Hopeless

2.7K 238 80
                                    

(Click the play button on the YouTube link 👆)

...

"Hey bodoh! Kau mengesalkan sekali!"

"Apa? Kau menantangku?!"

Tidak hanya terjadi sekali, Jean murka setelah Eren mendapat perhatian berlebih dari Mikasa. Padahal bukan kemauan Eren. Lagipula, apa salahnya seorang kakak memerhatikan adiknya?

Uh, Jean malah semakin kesal kalau mendengar alasan bodoh itu. Eren benar-benar seorang bajingan buta-keparat.

"Astaga, apakah aku harus terlibat dalam pertengkaran dua bocah ini? Sejujurnya bukan hanya Jean yang kesal."

Armin tak sengaja mendengar Levi menggerutu, berkata ambigu. "M-mungkin maksudnya lain." Ia tak ingin berpikir lebih lanjut. Tidak mungkin Levi menyukai seorang perempuan yang sering bersikap dingin padanya, kan? Kecuali saat berada di dalam medan pertempuran. Mikasa cenderung sangat menghormati setiap perintah Heichou-nya, lebih dari siapapun.

Sebagai ketua, Levi harus selalu melerai. Pukulan tidak seriusnya tetaplah menyakitkan, padahal. Namun memang dasar kepala batu, mereka tidak pernah kapok berbuat ulah. "Kalian ini seperti bocah saja. Lebih seriuslah sedikit!" perintah Levi, disertai tatapan tajam menakutkan, setelah membuat keduanya
tersungkur di atas tanah. Terkadang ia bertingkah seperti ibu tiri; bertenaga bodyguard.

Mereka langsung berdamai, daripada membuat Levi melanjutkan kembali ceramah tak bersuara-nya.

Sasha tiba-tiba tertawa. Membuat yang lain menatap tak mengerti. "Kalian akrab sekali, ya."

"TENTU SAJA TIDAK!" Eren dan Jean menjawab serentak. Begitulah cara sepasang rival menyetujui ucapan seseorang. Mereka melempar pandang berbeda arah. Seperti dua orang remaja pubertas.

"Tidak terasa, sudah empat tahun kita berjuang bersama." Ucapan Armin mau tak mau, memicu yang lain berwajah lembut.

"Benar juga. Rasanya kemarin kepala Connie masih botak."

"Dan baru kemarin rasanya, makan malam Sasha tiga kali lipat lebih banyak dari perempuan normal."

Suasana lembut tak pernah bertahan lama di antara mereka. Kalau Eren dan Jean seperti kucing dan anjing, maka Sasha dan Connie seperti Survey Corps dan titan. Saling membenci, tapi saling mencari. Lagipula, kepala Connie masih botak, nafsu makan Sasha malah semakin tidak manusiawi.

Banyak yang terjadi selama mereka tergabung ke dalam Levi squad. Suka dan duka. Tidur dengan wajah tak terkondisikan di dalam satu ruangan. Mengerti kebiasaan masing-masing. Mereka tumbuh dewasa bersama. Di balik hari-hari melelahkan, kehilangan orang tua di usia muda; setidaknya mereka kini saling memiliki. Terjalin ikatan seperti keluarga sungguhan.

Semoga saja suatu hari saat perang berakhir, persahabatan erat akan semakin terjalin. Hingga satu persatu dari mereka akan menikah, memiliki anak; melanjutkan kehidupan seperti orang kebanyakan.

Sungguh mimpi yang indah.

"—Min, Armin!"

Pria berambut pirang terendam darah. Ia baru saja terbangun dari mimpi indahnya. Kini dihadapkan oleh kenyataan berbeda. Seumur hidup, Armin tak pernah melihat raut wajah Mikasa sebegini hancur. Memangnya apa yang sedang terjadi? Kepala Armin terasa pusing. Pun pandangannya sering mengabur. "Mi-kasa? Lama tidak berjumpa. Eren ke mana? Aku, Sasha, Jean, dan Connie sangat merindukan kalian." Suaranya terdengar lemah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

In The End (HIATUS)Where stories live. Discover now