Pulang

1.2K 146 16
                                    

            Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada mendengar kata pulang yang keluar dari mulut Jihyun dan kemantapan Kihyung. 

Jungkook membuka matanya, kembali seperti perintah ibunya yang memintanya untuk kembali, membiarkan dua sosok wanita berharga itu saling bicara tanpa gangguan. 

Hyeri masih terjebak di bawah kesadarannya, kendati vonis mati otak tiba-tiba menghilang tanpa jejak. 

Semua orang menyebutnya keajaiban. 

Meskipun Jihyun tidak yakin apakah Jungkook masih mau membuka matanya setelah tiga hari. 

Ilmu kedokterannya mengatakan bahwa Jungkook tidak bisa lebih dari tiga hari, jantungnya terlampau lemah dan seharusnya Jungkook masih mendapat perawatan intensif. 

Kihyung tentu menolak itu, rasanya menyedihkan saat mati dalam kondisi sekarat, sekaligus penegasan ulang bahwa Jungkook hanya boleh mati di pelukannya. 

Kihyung mungkin sudah pasrah akan takdir, tapi hati kecilnya masih memiliki harapan. 

Mungkin Tuhan marah karena dia tidak pernah mengajak Jungkook untuk pulang, selalu mengekang dan tidak membiarkan Jungkook bebas. 

Kihyung berharap, jika dia mengajak Jungkook pulang maka Tuhan akan sudi memberi kesempatan. 

Kihyung hanya ingin bersama Jungkook sampai dia menua, tidak lebih.




____Love


Kihyung tersenyum lantas mengecup singkat kening Jungkook saat melihat anaknya itu menatap kagum sebuah rumah yang selama lima belas tahun Kihyung persiapkan dengan sangat baik. 

"Appa ... ini rumah kita?" Kihyung mengangguk tanpa suara, membiarkan tubuh lemah Jungkook mengitari seisi bangunan sederhana yang terasa sejuk dan nyaman itu. 

"Aku pulang appa dan ini ... appa kenapa selama ini kau tidak pernah mengajakku kemari?" Kihyung hanya tersenyum, sedangkan Yoojung memilih mendekat, menuntun Jungkook untuk duduk.

"Ini baru jadi setelah kau ujian, tapi bukannya melihat rumah barumu kau memilih menemui eommamu terlebih dulu." Yoojung yang menjawab sedangkan Kihyung hanya bergeming tanpa gestur berarti, laki-laki itu hanya menatap putra semata wayangnya yang terlihat sangat bahagia.

"Eomma ...." Yoojung tersenyum kemudian meminta Jungkook menatapnya. 

Yoojung tersenyum sedih, wajah Jungkook sangat pasi, bibirnya tidak berwarna dan tubuh Jungkook kurus. Yoojung kemudian menggeledah isi tasnya, lantas mengeluarkan sebuah lipbalm

"Senyummu menjadi kurang bergairah karena bibirmu sangat pucat, eomma akan mewarnainya untukmu ... kau suka?" 

Yoojung mengoleskan lipbalm itu ke bibir Jungkook dengan gerakan lembut, sedangkan Jungkook menikmatinya. Mata sayunya belum lepas dari binar-binar kebahagiaan. 

Jungkook mengulaskan senyuman manisnya setelah Yoojung selesai dengan kegiatannya, Jungkook tahu jika sosok eomma yang dikenalnya sejak kecil itu mati-matian menahan tangis dan air mata, menahan getaran sedih yang merambat batinnya. Jungkook ingin semuanya bahagia, sama seperti harapan sosok wanita yang sudah melahirkannya. 

"Eomma ... I Love You." 

Pecahlah tangis Yoojung, wanita itu terisak membuat Jungkook lekas merengkuh. Yoojung belum siap kehilangan Jungkook, waktu tiga hari terasa begitu sebentar untuk membuat sebuah kenangan manis.

Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang