Still ; 04

3K 554 29
                                    

"Diangkat, nggak?"

(Namakamu) menoleh ke samping dan menggeleng. Ia menenggelamkan punggungnya ke jok mobil. (Namakamu) dan Devano telah sampai ke lokasi shooting Bumi Manusia. (Namakamu) sudah mencoba menghubungi Iqbaal berulang kali agar laki-laki itu menghampirinya ke sini, namun yang ia dapati justru suara operator yang berkata jika nomor yang dituju tidak menjawab panggilannya.

"Ya udah. Sekarang kita turun aja, terus jalan-jalan. Siapa tahu nanti lo ketemu Iqbaal atau seseorang yang lo kenal dan bisa bantu lo buat ketemu Iqbaal," Devano memberi saran yang langsung disetujui oleh (Namakamu).

Sepuluh menit mereka berjalan-jalan sambil mengobrol, mengamati pemandangan dan orang yang berlalu-lalang, pula berusaha mencari Iqbaal yang tak kunjung terlihat batang hidungnya. "Ish, Iqbaal nyebelin banget, sih!" Keluh (Namakamu) seraya mengerucutkan bibirnya. Ia bisa saja bertanya pada salah satu crew, namun tujuan Ia kesini 'kan untuk memberi surprise pada Iqbaal. "Aduh! Aduh!" (Namakamu) meringis sambil mengelus hidungnya yang baru saja ditarik oleh Devano. "Ngapain, sih!?"

"Gue gemes ngelihat lo ngomeeel mulu daritadi. Pengen gue cubit aja rasanya," Ujar Devano dan mencuri satu cubitan di pipi kanan gadis itu. (Namakamu) membalasnya dengan pelototan mata. Devano terkekeh dan mengalungkan lengannya di leher (Namakamu), menarik gadis itu mendekat, kemudian berbisik, "Daripada lo kesel nggak danta di sini, mending kita pulang. Yuk?"

"Nggak mauu," Rengek (Namakamu) seraya menggeleng. Ia menunduk, menatap sepatunya.

Devano menghela napas. Ia menunduk, melihat (Namakamu) yang seperti akan menangis. Lantas Devano menarik gadis itu ke pelukannya, berusaha menenangkan. "Besok kita coba ke sini lagi. Iqbaal juga lo coba hubungin terus aja," Saran laki-laki itu. "Jangan nangis, ya." Lelaki itu mengusap punggung (Namakamu).

"Tapi kita, 'kan, belum ketem---" BUGH! Entah darimana asalnya, Iqbaal tiba-tiba muncul, menarik lengan Devano, dan meninju pipi laki-laki itu. "ASTAGA, DEVANO!" Pekik (Namakamu) yang terkejut atas perlakuan Iqbaal.

"SIAPA LO BERANI MELUK-MELUK CEWEK GUE!?" Iqbaal terlihat menyeramkan dengan urat-urat yang menonjol di lehernya. Dada bidang laki-laki itu naik turun menahan emosi. Wajahnya memerah. Iqbaal hendak melayangkan satu tinjuan lagi ke pipi Devano jika saja (Namakamu) tidak menahan tangannya.

"IQBAAL! Kamu ngapain, sih!?" Tanya (Namakamu) tak habis pikir. Netranya beradu dengan milik Iqbaal.

"Kamu yang ngapain di sini berduaan sama dia!"

"Aku nyari kamu!" Balas (Namakamu) juga membentak. "Devano nemenin aku ke sini buat nyari kamu!" (Namakamu) merendahkan suaranya, menahan emosi juga tangis yang berontak ingin keluar dari pertahanannya. "Kamu kemana aja dari kemarin? Aku telepon, SMS, WA, nggak ada yang--"

"Aku sibuk!" Potong Iqbaal cepat. "Aku nggak punya waktu buat---"

"Nggak punya waktu buat aku? Iya, gitu!?" (Namakamu) menggeleng tidak percaya. Ia bergerak mundur, memutar tubuhnya, kemudian menarik Devano untuk pergi kembali ke mobil laki-laki itu.

Iqbaal menggeram marah. Ia mengikuti langkah kekasihnya dengan cepat sambil sesekali memanggil nama kekasihnya. Laki-laki itu menutup pintu mobil yang baru setengah (Namakamu) buka dan menahan lengan gadis itu.

"Sayang ..., aku minta maaf. Aku bener-bener sibuk, untuk isti---"

"Kamu sibuk, 'kan? Ya udah. Silakan lanjutkan kesibukan kamu. Aku mau pulang aja ke Jakarta."

Iqbaal kembali menahan lengan (Namakamu) saat gadis itu hendak berbalik masuk ke dalam mobil. "Nggak, bukan itu maksudnya, (Namakamu)."

"Aku mau pulang," Sahut (Namakamu) dengan penekanan di setiap katanya. Gadis itu menghempas tangan Iqbaal yang ada di lengannya, lalu lekas masuk ke dalam mobil. Ia menulikan telinganya dari Iqbaal yang berusaha memanggilnya dan mengetuk jendela mobil di sampingnya. Devano melirik sekilas dan menjalankan mobil pergi dari tempat itu.

April. [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang