prolog

271 57 157
                                    

"Selamat pagi anak-anak," sapa bu Rina yang kini sedang duduk di sampingku.

"Ini kelas apa pasar sih? " batinku saat melihat kondisi ruang yang akan menjadi kelasku 2 tahun ke depan.

Bagaimana tidak seperti pasar, di saat bu Rina menyapa. Mereka malah asik sendiri ada yang lagi gosip, bicara keras, main handphone, bercermin dan masih banyak lagi, yang seakan-akan kehadiranku dan bu Rina tidak dihiraukan.

Setelah satu menit berlalu, dan tidak ada satu jawabanpun dari mereka, bu Rina mulai geram.

"Anak-anak! " ucap bu Rina geram.

Seketika semua yang ada diruangan itu diam, semua tatapan mata tertuju pada bu Rina

"Eh,,, Bu Rina dari kapan ibu di situ? " tanya seorang laki-laki dengan watados memecah keheningan.

"Baru sadar kalian! " ucap bu Rina.

"Yeee, ini kita sadar bu kalau nggak sadar pingsan dong, " jawab seorang cewek berkulit sawo matang.

Mereka semua tertawa terbahak-bahak, mendengar humor dari cewek itu.

"Bisa diam nggak kalian! " bu Rina mulai menatap tajam satu persatu dari mereka.

Seketika mereka diam kembali dan menunduk, tidak ada yang berani lagi berbicara.

"Oke, selamat pagi anak -anak" bu Rina mengulang sapaanya kembali.

"Pagi bu." jawab mereka secara serentak.

"Hari ini kita kedatangan murid baru dari Bandung jadi, Luna silakan memperkenalkan diri, " bu Rina mempersilakanku untuk perkenalan.

Aku mulai keringat dingin pasalnya ini adalah pertama kalinya aku pindah sekolah.

"Hai, teman-teman kenalin nama ku Luna Prisyila Anatasya aku pindahan dari SMA Nusantara Bandung semoga kita bisa berteman, " ucapku sambil tersenyum ramah.

Harus ku akui berbicara didepan orang banyak, terutama di depan orang yang belum sama sekali aku kenal itu membutuhkan tingkat kepedean yang sangat tinggi.

Mereka mulai berbisik-bisik entah apa yang sedang mereka bicarakan aku tidak tahu, bodo amat lah.

"Ada yang ditanyakan? Kalau tidak silakan Luna kamu duduk sama Rinjani ya, " bu Rina menunjuk meja nomor dua dari belakang di samping cewek berkulit putih dengan kacamata yang bertengger dipangkal hidungnya.

Aku hanya mengangguk. Sebelum aku mulai melangkah menuju meja yang ditunjuk bu Rina.

"Udah punya pacar belum? "

Pertanyaan itu, membuat ku diam. Aku menoleh menatap cowok yang sedang bersandar ditembok sambil nyengir tidak jelas. Tanpa memperdulikanya aku berjalan menuju meja yang ditunjuk bu Rina.

"Ha... Ha... Ha, semar mesem lo nggak manjur lagi kali Dam, " ledek cowok berlesung pipi yang tepat berada dibelakang mejaku.

Seketika kelas yang awalnya hening menjadi gaduh kembali semua orang sibuk menertawakan cowok itu, bahkan bu Rina juga ikut tertawa terbahak-bahak.
Aku hanya diam menatap satu persatu orang yang akan menjadi teman kelasku.

"Huf... kelas apaan ni." batinku lelah.

FOSFOURWhere stories live. Discover now