11. Liverpool

135 2 0
                                    

Hari sabtu aku lebih banyak tertidur di rumah, melampiaskan semua waktu tidur yang terkuras di minggu kemarin. Aku hanya kuliah sampai hari jumat, tapi sabtu dan minggu waktunya akan dibuat mengejarkan tugas, jadi tetap saja tak ada hari libur.

Siang hari pesan masuk ke dalam ponsel.

"Besok ada tanding Liverpool VS Arsenal, mau nonton bareng ga?"

Rio kembali mengirim pesan, aku mengingat-ingat sudah berapa lama ponsel ini tak berbunyi karena seorang pria. Aku membiarkan untuk memikirkan akan membalas apa, karena hasilnya nanti akan berbeda.

Aku pikir tak punya alasan untuk menolak, karena tak ada yang akan marah kalau seseorang yang mengajak nonton bola bareng.

"Oke... Boleh... mau nobar dimana?" balasku

Akhirnya kami janjian untuk nobar bareng besok disebuah cafe di Jakarta.

***

Aku tak begitu tahu tentang pemain Liverpool hanya mengenal satu nama Gerrald, itu pun beliau udah ga ada di Club.

Nasib Liverpool dan Arsenal sebenarnya hampir sama, Haus akan gelar Liga Premier. Belanja Pemain iya, tapi untuk menang jarang. Hiks.

Aku keluar dari rumah saat Rio menyalakan klakson tanda ia sudah datang. Rio berdiri di mobil, aku melihat pakaian Rio dengan kaos hijau dan celana jins, simple tapi karena badanya atletis terlihat sempurna. Di saat itu aku mulai kagum.

"Mau langsung jalan aja?" tanya Rio basa basi. Aku menjawab dengan anggukan.

Tiba-tiba Rio berjalan ke sisi pintu lainya, dan membuka pintu mobil untuku. Aku sempat sedikit tersenyum bahagia karena melihat sikap Rio sama seperti yang aku lihat di Drama korea, terlalu romantis untuk jaman sekarang.

Lagu yang diputar di radio tentang lagu dewa 19, lagu yang hits dari Ahmad Dhani. Saat itu tiba-tiba pikiranku mengingat lagi tentang seseorang yang selalu menganggu pikiran ditiap malam.

Aku melihat sisi layar radio berpikir kalau Rio sengaja memutar lagu jadul. Tapi ternyata itu siaran radio yang sedang membuat tema 90 dan memutar semua lagu Dewa 19 yang Hits ditahu itu.

Lagu Kangen diputar saat perjalanan menuju cafe, saat itu juga aku mengenang Dhani dalam pikiranku.

"Apakah pikiran sekarang beralih pada Rio karena tak ada perubahan dengan hubungan aku dengan Dhani? Tapi gimana mau berubah kalau aku tak bisa berkenal sampai sekarang?"

"Nin.... Lo diem aja dari tadi" Lamunanku disadarkan dengan suara Rio yang duduk dibelakang kemudi.

"Ah... Iya... gue laper... jadi mikir mau apa nanti" ucapku dan langsung merasa kalau jawabanku itu salah.

"Bagimana kalau Rio mikir, aku cewe yang tukang makan" gumamku

"Oh.. Disana tipe makanya Solaria gitu, jadi banyak menu makanan buat kantong Mahasiswa. Tenang aja kok, gue baru dikasih uang mingguan sama Nyokap kemarin jadi hari ini gue yang traktir, kan gue yang traktir lo" kata Rio.

Aku hanya bisa tersenyum "Baiklah... Nanti gue yang pesan makanan yang banyak" mengetes Rio bisa bercanda atau tidak.

"Boleh... Lo bisa mesen semua makanan tapi siap aja nanti kalo gue ga bisa bayar nanti cuci piring aja" ejek Rio

Kita pun tertawa, setelah itu pembicaraan berlanjut membahas tentang sepak bola, bahkan Rio tentang cedera basket yang pernah dialami. Perjalanan sedikit tersendat, tapi akhirnya sampai juga di cafe area Kemang.

***

Suasana dalam cafe sedikit ramai, karena mungkin ada acara nobar jadi beberapa meja sudah terisi. Lebih banyak pria yang duduk dan wanita bisa dihitung pakai jari.

Rio mengantar ke meja nomor 9, dengan nama yang ada diatas meja.

"Jadi lo udah pesan meja?" tanyaku. Rio menganguk dengan senyuman.

"Kalo ga pesan meja, nanti kalo lo makan sambil berdiri di prasmana kawinan" komentar Rio.

Aku hanya bisa tertawa mendengar candaan Rio, lalu memesan fish steak dan es lemon tea, sementara Rio memesan spaghetti Corden blue dan juga Chocolate Milkshake.

Masih ada waktu setengah jam sebelum pertandingan, meja sudah mulai ramai terisi. Beruntungnya emang aku bisa duduk dibagian kursi baris kedua jadi tak perlu khawatir saat menonton bola nanti.

"Jadi lo selain kuliah ada kegiatan apa lagi?" tanya Rio memulai percakapan sambil menyantap spagheti.

Aku meliriik dua piring diatas meja Rio, ternyata dia memesan dua menu. Pesanan pertama spagheti dengan cream dan menu kedua Chicken Corden Blue dengan lelehan keju saat dibelah. Aku rasa pemain basket memang harus makan banyak untuk kekuatanya berlari.

"Gue baru kuliah aja sih, soalnya di kampus banyak tugas, ditambah gue belum punya keahilan apapun" jawabku

"Lo punya minat kemana?" Aku terdiam memikirkan sesuatu.

"Aku hanya minat dengan pria yang namanya Dhani, jadi gimana caranya gue bisa dapetin dia?"

"Nin... Kok Cuma diem aja" Aku mengelap sedikit saus di menempel di bibir.

"Gue ga juga ga tau, soalnya pikiran gue sekarang biar selesai kuliah. Terus bisa kerja kantoran dari orang-orang, punya uang banyak" jawabku Rio sedikit tersenyum mendengarnya.

"Semua orang yang kuliah pasti gitu pikiranya, Habis kuliah kerja harus kerja kantoran. Jarang ada yang punya kesukaan dan akhirnya bisa punya menghasilkan dari apa yang kita sukai. Jadi waktu kita dapet uang bahagia"

"Yah... Soalnya di pikiran orang sekarang kerja itu yang dikantor." Komentarku sambil meminum lemon Tea.

"Rio kok jadi bicara serius kaya gini, tapi benar juga kalo sebenarnya banyak cara dapet uang. Di zaman era serba digital, Bahkan hanya bermodal account social media bisa dapet uang.... Seleb gram, YouTube-er bisa dapat uang hanya bermain didepan laptop dan gadget."

Aku tetap terdiam sambil mendengar ucapan Rio, memang beda dengan pria jaman sekarang. Kira-kira kalau Dhani berpikiran seperti itu ga yah. Pikiranku, tiba-tiba teringat dengan sosok Dhani kembali.

"Udahlah... Nina.... Lo ga usah mikirin si Dhani yang belum lo kenal itu... Belum tentu dia juga mikirin lo, sayang kalau otak lo Cuma bisa mikirin pria yang belum lo kenal mending mikirin orang yang udah ada didepan mata"

Itu komentar Tantri saat gue cerita kalo Rio ngajak nonton Liverpool. Aku pikir mungkin dengan adanya Rio bisa mengalihkan sejenak pikiran Dhani tapi ternyata masih ada yang tersisa.

**

Pertandingan dimulai, Rio serius menonton pertandingan Liverpool, Club kesayangannya. Diam-diam aku memandangi wajah tirus Rio dari samping dan juga hidup yang sedikit mancung. Lenganya terlihat sedikit berbentuk karena otot.

Aku sebenarnya tak terlalu tertarik menonton Club Liverpool, karena bukan pencinta Slogan "You Never Walk Alone" tapi aku lebih suka dengan club Arsenal, walaupun banyak yang bilang kalau Club yang frustasi karena ga bisa dapet piala Preamier League.

"Yessssss... Gollllllllll..." Rio menjerit histeris bersamaan dengan semua pendukung lainya yang bahagia karena kedudukan 1-0 di pertengahan menit awal.

Aku hanya bertepuk tangan melihat Rio yang antusias, mungkin saat ini aku belum bisa jatuh cinta dengan dia.

Tapi mudah-mudahan aja Rio bisa mengubah hati yang beku karena memiliki sama-sama kesukaan menonton bola, selain itu alasan aku tak bisa menerima hainya karena masih menunggu cintanya Dhani

Bersambung 

Just Waiting Where stories live. Discover now