Helped

116 23 16
                                    

Happy reading💕❤

"Tumben tadi malam tidur di kursi?? Kenapa tidur disana??" tanya Vya lalu merapikan peralatan makan yang sudah ia pakai tadi.

"Nggak kenapa-kenapa kok" jawab Reynan dengan cuek.

"Yaudah kalo nggak papa, nanya doang. Oh iya jangan lupa minum itu obatnya, Kak Vya takut kenapa-kenapa sama kamu"

"Kak.. Reynan nggak papa." bantah Reynan.

"Nggak kelihatan kenapa apanya. Keliatan banget kalo Rey sakit," nada suara Vya merendah ketika melihat wajah Reynan pucat. Vya juga mendekati tempat Reynan duduk, perempuan berhijab itu menempelkan punggung tangannya di kening Reynan."nggak panas kok," Vya menggelengkan kepalanya.

"Emang nggak panas," jawab Reynan dengan menyuapkan satu sendok nasi kedalam mulutnya, lalu laki-laki dengan balutan baju seragam putih abu itu terbatuk saat mengunyah.
"Ah.. Pedes banget khook...khook... Ini nasi goreng apa cabe?" ucap Reynan seraya mengambil air minum di atas meja dan meminumnya dengan cepat.
"Udah dua kali dikerjain kayak gini... Khook..khook... Help pedes bener. Argh..."

"Nih.." Vya memberikan gelas yang berisi air putih kepada Reynan.
"Apa?? Udah dua kali dikerjain kayak gini?? Perasaan baru sekali dan itu juga baru sekarang." sifat kepo Vya keluar hanya mendengarkan satu kata yang berbeda dari mulut adiknya.

"Apa jangan jangan Rey makan sama cewek ya??" tebak Vya yang berhasil membuat Reynan salah tingkah.

Lalu Reynan mempercepat makannya dan langsung menenggerkan tas navy ke pundaknya.

"Lah katanya pedes?? Kok abis??"

"Bukannya situ yang ngajari kalo makan harus di habisin, katanya Allah nggak suka sama orang yang mubazir." sahut Reynan dengan menarik turunkan alisnya.
"Yaudah ayo pergi, Rey nggak mau telat. Kan nggak lucu kalo ketua OSIS telat."

Vya hanya dapat menarik garis bibirnya ketika melihat ternyata adiknya ini dari dulu sudah berpikir seperti orang dewasa.

"Yang kakak emang siapa??" tanya Vya dengan raut wajah jengah.

Reynan hanya menunjukkan jarinya tepat mengarah kepada Vya, dan menyelipkan senyumnya yang menambah karisma di wajahnya bersinar. Mungkin Vya sudah bosan dengan wajah Reynan yang hanya seperti itu berbeda dengan kaum hawa yang di luar sana, sudah di pastikan mereka semua akan terpesona dan tergelepek - gelepek melihatnya.

" Ih nggak usah sok manis ngapa!" seraya Vya menyambar tas hitam dan mengantungnya di bahu kirinya. Lantas perempuan itu menuju pintu utama rumahnya.

••••


Tangan Reynan tengah memegang stir mobilnya untuk mengontrol. Mobilnya sudah melaju menyusuri jalan Jakarta. Untungnya belum ada titik penghambat atau macet yang sudah familiar di telinga mereka.

Tak ada suara di dalam mobil milik Reynan. Hanya ada lagu Zara Larsson yang membuat sedikit pengisi di dalam sana.

"I live my day as if it was the last..." mulut Reynan mulai bernyanyi dan masih fokus dengan stirnya.

"Live my day as if there was no past..." Vya juga menyambungkan potongan lagu Reynan. Namun perempuan itu fokus dengan handphone nya.

"Doin'it all night, all summer
Doin'it the way I wanna..."

Tiba-tiba suara mereka bersatu dengan lagu yang dinyanyikan. Reynan melirik sedikit Vya, laki-laki kembali tersenyum dan menampakkan susunan giginya yang rapi. Lantas Vya tertawa padahal itu tidaklah lucu.

ReynanWhere stories live. Discover now