bagian 11

6.3K 172 17
                                    

Mobil toyota Camry itu menepi pada sebuah areal parkir yang terlihat sepi. Hanya ada beberapa kendaraan bermotor, selebihnya tampak luas oleh kekosongan. Pada pagar pembatas di sekitar area wisata tertulis "POSONG" dengan ukuran yang sangat besar sehingga bisa terlihat dari kejauhan, menarik hati siapa saja yang melewati daerah wisata itu untuk berkunjung.

Wisata alam Posong memang terkenal dengan Sunrisenya, jadi tak heran jika pengunjung di sore ini tak sebanyak di pagi hari. Cuaca di luar sedikit mendung dengan gerimis kecil-kecil yang tampak seperti kabut. Angin bertiup cukup lembut membuat udara menjadi lebih dingin. Di pojok parkiran dekat dengan pagar pembatas, tampak sepasang muda-mudi sedang mengambil gambar. Tak terusik sedikitpun dengan kedatangan pengunjung baru. Di kejauhan tampak beberapa pemuda sedang menyiapkan tenda untuk mereka bermalam dan menunggu Sunrise besok pagi. Walaupun dikunjungi di sore hari wisata alam posong tetap menarik hati.

Dari area parkir tampak menghampar luas tanaman tembakau yang mulai tumbuh. Semuanya berwarna kehijauan. Hijau yang menyenangkan. Sepanjang mata memandang yang terlihat hanya tanaman tembakau yang daunnya mulai tumbuh semakin lebat. Dari tempat parkir juga bisa melihat pemandangan beberapa gunung. Sungguh pemandangan yang mengagumkan. Membuat tentram siapa saja yang menatapnya. Wisata alam posong juga menyediakan beberapa gazebo untuk berteduh atau sekedar melepaskan lelah setelah berjalan menyusuri jalan-jalan indah untuk menikmati pemandangan.

Beberapa anak SMA sedang asyik bercanda di sebuah gazebo yang terletak di atas lapangan parkir. Masa-masa yang menyenagkan. Reno dan Widya sama sekali tak memperhatikan keadaan sekitar mereka. Sejak mereka sampai, mereka hanya terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak menikmati sedikitpun pemandangan yang sudah disuguhkan di depan mata.

Pintu bagian kemudi terbuka perlahan. Reno turun dari mobil sambil membawa jaket. Dia berjalan menuju pintu penumpang dan membukakan pintu untuk Widya. Tak ada kata-kata yang terucap, Widya langsung turun saat pintu terbuka. Reno langsung memakaikan jaket yang dibawanya pada Widya. Dia tahu Widya sedang kedinginan. Reno tersenyum lembut sambil menatap Widya.

"Kenapa kita ke sini, Mas?" Widya bertanya sambil menatap sekeliling.

"Tak ada hal khusus, Wid. Aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan," Reno berjalan santai menuju pagar pembatas yang sepi. Widya mengikuti Reno dan berdiri di samping Reno. Mereka berdua sama-sama menatap hamparan tanaman tembakau yang menghijau.

"Sampai kapan kita akan seperti ini Mas?" ada nada putus asa dalam ucapan Widya.

"Sampai kamu mau menerimaku, Wid." Reno berkata dengan tenang. Ada kesabaran dalam ucapannya. "Mungkin memang ini yang harus aku lakukan untuk balasan semua tindakanku di masa lalu."

"Kenapa harus aku, Mas?" Widya menatap Reno dengan mata berkaca-kaca.

"Karena kamu istimewa, Wid. Aku seperti sudah mengenalmu sejak lama, kamu tak pernah menjadi orang asing dalam hidupku," Reno masih menatap hamparan tembakau sambil mencengkeram pagar pembatas. Menyembunyikan rasa frustasinya. Kenapa dia tak pernah bisa meninggalkan Widya.

"Aku tak ada apa-apanya, Mas dibandingkan dengan Ibu Vanesa atau temen Mas Reno kemarin." Widya mengungkapkan kecemburuannya pada mantan-mantan Reno.

Reno tertawa kecil sambil menatap Widya, membuat Widya keheranan dan balas menatap Reno. "Nggak kusangka Wid ternyata kamu punya rasa cemburu juga."

"........" Wajah Widya langsung memerah.

Angin bertiup lembut menerbangkan rambut Widya dan beberapa helai menutupi wajah Widya. Reflek tangan Reno langsung menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Widya. Membuat hati Widya menjadi berdebar-debar tak karuan.

Antara Aku dan Dia S2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang