bagian 22

2.2K 127 18
                                    

Selamat Membaca. Jangan lupa Vote ya.

Ruangan ICU terasa mencekam seperti biasanya. Berbagai alat penunjang hidup mengeluarkan bunyi khas yang membuat merinding beberapa orang. Monitor-monitor saling mengeluarkan bunyi sesuai keadaan pasien. Ada yang memiliki suara denyut cepat, lambat, tidak teratur ataupun normal. Suara beberapa ventilator yang terpasang pada beberapa pasien juga semakin menambah rasa mencekam di ruang ICU. Hari ini ruang ICU yang memiliki kapasitas 12 tempat tidur sudah terisi penuh. Berbagai pasien yang membutuhkan perawatan intensif sedang berjuang di ICU.

Setelah dilakukan pemeriksaan, monitoring, dan observasi selama 24 jam akhirnya Reno terlepas dari ventilator. Awalnya Reno masih sering tertidur dan hanya bangun di saat tertentu dengan durasi pendek. Tetapi setelah dia menyadari dimana dirinya dengan semua suara yang bisa disadarinya, Reno menjadi cemas dan gelisah. Dia ingin segera dipindahkan ke ruang rawat biasa. Menjadi salah satu pasien ternyata membuat suasana hatinya memburuk. Saat moodnya sedang buruk, hanya Widya yang berada dalam pikiran Reno. Namun setelah Reno dinyatakan baik-baik saja dan mampu untuk bernafas tanpa bantuan alat, kehadiran Widya tiba-tiba menghilang seperti ditelan bumi. Widya tak memberikan kabar apapun dan tak bisa dihubungi. Seorang yang tak pernah absen sekalipun selama 5 minggu Reno dirawat tiba-tiba tak datang tanpa pemberitahuan. Dokter Dewi pun mencemaskan keadaan Widya. Ketika Reno menanyakan Widya kepada dokter Dewi, dokter Dewi pun bingung harus menjawab apa. Dia hanya berharap agar Widya segera datang. Akhirnya Bu Rantilah yang menunggui Reno dan harus merasakan sifat keras kepala Reno.

"Sabar, Ren." Bu Ranti menenangkan.

"Reno sudah baik-baik saja, Ma. Yang lebih tahu tentang keadaan Reno kan Reno sendiri," Reno tetap kekeh dengan keinginan untuk dirawat di bangsal biasa. "Reno ingin pindah ke kamar biasa sekarang, paling lambat hari ini."

"Mbak Ranti istirahat saja, biar aku yang menjaga Reno." Dokter Dewi datang untuk menggantikan kakaknya.

"Anak nakal ini harus disadarkan. Baru sehat sebentar saja sudah banyak tingkahnya," Bu Ranti meninggalkan Reno dengan bersungut-sungut.

"Bersabarlah, Ren. 2 hari lagi mungkin kamu sudah boleh pindah. Mereka harus memantau vital signmu." Dokter Dewi merapikan selimut Reno yang sudah menggantung akan terjatuh.

"Reno sudah disini selama 5 minggu, Tant dan Tante bisa lihat sendiri Reno sudah dalam keadaan sangat bugar. Vital sign ku juga sudah normal tanpa bantuan obat-obatan apapun," Reno tetap kekeuh dengan keinginannya. Apalagi sejak dia bangun hamper 2 hari yang lalu, dia tak melihat kehadiran Widya disisinya yang semakin memperburuk suasana hatinya.

"Apa yang kamu inginkan, Ren agar kamu bisa dirawat disini sampai dokter mengijinkanmu untuk pindah?" dokter Dewi menyerah.

"Ponselku dan Widya, Tant."

"Dasar anak nakal," dokter Dewi memukul lengan Reno lembut. "Soal ponsel tante nggak tahu. Mungkin hilang saat kamu kecelakaan atau dibuang papamu bersama dengan mobilmu. Tante sudah menghubungi Widya tapi ponselnya tak aktif selama 2 hari ini. Tunggulah, dia pasti akan datang menemuimu. Salah satu orang yang sangat menantikan kesembuhanmu adalah Widya. Dia mungkin harus menyiapkan hati dan perasaannya untuk menghadapimu langsung, Ren. Tante tahu hubungan kalian tak baik-baik saja sebelum kecelakaan. Hari ini dia shift malam."

Mendengarkan penjelasan dokter Dewi membuat Reno sedikit lebih tenang. tetapi saat waktu bergerak dan terasa sangat lambat untuk Reno, kegelisahan Reno pun muncul kembali. Dia mulai uring-uringan. Tak mau makan, tak mau minum, tak mau tidur. Setiap dibujuk selalu marah-marah. Semua keluargapun akhirnya menyerah dan meninggalkan Reno sendirian.

Reno sedang mencoba untuk tidur karena merasa tak ada lagi gunanya menunggu saat dia mendengar suara-suara dari ruang perawat. Salah satu pemiliki suara itu adalah orang yang selama 2 hari ini sudah ditunggunya. Orang yang menjadi penyebab badmoodnya. Reno menjadi lega sekaligus semakin tersulut emosinya karena Widya tak segera mendatanginya tapi malah bercakap-cakap dengan riang di ruang perawat. Reno bisa mendnegar gelak tawa dari ruang perawatannya. Setelah melakukan percakapan ringan selama beberapa menit yang banyak diisi dengan canda dan tawa, langkah kaki khas milik Widya mendekati ruang perawatannya.

Antara Aku dan Dia S2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang