Chapter 18

12.9K 942 76
                                    

“cinta bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan. Tapi diberikan perhatian demi menutupi hubungan gelapnya itu lebih amat menyakitkan”

****

Setelah mengurus administrasi gadis itu lelaki itu langsung angkat kaki dari Rumah sakit yang menurutnya menjadi penghambat pertemuannya dengan seseorang.  Bahkan lelaki itu pergi dengan songongnya tanpa meminta maaf setelah menabrak bahu seseorang. Si korban hanya menatapnya datar sampai lelaki itu menghilang dibalik pintu keluar.

“Maaf suster. Apa kemarin ada seorang pasien kecelakaan yang dirawat disini ? diantarkan oleh seseorang pria.”

“Ada Pak. Tunggu sebentar.” Suster itu nampak fokus menatap layar monitor dihadapannya.

“Tapi kalo boleh tahu Bapak siapa nya pasien ? ”

“Saya suaminya.”

Suster itu nampak terkejut mendengar jawaban Althaf. Pasalnya pria yang mengantarnya kemarin adalah suaminya. Kenapa sekarang suaminya beda lagi ?

Please deh. Ini bukan drama mahabbarata. Seperti Drupadi yang menikahi lima pandawa. (Author mulai ngelantur)

“Cepat beri tahu saya. Saya mau tahu kondisi istri saya.”

Suster itu tidak mau ambil pusing. Lantas menunjukkan Nomor kamarnya. Althaf langsung bergegas pergi menuju kamar yang dimaksud.

***

“Maaf” Kata itu meluncur dari bibir pria yang kini duduk cemas menatap wajah istrinya yang terlihat pucat.

Pria itu membungkuk lantas mencium kening istrinya lama. Teledor. Itulah kesalahan fatal dirinya. Karena keteledoran nya Rifa harus jadi seperti ini. Althaf memang tidak tahu apa yang terjadi pada Rifa sampai istrinya itu masuk Rumah Sakit. Lelaki yang menelponnya tadi terkesan ogah-ogahan untuk sekedar menelpon dirinya. Althaf tebak. Lelaki itu pasti punya sejuta kekuasaan sampai berani mengatakan ' Akan mencabut surat izin pendirian Rumah Sakit ini'. Perkataanya penuh keseriusan. Aura penguasa nya bisa Althaf rasakan. Pria itu amat sombong.

Masa bodo amat lah. Yang ter penting sekarang Ia sudah menemukan istrinya. Siapapun penyelamatnya. Althaf akan sangat berterima kasih padanya.

“M-mas....” Althaf terkesiap begitu mendengar suara serak yang membuat dirinya seharian kemarin uring-uringan. Entah kenapa. Hatinya menghangat mendengar panggilan itu. Padahal biasanya juga Rifa selalu memangggilnya ' Mas ' . Tapi kenapa sekarang Althaf menyukai panggilan itu.

Althaf mengambil cangkir diatas nakas lantas membantu istrinya minum.

“Minum lagi?” Rifa menggeleng pelan.

Lelaki itu menarik kursi semakin mendekat kan posisinya pada Rifa. “Ada yang sakit?”

Lagi lagi Rifa menggeleng.

“Makan dulu ya. Biar cepet pulih.”

“Perutnya gak enak.”

“Aku usapin ya.”

Rifa menegang begitu tangan kekar Suaminya itu langsung bersentuhan dengan kulitnya. Rasanya detak jantungnya sulit dikontrol saat ini.

CINTA UNTUK RIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang