Chapter 20

14.4K 871 76
                                    

Warning !!!

Putar video diatas. Hayati. Jangan nangis ya.!!! Author gak nye tok tisu.

" Ceraikan aku, Mas ".

----------------------------

Althaf menggeleng tegas tanda penolakan " Perkara yang dihalalkan namun dibenci oleh Allah," ungkap Althaf menatap lekat istrinya yang menunduk dalam.

Hening.

" Saya tidak punya pikiran sampai disana."

Bahu gadis itu berguncang menandakan Dia menangis. Samar-samar Althaf mendengar suara isak tangis. Lantas Ia menarik Rifa kedalam dekapannya. Rifa meronta memukul-mukul dada suaminya.

" Lepaskan aku !! Lepaskan hiks ... Hiks " Gadis ini terus memukul dada suaminya yang dibiarkan oleh Althaf sampai gadis itu lelah sendiri. Tidak peduli kaos nya yang sudah basah oleh air mata istrinya.

Althaf menggeleng , "Tenang." Althaf mengusap punggung istrinya memberinya ketenangan.

Sekuat tenaga Rifa mendorong suaminya hingga jatuh ke sofa. "Aku cukup sabar menunggu penjelasan dari kamu, Mas. Tapi apa yang aku dapatkan. Aku capek Mas. Hati aku sakit," lirih Rifa dengan suara serak. Kelopak matanya penuh oleh cairan bening membuat pandanganya berkunang. Satu hal yang membuat Rifa meringis. Perutnya terasa sakit.

Tahan sayang Batin Rifa.

Rifa ingin berbalik lagi-lagi tangan kekar itu menahannya " Kau terlihat tidak baik. Masuklah. Kau harus istirahat."

Jangan terlalu setres fa. Ingat kau sedang hamil. Tidak baik untuk janinmu. Perkataan Althaf ada benarnya. Ia tidak luluh sedikit pun dengan sikap manis suaminya. Saat ini ia akan menyampingkan ego nya demi bayi nya. Kepalanya juga terasa berat. Ia harus cepat istirahat sebelum tumbang dihadapan Althaf. Jikalau itu terjadi. Maka Althaf akan mengetahui rahasianya.

Rifa pasrah tatkala Althaf membopongnya ala bridal style memasuki kamar mereka. Althaf membaringkan Istrinya di ranjang lantas duduk ditepinya. Mengusap pelipis istrinya dengan gerakan lembut. Harusnya Rifa senang dengan sikap lembut Suaminya. Tapi semua itu tergantikan dengan rasa sakit yang menyerang ulu hatinya.

Rifa membenahi posisi nya memunggungi Althaf. Rifa mengigit bibir bawahnya. Air matanya lolos begitu matanya terpejam erat. Bahkan sepertinya janinnya juga merasakan apa yang ibunya rasakan saat ini.

"Jangan seperti ini ,Fa. Saya tahu kamu belum tidur. Jangan menangis dalam diam. Masih ada saya untuk menjadi sandaranmu. Saya tahu tindakan saya kelewat batas. Tapi saya punya alasan untuk itu. Saya ha-"

" Aku sadar diri. Aku dengan Aluna sangat jauh berbeda. Dia kekasih yang dicintai dan Aku istri yang Tidak dicintai. Dengar Mas . Sekali lagi ku peringatkan. Ceraikan aku dan kau boleh menikah lagi dengan wanita yang kau cintai," tegas Rifa memperingati penuh penekanan disetiap katanya.

" Saya tidak akan menceraikanmu. Mohon mengertilah. Tunggu saya sebentar saja " lirih Althaf penuh harapan.

Menunggu ? Apa lagi yang harus ditunggu. Menunggu dirinya dimadu? bukankah begitu ? apa yang kurang darinya ? bahkan dirinyasaat ini sedang mengandung darah dagingnya. Ah iya. Rifa melupakan satu hal. Suaminya itu tidak menginginkan anak selain dari kekasihnya. Kenapa Rifa begitu bodoh melupakan hal itu.

Apakah sesakit ini balasan mencintaimu andaikan Rifa bisa mengutarakan isi hatinya. Betapa menyedihkannya ia. Istri yang mengemis cinta suaminya.

"saya butuh waktu. Dan saya butuh kamu yang bisa mempercayai saya."

Rifa semakin terisak. Bahunya bergetar. Althaf menyadari itu. Ia bisa apa.

CINTA UNTUK RIFAWhere stories live. Discover now