09

4.9K 693 94
                                    

PUTER MULMEDNYA BEB!

***

Biru tidur telentang di atas kasur, mengamati langit-langit kamar sambil telinganya mendengar ocehan dari gadisnya.

"Kamu tahu nggak, seberapa besar rasa bersalah aku waktu bilang ke dia kalau kita udah jalan lima bulan? for God's sake, aku juga perempuan! Aku tahu rasanya kayak apa!"

Biru diam, Ia sendiri juga bisa melihat bagaimana rapuhnya (Namakamu) saat itu.

"Biru, dengerin aku, nggak?"

"Iya, sayang, aku denger."

"Sayang-mu itu bullshit tahu!"

"Kenapa, sih, Amandaa?"

Suara di sana berujung sunyi. Biru menautkan kedua alisnya saat mendengar suara isakan.

"Aku jadi cewek bego banget, ya. Aku tahu kamu macarin aku cuman karena pelampiasan rasa kamu ke (Namakamu). Tapi, aku tetep nerima kamu. Harusnya aku tolak kamu dari awal, ya? Biar aku nggak ngerasain rasa sakit sendirian kayak gini. Tapi-" Amanda berusaha keras menahan tangisnya. "-Aku terlanjur sayang sama kamu. Dan aku seharusnya membenci rasa ini sejak awal. Tapi, nggak bisa ..."

Biru terdiam. Dia memang egois. Biru tahu jika Amanda bukanlah gadis bodoh yang tidak tahu jika Biru masih memiliki kekasih saat menembaknya. Amanda bahkan sudah mengenal Biru lima tahun lamanya, dan selama itulah rasa cintanya pada Biru. Biru egois, Amanda 'pun sama. Tapi, memang tidak salah, 'kan, jika Amanda menuntut bahagia?

Lima bulan sudah Amanda berusaha keras membuat Biru lupa dari masa lalunya. Mungkin akan berhasil jika mereka tidak bertemu (Namakamu) di mall waktu itu.

"Biru, kamu masih di sana?"

"Ya."

"Apa aku nyerah aja? Aku capek, Biru. Kamu masih terus-terusan inget (Namakamu). Aku tahu aku jahat karena ngerebut kamu dari dia. Tapi sekarang cuma ada kita, Biru. Cuma ada kita berdua. Sayangnya aku merasa sendiri di sini, rasa cintaku belum kamu terima dengan baik. Boleh, 'kan, kalau aku menyerah?"

"Jangan," Biru memejamkan matanya. "Kamu hampir berhasil, Amanda. Sebentar lagi. Bisa menunggu, 'kan?"

Amanda di ujung sana menghela napas. Harusnya Ia mengakhiri sejak dulu. Namun, jawaban yang keluar dari mulutnya adalah, "Iya, aku usahakan."

Biru lebih dari tahu jika apa yang Ia lakukan dulu bisa menyakiti dua gadis yang di sayanginya. Tapi, jika Biru tetap memaksa untuk bersama (Namakamu), laki-laki itu akan merasa sakit lebih dalam. Saat Biru menyelam bola mata hitam milik (Namakamu), Ia menemukan binar bahagia yang lain. Yang lebih terang dibanding binar bahagia karenanya.

Biru tahu (Namakamu) pasti memiliki rasa pada Iqbaal walau sedikit. Namun, memaksa untuk terus bersama dengan orang yang telah menemukan bahagianya yang lain, tentu akan menyakiti hati kita sendiri.

Saat Biru memutuskan untuk memilih Amanda, Biru sudah bersiap untuk melupakan yang lalu dan menyambut cinta milik Amanda. Meski sulit, Biru telah berusaha. Amanda 'pun sama, Ia berusaha keras untuk membuat Biru bahagia tanpa bayang masa lalu. Keduanya hanya egois soal perasaan masing-masing. Dan kini, sedang berusaha untuk memperbaiki semuanya hingga menjadi baik.

***

(Namakamu) mengunyah kentang goreng dengan kesal. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Ia dan keluarga sudah bersiap untuk pergi mencari makanan berbuka di luar. Tapi tamu bulanan (Namakamu) datang. Hal itu membuat (Namakamu) kesal, kenapa datangnya tidak habis maghrib saja!?

April. [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang