Dua

39.2K 2K 191
                                    

"Ikut denganku!" titah Ammar setelah cukup lama hanya berdiam.

"Oke, Tuan muda!" Ziva mengangguk dan mengikuti Ammar menuju ke ruangan lain.

Kepala Ziva menoleh ke kiri kanan, menatap setiap sisi ruangan yang ia lintasi. Rumah itu sangat bagus dan luas, persis seperti rumah Ziva yang dulu. Ziva ingin menangis setiap kali melihat rumah besar, sebab hanya akan membuatnya terkenang dengan rumah lamanya. Sampai kini, ia masih tidak yakin jika hidupnya kini berbanding terbalik dengan yang dulu. Rasanya seperti mimpi.

Bruk!

"Aw!" Ziva memegang dadanya saat tanpa sengaja menabrak sesuatu di depannya. Ia membelalak menatap Ammar yang berdiri mematung menghadap ke arahnya. Ya ampun, kepala Ziva asik memperhatikan kekanan kiri sampai-sampai ia tidak sadar Ammar sudah berhenti di hadapannya.

Ziva menggigit bibir bawah. Astaga, apa yang Ammar rasakan saat tadi Ziva menubruk dada bidang itu? Ammar pasti merasakan sesuatu yang kenyal. Buru-buru Ziva menurunkan tangannya yang mengelus dada akibat nyeri sesaat setelah menabrak dada bidang Ammar.

Sorot mata Ammar menatap Ziva sementara mulutnya membungkam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ziva jadi salah tingkah, tatapan Ammar ditambah suasana sepi membuatnya jadi semakin gugup.

"Kamar saya mana, Tuan Muda?" Ziva mencoba memecah keheingan.

"Ini!" Ammar menunjuk pintu di dekat mereka berdiri. "Masuklah dan lihat ke dalam. Katakan kalau ada yang kamu butuhkan."

"Baik." Ziva membuka pintu kamar lalu memasukinya.

Eit, nggak salah nih kamar pem,bokat seistimewa ini? Ranjangnya besar, pakai spring bed king size, ada Ac, televisi nempel di dinding, lemari empat pintu, rak sepatu, bahkan ada kamar mandinya. Ziva mengernyit sembari membatin bingung. Ia tidak menyangka fasilitas pembantu seistimewa itu, berbanding terbalik dengannya yang dulu memberikan kamar khusus pembantu dengan fasilitas sederhana.

Ziva meletakkan tas lalu mengecek kamar mandi. Ada bathtub, shower, dan perlengkapan lainnya. Ziva tersenyum sambil bertepuk tangan kecil. Ia pikir, hidupnya akan semakin runyam dan menyedihkan setelah menjadi miskin, fasilitas hidupnya akan sulit dan hidupnya pun susah. Tapi dengan menumpang hidup di rumah itu, Ziva kembali mendapatkan apa yang telah hilang dari hidupnya.

Ziva berlari menghambur dan melempar tubuhnya ke atas ranjang.

"Thank you, God!" jeritnya sambil tersenyum lebar dan mata terpejam.

"Ada yang kamu butuhkan?"

Ziva membuka mata dan membelalak menatap Ammar yang sudah berdiri di hadapnnya. Ia sampai lupa masih ada Ammar di sana. Cepat-cepat ia bangun dan duduk. Tersenyum rancu lalu berdiri.

"Nggak ada. Semuanya komplit," jawab Ziva cengar-cengir.

"Ini kunci kamarmu." Ammar meletakkan kunci ke telapak tangan Ziva.

"Makasih."

Ammar balik badan lalu pergi dan menutup pintu kamar.

***

Suara nyaring dering ponsel menarik perhatian Ammar yang sedang konsentrasi menyetir mobil. Ia meraih ponsel di sisinya lalu menjawab telepon.

Married With Tuan MudaWhere stories live. Discover now