18.Mrs G

117 1 0
                                    

Dhani sempat berhenti di depan dispenser untuk mengambil minum, lalu pergi ke kantin. Aku mengamati pakaian dengan topi biru yang dibalik, lalu kaos berwarna biru dan celana jins berwarna belel, sepatu kets hitam dengan sol putih.

Tanpa sadar wajahku bersemu merah dan saat itu Stefanie datang terburu-buru masuk kelas heran karena melihat wajahku yang bersemu merah.

"Kenapa lo Nin?" tanya Stefanie dengan nafas terengah-engah. Aku hanya melirik ke arah lorong.

Stefanie binggung, memilih untuk tak peduli segera masuk ke dalam kelas menaruh tas lalu mengambil minum sebelum dosen masuk. Aku mengikutinya karena berharap Dhani bisa lewat didepanku.

Tiba-tiba sosok Dhani turun dari tangga, aku terdiam dan sempat mencolek Stefanie memberikan kode. Entah kenapa wajah Stefanie langsung berwarna merah dan langsung tersedak. Aku memilih kabur masuk kelas meninggalkan Stefanie yang tersedak.

Dosen pun masuk dan Stefanie juga ikut masuk sebelum absen dimulai. Aku menahan tawa dan Tantri pun pasti langsung berbisik ingin tahu apa yang terjadi.

"Nanti aja dosen yang ini killler" bisikku. Tantri pun menganguk sambil membuka binder.

***

Akhirnya selesai juga mata kuliah Profesional studies, menjadi pribadi yang profesional dalam beberapa hal dan dalam bidang komunikasi itu penting banget.

"Aku pergi keluar ruangan sedikit mengendap-ngedap karena takut kalau tiba-tiba Dhani lewat"

Stefanie tiba-tiba sudah ada dibelakang, sengaja mendorongku keluar dari ruangan kelas. Hampir saja aku terjatuh tapi bisa tertahan dengan keseimbangan yang bagus dari badanku.

Terdengar suara tawa bahagia Stefanie yang membawa bekal makan ditangan. Kami pun duduk disofa dengan ruangan kelas.

"Gara-gara lo yah, si Dhani pasti ngira kalau gue itu suka sama dia. Mana muka gue tadi merah pake batuk. Terus bodohnya, gue ikut kabur juga lagi" keluh Stefanie sambil membagi roti bakar coklat keju yang dibawanya.

"Lah elo yang salah, kan gue yang suka sama Dhani kenapa jadi muka lo yang merah. Harusnya gue yang mukanya merah dan kabur" ejekku

Tantri datang langsung merapas sisa roti yang ada ditangan, dengan satu suap saja roti sudah habis dimulut teman ku yang gila makan ini.

"Jadi kenapa tadi lo masuk nahan tawa, sampe si Stefanie wajahnya masuk merah." Tanya Tantri.

"Tadi kita ketemu Dhani ditangga, gue kaget.. Eh dia malah yang wajahnya merah pake kabur segala lagi. Padahal kalo kenal, dia bisa nyapa aja gitu, santai aja. Lo yang bikin sendiri, kalo Dhani mikir kalau lo yang suka sama dia"

Tantri membenarkan kata-kataku. Aku pun bisa tersenyum bangga sementara Stefanie hanya bisa cemberut. Lalu sosok Pria tinggi dengan mata yang terlihat bagus lewat didepanku.

Wajah Stefanie kembali memerah, aku dan Tantri mencoba menahan senyuman. Ternyata temanku yang satu ini tak bisa menutupi rasa suka dan gugupnya, maklum dia lebih suka pergi ke gereja dibanding malam minggu dengan pria-pria yang mengejarnya.

Aku berpikir Stefanie akan cocok dengan "Oppa Gereja" atau pendeta yang lebih suka berada dalam geraja. Atau Pria-pria yang selalu menyanyi dalam perkumpulan gereja.

"Cieeeeeee" jeritku dan Tanti setelah melihat pria yang terlihat seperti model akhirnya turun dari lift.

"Tau aja lo liat cowo-cowo bening" ejek Tantri. Stefanie mencoba mengilangkan merah di wajahnya, seperti salah pakai bedak karena lebih banyak mengunakan blush on.

"Dia dulu satu kelas juga sama gue, tapi jarang masuk." Cerita Stefanie.

