.

[END] Umbrella plant : Story About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang