"Ck, ikut-ikutan aja" desis Reynan yang membuat Vya mengangkat alisnya " dulu katanya nggak mau akur sama saudara"

"Rey" Vya tersenyum " Itu omongan bisa ditarik nggak? Apa salahnya untuk berubah jadi akrab sama saudara?"

Reynan terdiam sambil mendengar penuturan dari bibir manis Vya.

"Takdir itu lucu yah Rey... Dulu kita berdua itu kayak saudara yang nggak akan akur, Mama aja sampek capek sama kita berdua. Setiap waktu, pasti ada aja kita berantem. Masih inget nggak waktu kak Vya udah bawak tongkat peri kesayangan kakak buat hukum Rey..." Vya menatap gedung-gedung dari kaca mobil. "Dan kakak nggak tahu kenapa kakak selalu mau Rey hilang dari dunia ini, pakek tongkat peri SailorMoony. Kak Vya selalu iri kalo liat Rey main kejar-kejaran sama Mama Papa." Vya menatap Reynan yang masih fokus menatap jalanan didepannya.

Reynan masih diam. Menurutnya Vya benar-benar butuh tempat bicara saat ini. Dan Reynan siap untuk itu. Dia adalah orang yang mencintai saudaranya ini walaupun dia selalu jengah dengan sikap saudaranya. Namun ia siap mendengar cerita orang yang dari dulu menjaganya.

"Terus kita bisa sadar. Waktu, Mama pergi untuk ninggalin kita. Sehari kepergian Mama..." Vya menyeka air matanya tiba-tiba turun " Kakak udah berjanji bahwa, kak Vya akan membuang sikap kakak yang cemburu sama Rey. Saat itu kakak pengen ngerasain kita bisa main. Kayak, SailorMoony melawan Ultraman. Pasti itu seru banget.." Vya munutup kedua matanya." Kak Vya mau memperbaiki semuanya. Namum disaat kita udah membaik malah papa yang nggak baik untuk keluarga kita ini. Ahh nggak, mungkin salah kak Vya yang terlalu memaksa semuanya."

"Dan sekarang, kita berdua dijadikan kelinci percobaan sama orang yang begitu laknat. Kita dikurung di neraka yang membuat kita nggak bisa bergerak." Reynan memelankan mobilnya saat mereka berhenti di lampu merah, matanya menatap Vya yang menatap kebingungan "Iya.. Siapa lagi kalau bukan Papa. Manusia yang berubah menjadi Zombie karena terkena dan terinfeksi dengan virusnya. Pikirannya sudah tidak karuan seperti orang yang kecanduan narkoba. Mungkin saja orang itu mempunyai tubuh yang utuh namun sukmanya melayang entah kemana. Bertingkah kasar layaknya bertarung di ring tinju terhadap anaknya. Walaupun ada anaknya yang pantas menerima itu sebagai hukuman yang setimpal. Marah tidak karuan dan meninggalkan rumah tanpa pamit lalu datang tanpa undangan seperti jelangkung. Sifat 90° derajat yang membuat sifat ketertolakkan belakang sifat asli. Atau mungkin perempuan jalang itu yang membuat dia berubah begitu." Reynan tersenyum saat melihat Vya yang menganga tidak percaya.
"Jangan kaget. Rey tahu itu semua dari penglihatan Reynan sendiri. Apa kak Vya tahu jika Rey adalah mata-mata yang handal?" ujurnya lalu melanjutkan perjalanannya mereka menuju ke kampus kuliahan-nya Vya.

"Jadi, kalo Papa sama Sekretarisnya itu benar??" Vya mengginggit bibir bawahnya " Rey, kenapa nggak kasih tau sama kak Vya tentang itu?"

"Katanya tadi takdir itu lucu? Rey nggak mau keadaan ini makin memburuk jadi ada baiknya kita perbaiki takdir. Kak Vya tahu kan masa lalu tidak akan berubah. Tapi masa depan, kita bisa menatapnya." Reynan tersenyum lembut, tiba-tiba ponselnya bergetar alisnya naik sebelah "Hallo..." Reynan menoleh sebentar ke arah Vya sambil mengangkat sebelah tangannya sebagai kode tunggu sebentar. " Iya sebentar lagi gue kesana, lo tunggu 10 menit." Reynan mematikan ponselnya.

Vya sudah tahu dengan raut wajah Reynan dengan sekilas. Maka dengan cepat Reynan menambahkan gas untuk mempercepat perjalanan.

"Argh" Reynan kembali fokus dengan jalanan di depannya.

"Udah, santai aja kali " Vya tersenyum.

"Ya udah diam dulu." Reynan menghela nafas. " Rey lagi buru-buru"

"Buru-buru?" Vya menatap Reynan tidak paham.

"Kak Vya nggak akan tahu. Sekarang cepat turun!"

Vya mengerjap. Matanya menatap ke samping kiri dan menelan salivanya. Astaga sekarang dia sudah sampai di depan kampusnya.

ReynanTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon