03

5.1K 710 45
                                    

Iqbaal elek

10.39
LO NGGAK BILANG KAMPRET

10.39
GUE BILANG YA ENAK AJA
'(Namakamu), acara premierenya
hari rabu. Jangan lupa!'
Gue bilang gitu pas free call
minggu kemaren!!!

10.40
Ah bete deh gue
belum ijin, belum milih baju,
belum tahu mau ngajak siapa :(
Eh, ada si Biru ya lupa ehe

10.40
tuh ajak aja cowok lo
santai elah nggak usah ribet
lo pake jeans juga gapapa

10.41
jelek bgt
yauda deh jadi acaranya besok?
jam brp?

10.45
film mulai jam 7
jam 5 kalau bisa lo udah stay

10.47
yaudah gue tanya biru dulu

(Namakamu) mencari kontak Biru dan langsung menelepon. Panggilan tersebut diangkat setelah dering ke-empat.

"Halo, Biru?"

"Kenapa, (Namakamu)?"

"Besok bisa anterin aku ke GI, nggak? Buat ke premiere film Dilan."

"Jam berapa?"

"Jam lima nyampe sana. Nonton filmnya jam tujuh," (Namakamu) memberi jeda. "Tapi, kalau nggak mau nggak apa-apa."

"Mau, lah. Kenapa harus nggak mau?" Biru di ujung sana tertawa. "Aku jemput jam setengah lima, oke?"

"Siap! Makasih ya, Biruuuu."

"Sama-sama, cantik."

Panggilan itu terputus, namun rona di pipi (Namakamu) belum hilang sepenuhnya. Biru memang membawa banyak sekali warna di hidup gadis itu.

***

Setelah pusing memikirkan baju apa yang akan Ia pakai ke premiere hari ini, (Namakamu) akhirnya memutuskan untuk memakai dress di bawah lutut berwarna putih dengan outer yang berwarna sama juga sneakers berwarna senada dengan bajunya. Intinya, (Namakamu) dipenuhi dengan warna putih hari ini. Kecuali tasnya yang berwarna hitam.

"(Namakamu), Biru udah nungguin kamu di luar, tuh!" Seruan dari ibunya membuat (Namakamu) lekas pamit pada kedua orang tuanya dan menghampiri Biru di depan pagar. Laki-laki itu datang dengan mobil yang biasa Ia pakai selama ini.

"Hai," Sapa (Namakamu) saat Ia sudah duduk rapih di bangku samping pengemudi. Biru tersenyum tipis dan membalas sapaannya, kemudian mereka mulai membelah jalan Ibukota untuk sampai ke tujuan mereka hari ini. "Kamu nggak pa-pa, 'kan, ikut nonton filmnya?"

Biru menoleh sekilas, "Nggak pa-pa. Lagian aku juga kepo sama filmnya, kok."

"Kepo kenapa?"

"Aku 'kan suka Pidi Baiq dari dulu. Karena Dilan termasuk novel Pidi Baiq, aku mau aja nontonnya."

Ini yang menjadi kesamaan di antara mereka: sama-sama menyukai buku. (Namakamu) tidak akan pernah habis membahas buku bersama Biru. Dan itu adalah satu dari banyaknya aspek kenapa (Namakamu) menerima Biru sebagai kekasihnya.

April. [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang