Chapter 15

13.3K 780 21
                                    

♡♡♡

" Ekhemm !! " Rifa melirik suaminya yang fokus menyetir. Althaf menoleh sekilas, tersenyum manis memamerkan deretan giginya.

Gadis disampingnya berdecak mengalihkan pandangannya.

" Fa,” panggil Althaf.

" Ya."

" Ikut ke Rumah Sakit yuk ,” pintanya tanpa mengalihhkan tatapanya dari setir.

" Enggak," tolaknya.

Althaf manggut manggut melirik istrinya sekilas. Tumben jutek. Biasanya bawel kaya burung beo. Atau kalau nggak penyakit pendiam nya kambuh. Ada apa dengan istrinya itu ?

Wanita memang sulit ditebak. Dan pria yang tidak peka. Tidak sejalan.

" Periksa kandungan kamu " Sontak Rifa membulatkan matanya melirik Althaf.

kandungan ? Enak aja. Hamil juga enggak. Ngasal bicara aja nih orang. Suami siapa sih.

" Sudah dua bulan loh kita nikah. Kali aja kamu lagi isi ," celetuk Althaf sok polos. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk setir mobil.

" Ngawur,” selak Rifa cepat. Althaf nyengir melirik Istrinya. Lalu mengusap puncak kepalanya dengan sayang.

" Sensitif banget sih, Sayang. Hilangin tuh judesnya. Gak boleh ketus sama suami,” sindir Althaf.

Rifa terpaksa memberikan senyuman pada suaminya. Sedetik kemudian memasang muka datar lagi. Althaf terkekeh geli. Istrinya ini sangat lucu.

" Ish !! Aku mau turun disini " Rifa menarik narik gagang pintu mobil. Karena tidak bisa dibuka Ia jadi jengkel terus menoleh suaminya dengan tatapan tajam.

" Apa sayang " Althaf malah menggodanya mengedip-ngedipkan matanya genit. Rifa cemberut menekuk wajahnya. Melipat tangan didada.

" Ikut ke Rumah sakit ya. Kamu tinggal duduk manis. Saya yang kerja. "

Hening.

Althaf tersenyum tanpa dosa.

Sampai dirumah sakit. Althaf menggandeng tangan Istrinya menuju koridor tanpa peduli bahwa dirinya menjadi pusat perhatian sekitarnya.

Senyum Rifa merekah. Ini sungguh takjub. Pertama kalinya Rifa masuk ke gedung Rumah sakit. Ia sibuk dengan kekagumannya sementara Althaf begitu senang melihat senyuman diwajah istrinya. Menatapnya intens. Mencoba menyimpan senyum itu dengan rapih di pikirannya.

Selalu lah tersenyum

Rifa narik-narik lengan jas putih Althaf. " Mas, Mas. Boleh aku pinjam alat itu " Nunjuk  stetoskop dileher suaminya.

Althaf menyentuh Alat yang dimaksud istrinya itu. " Ini ? " Rifa mengangguk intens.

" Lepas saja sendiri. Mampu kan ? ”terang Althaf menantang. Dikiranya gak bakal berani. Ternyata dugaanya salah. Rifa memegang kedua bahu suaminya lalu berjingjit meraih stetoskop nya.

" Dapat " Rifa tersenyum lebar menatap Althaf seraya memasangkan alat itu ketelinganya lalu meraba-raba Dada bidang Suaminya. Suaminya itu sempat terperangah dengan tingkah istrinya. Tadi ngambek. Kenapa sekarang jadi ceria begini.

CINTA UNTUK RIFAWhere stories live. Discover now