"Tapi dia bisa masuk ke semester berikutnya tuh" komentarku

"Mungkin dia ngambil semester pendek buat ngejar mata kuliah di semester awal" Tantri dan Aku mengangguk tanda setuju.

"Jadi lo mulai suka sama dia dari semester awal, tapi ga kenal gitu" komentar Tantri blak-blakan.

"Yah Ampun Tantri... Dhani aja ga akrab apalagi cowo tadi yang jarang masuk kampus. Siapa tadi namanya?" Komentarku.

"Tommy.. Anak Basket" jawab Stefanie. Aku terdiam teringat kenangan buruk dengan Pria pemain basket.

"Uhhh.. Bapeeeerrr" goda Tantri yang ditujukan padaku. Stefanie binggung.

"Kenapa? Ada apa? Lo suka sama cowo tadi juga?" pikir Stefanie polos

"Ga kemarin gue sempat dekat sama cowo basket" ceritaku singkat karena tak ingin membahas lebih detail.

"Kok bisa? Gimana ceritanya?" Stefanie merajuk ingin diceritakan. Aku memilih untuk masuk ruang kelas akhirnya Tantri yang menceritakan semuanya karena pasti alur ceritanya pasti sama.

***

Aku mengeluarkan ponsel seperti biasa ingin mengecek account Instagram lalu kaget melihat foto pernikahan Rio dan istrinya, bergegas aku langsung klik unfollow seperti tak ingin lagi berhubungan dengan Rio.

Entah pikiran darimana aku mengetik nama "Dhani" dikotak search. Terlihat banyak nama yang sama akhirnya aku menulis nama lengkapnya.

"Wahh... pasaran juga yah namanya" pikirku.

Perlahan aku mencari sosok Dhani yang aku kenal, dan akhirnya menemukan sebuah foto pria sedang tertunduk dengan topinya. Tanpa ragu aku langsung memfollow accountnya, tanpa peduli dia berpikir apa karena memang kolom followernya sudah lumayan banyak dan tak dikunci.

Aku menscroll bagian bawah mencari info tentang Dhani

Fakta pertama ternyata Dhani penyuka bola dan yang bikin aku tak habis pikir kenapa harus Liverpool itu sama dengan yang disukai Rio.

"Kenapa harus berhubungan dengan dia lagi sih" gerutuku kesal

Aku melihat kembali beberapa foto dengan keponakanya yang masih bayi dengan caption "Selamat datang kedunia, keponakanku yang ketiga"

"Wah... dia udah jadi om.. Tiga pula.. Jangan-jangan kakaknya banyak"

Jari jempol ku terus bergerak ke arah bawah dan menemukan sebuah gambar papan tulis seperti layaknya kartun yang dibuat bagus suasana dalam kelas.

"Project pertama" tulis Dhani dalam captionya. Tak ada komentar pula hanya love yang diberikan cukup banyak.

Semakin penasaran aku ingin melihat sisi Dhani lebih dalam. Di jaman sekarang, mengenal seseorang bisa lewat Media sosial, bahkan seorang bos akan bertemu dengan pegawainya akan dicek juga di media sosial agar tahu sifat asli pegawainya.

Ada sebuah foto wanita, sudah sedikit tua mengunakan pakaian batik dan juga selendak di pundaknya. Seperti pakaian akan siap kepesta, tapi duduk rapih di kursi.

"I Miss U Mrs G...My Mom"

Aku melihat postingan dibagian bawah dan itu sama persis saat menyampaikan salam di siaran Radio. Jadi selama ini cewe yang berinisial G itu adalah ibunya, bukan wanita lain.

Otaku seperti perlu dicuci bersih dengan sabun, ga boleh selalu berpikiran kalau wanita yang dekat dengan pria itu punya hubungan layaknya pacaran. Tapi bisa juga hubungan ibu dengan anak.

Aku teringat dengan kejadian Rio kemarin, sosok wanita yang aku pikir itu Tante atau Rio dipelihara oleh seorang wanita tua, salah besar dan itu memang sudah dibuktikan dengan cerita Lando untuk memastikannya.

Sekarang Wanita berinisial G yang aku pikir adalah seorang wanita yang dekat dengan Dhani ternyata adalah ibunya. Aku melihat kolom komentar dan mataku terbelalak. Ada wanita lain di hati Dhani sekarang.

Bersambung

Just Waiting Where stories live. Discover now