36. New Family Member

1.3K 48 0
                                    

Beberapa perawat membantu Vale turun dari mobil.

"Ketubannya sudah pecah" kataku melaporkan.

Mereka segera membawa Vale masuk ke salah satu ruangan bersalin. Aku menunggu diluar dengan pikiran yang berkecamuk. 'Bukankah ini masih 7 bulan ? Semoga istri dan anak ku baik baik saja'

Aku terus memanjatkan doa hingga dokter selesai memeriksa Vale.

"Harus dikeluarkan sekarang bayinya"

"Apa akan baik baik saja dengan istri dan anakku dokter ?"

"Kita berdoa saja saya akan berusaha"

Jawaban dokter membuatku takut.

"Anda boleh menemani di dalam"

Lalu kami masuk dan proses persalinan dilakukan. Aku memegang erat tangan Vale memberi asupan semangat. Vale merintih kesakitan. Wajahnya pucat pasi. Aku benar benar tak tega melihatnya. Jika boleh aku akan meminta biar aku saja yang merasakan sakitnya.

Vale semakin melemah. Matanya semakin sayu. Rintihan dari mulutnya juga semakin berkurang. Tapi bayi kami belum sepenuhnya keluar. Dokter dan aku terus memberi semangat.

Hingga bayi kami keluar sempurna. Tangisnya menggema di seluruh penjuru ruangan. Ada sedikit kelegaan di hatiku. Tapi raut wajah Vale membuatku khawatir. Dia memandangku dengan dalam. Nafasnya sudah teratur. Matanya semakin sayu hingga lama lama mata itu tertutup.

Membuatku panik. Aku mengelus kepala Vale memanggil manggil namanya

"Vale bayi kita sudah lahir"

Tak ada jawaban. Dadaku serasa sesak. Aku takut.

"Sayang lihatlah bayi kita"

Seperti dihantam batu yang sangat besar didadaku. Vale tetap diam tak bergeming. Aku menggoyang pipinya pelan.

"Valeria sayang buka matamu" air mata yang tak bisa kutahan luluh dipipiku.

Aku masih melihat Vale bernafas dengan teratur tapi ia tak meresponku sama sekali.

"Sayang bukalah matamu" aku mencium keningnya lama dengan deraian air mata yang tak bisa kuhentikan.

Dokter mendekatiku. Meraih pundakku agar aku menjauh.

"Saya akan memeriksa dulu"

Aku mundur dan seorang perawat membawaku keluar. Aku lemas, tak punya tenaga lagi. Aku merasa tak berdaya. Aku duduk di kursi tunggu mengusap wajahku menghapus air mata.

We Will be OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang