8. war zone

1.9K 61 7
                                    

Vano singgah di Singapore selama satu minggu. Dan selama itu ia habiskan waktunya untuk bersenang senang dengan Vale. berkunjung ke tempat wisata. Canda tawa menghiasi hari mereka. Pagi hingga malam mereka habiskan waktu bersama. Dari mulai ke tempat wisata, museum hingga dinner romantis mereka lakukan dengan penuh kebahagiaan.

Hingga waktunya vano harus kembali ke jakarta. Vale mengantar Vano ke bandara. Tak bisa dipungkiri kesedihan tak bisa disembunyikan. Walaupun sejak pagi Vale berusaha menunjukkan senyum dan ketegaran hatinya namun tetap saja wajah sendunya tak bisa tertutupi. Vano yang menyadari hal itu hanya diam saja tak mau memancing kesedihan Vale. dia menghargai ketegaran Vale.

Hingga waktu mereka benar-benar harus berpisah. Vano memberi pelukan terakhir untuk Vale. pelukan perpisahan sementara. Saat itu juga kesedihan Vale tak bisa ditahan lagi. Vale memeluk erat Vano. Meremas kaos yang dikenakan Vano. Ia menangis dalam dekapan Vano. Vano berusaha menenangkan dengan mengusap punggung Vale.

"tenang baby, kita akan kembali lagi" ucap Vano berusaha menenangkan. Namun Vale tidak menjawab apapun dan terus saja menangis pelan di pelukan Vano.

"jangan membuat ini terlalu sulit sayang, aku akan sesegera mungkin mengunjungimu lagi, okey! Tenanglah bayi besarku" goda Vano dan Vale terkekeh geli mendengar itu. Kemudian Vale melepas pelukannya.

"jadi maksutnya aku childish , aku benci Vano. Segera pergi sana!" Vale langsung memutar badannya hendak pergi berpura-pura merajuk. Namun lengannya tertahan oleh Vano yang menariknya.

"hei itu bukan salam perpisahan yang baik, ayo lakukan lagi lebih baik. Jadilah gadis baik" sergah Vano. Vale yang sebelumnya memasang wajah jutek kini berubah sendu lagi. Dan merundukkan kepala

"hey hey berhentilah menangis sayang" Vano meraih pipi Vale dan kini tatapan mereka bertemu

"jaga dirimu baik-baik, cepatlah lulus agar aku bisa segera menikahimu" detik selanjutnya Vano menarik kepala Vale dan mencium kening Vale dengan lama dengan penuh kasih sayang.

"bye Vano, i love you" di tengah ciuman itu Vale mengucapkan kata perpisahan.

Selanjutnya Vano benar benar telah pergi dari pandangan Vale. dan ia kembali ke apartemennya untuk melanjutkan acara menangisnya. Tidak lama Vale tidur karena kelelahan menangis.

Valeria kembali ke aktifitas awalnya. Kuliah dan tugas. Begitupun Vano. Hubungan mereka berjalan lancar dan baik-baik saja selama 3 bulan setelahnya. Memberikan perhatian untuk masing-masing. Saling memberi kabar.

Lama-lama perhatian Vano semakin berkurang. Ia seperti telah berubah dari yang sebelumnya. Vano jadi semakin jarang memberi kabar. Telfon dari Vale juga sering diabaikan. Hal ini membuat Vale sedikit gelisah namun Vale terus saja berusaha berpikir positif bahwa mungkin Vano bena-benar sibuk atau ada hal lain.

Perubahan dalam diri Vano semakin bertambah aneh. Hal ini sudah berlangsung selama sebulan. Bahkan terakhir kali Vale menelfon mendengar jawaban ngawur dari Vano dan terdengar bahwa Vano mabuk. Padahal sebelumnya Vano tak pernah menyentuh minuman beralkohol. Hal itu membuat Vale khawatir.

Vale berencana kembali ke jakarta dengan tujuan melihat kondisi Vano. Dia menduga bahwa ada suatu masalah yang membuat Vano berubah demikian. Vale berpikiran untuk membuntuti Vano karena Vano mungkin tak mau berkata jujur nantinya melihat kondisi hubungan mereka sekarang. Ketika liburan semester telah datang Vale ke jakarta sekaligus mengunjungi orang tuanya.

....

-          Di kediaman Valeria

Pagi-pagi sekali Vale sudah bersiap rapi dan turun dari kamarnya. Menuju meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya. Setelahnya Vale mengambil mobilnya dari parkiran dan memacu ke rumah keluarga Vano. Ia berhenti di dekat rumahnya dan menunggu Vano keluar dari rumah. Ia berencana mengikuti aktifitas Vano.

We Will be OkOnde as histórias ganham vida. Descobre agora