Pelangi tidak menjawab tetapi rona mukanya mendadak berubah warna. Gesna sudah dapat menarik kesimpulan sendiri dari penglihatannya. "Lo lagi suka sama cowok, ya? Yang mana anaknya?"

Badan Pelangi menegang, tidak percaya Gesna akan dengan mudah menebak. "Kelihatan ya, Kak?"

Gesna menyengir. "Udah... Yang mana anaknya? Gue pengin lihat."

Gini-gini Gesna juga tahu tanda-tanda seorang cewek yang tertarik sama cowok. Pelangi merogoh kantong piama, mencari sesuatu di ponsel lalu menunjukan sebuah foto ke Gesna. Foto bersama saat sedang di dalam laboratorium. Ada lima orang di foto itu termasuk Pelangi. Namun, Gesna dengan mudah dapat mengira siapa yang dimaksud Pelangi. Ia menunjuk seorang cowok yang berdiri paling belakang, tepat di belakang Pelangi. "Pasti yang rambutnya berdiri ini, ya?"

Pelangi menutup mukanya, malu. Ia mengangguk di bawah kedua telapak tangan.

"Cie...." Tawa Gesna tersembur.

"Kak. Jangan gitu dong, kan malu."

"Ejiye... Jiye... Nggak shanggooop. Boleh juga selera lo." Gesna masih geli. Cowok pilihan Pelangi itu terlihat berkulit gelap dan senyumnya manis, tapi dari penampilan sudah terlihat bahwa dia tipe pembangkang. Gesna berdecak. "Pasti badboy, ya?"

"Sebenarnya Ghazi nggak nakal, Kak." Pelangi menatapnya sungguh-sungguh. Cara Pelangi berbicara terlihat membela cowok itu.

Gelak Gesna terlontar lagi sampai matanya berair. Kalau cewek sudah suka sama cowok ya begitu, salah pun tetap dibela. "Oh, namanya Ghazi. Udah punya pacar belum?"

"Tolong ya Kak Gesna. Ini Pelangi bukan pelakor. Nggak mungkin dong Pelangi suka sama pacar orang."

Gesna terkekeh. "Tinggal jawab belum aja suseh amat. Iya, iya. Jadi, lo mau minta advice apa dari gue?"

Ia lalu meraih sebuah minuman botol di atas meja belajar dan membukanya. Tenggorokannya terasa kering.

Pelangi tersenyum penuh makna, pipinya masih kemerahan. Mata bulatnya berbinar indah. Tidak salah jika Mamah memberi nama gadis kecil ini Pelangi. Gadis kecil ini memang sangat cantik. "Ajarin Pelangi cara dekat sama Ghazi tapi nggak malu-maluin. Kak Gesna pasti berpengalaman. Pelangi pengin bisa merebut hati cowok yang Pelangi suka."

Bulir-bulir jeruk dari minuman botol itu tersesat di tenggorokan Gesna. Berpengalaman dalam merebut hati cowok yang dia suka? Cowok yang disukainya saja sahabat sendiri dan nggak peka-peka.

***

"Ge... Ngi... Makan dulu."

Ketukan berulang kali mendarat di pintu kamar Pelangi, mengganggu dua orang cewek yang sedang khusyuk membahas Ghazi.

"Woy, lo berdua. Buka nggak pintunya?! Gue dobrak nanti," ancam Guntur kesal.

Pintu kamar bergerak membuka, kepala Pelangi keluar dari celah pintu. "Abang cari hobi lain sih selain gangguin Pelangi sama Kak Gesna," sungut Pelangi.

"Hobi gue main basket, main gitar. Ngapain juga gangguin lo pada, nggak ada untungnya!" sahut Guntur. Ia masuk ke kamar Pelangi dan menarik tangan Gesna. "Makan dulu."

Pelangi masih bersungut. "Kak Gesna aja yang diajak makan? Pelangi enggak?!"

Mata Guntur membulat dan bibirnya mengerut. "Gue udah ngajak lo dari tadi buntelan galon."

"Abaaaaang! Pelangi nggak gendut, ya! Enak aja! Abang tuh yang tiang listrik!" Pelangi melayangkan cubitan ke lengan Guntur. Dia lalu menarik Gesna dari pegangan Guntur dan terjadi tarik menarik antara mereka berdua. "Kak Gesna sama Pelangi. Lepasin nggak, Bang!"

MATAHARI APIWhere stories live. Discover now