Chapter 15: Toko Buku 2

Mulai dari awal
                                    

"Oh, kenalin teman gue. Fikri."

Laki-laki bernama Fikri itu tersenyum. Tangannya terulur mengajak Naura bersalaman. "Hai, ketemu lagi, Ra."

Naura menyalami Fikri. Ia sedikit tertegun. "Kita pernah ketemu?"

Fikri tertawa. "Gue Fikri. Kita pernah ketemu di sini."

Naura mengerutkan dahinya.

"Fikri. Gue pacarnya Disa. Kalau enggak salah, dulu lo datang sama kakak lo," jelas laki-laki itu membuat ingatan Naura akhirnya kembali.

"Ah, iya. Pantas aja, kaya enggak asing."

Mereka tertawa. Fikri lalu berkenalan dengan Lala.

"Oh ya, Ra. Langsung aja gimana? Biar enggak lama," ucap Fiko kepada Naura.

"Aku ikut aja mau gimana. Sekarang juga enggak apa-apa."

"Ya udah, yuk. Gue udah dapat tempat yang bagus."

Naura menahan Fiko yang hendak melangkah. "Oh iya, Fik. Tapi, apa boleh ngelakuin di sini?"

Fiko tersenyum. "Santai, Ra. Boleh kok. Tadi gue juga udah ijin sama mas-masnya. Boleh-boleh aja selagi enggak ganggu pengunjung lain."

"Oh, oke."

Fiko pun mengajak Fikri, Naura, dan Lala untuk menuju tempat yang dirasa bagus untuk mengambil foto.

***

Sudah beberapa menit Arka mencoba menyelesaikan soal yang ada di hadapannya tersebut. Namun, tetap saja Arka tidak bisa. Ia tidak tahu rumus apa yang harus ia gunakan. Mengetahui meteri saja tidak.

Dari semua mata pelajaran kelas IPA ada satu mapel yang sedari dulu sulit untuk ia pahami, yaitu Fisika. Ia memang pandai berhitung. Namun, jika sudah berhubungan dengan fisika, Arka mengaku menyerah.

Arka mendesah kesal. Sepertinya dari semua anak yang hadir di kelas les sore itu hanya dirinya sendiri yang terlihat bodoh. Arka memejamkan matanya. Jika tau seperti ini, Arka lebih memilih bolos les saja untuk pertemuan hari ini.

Kursi di seberangnya berdecit membuat Arka refleks menolehkan kepalanya. Laki-laki berwajah manis bernama Rifzhan yang duduk persis di samping kanannya itu berdiri. Ia membereskan alat tulisnya kemudian beranjak maju ke depan. Tidak lupa, Rifzhan juga membawa dua lembar kertas berisi soal dan jawaban.

"Pak, saya sudah selesai. Boleh pulang dulu, kan?" ucap laki-laki itu.

Pak Santo, guru les di bidang fisika itu mengecek lembar jawab milik Rifzhan. Setelah beberapa detik, beliau pun mengangguk. "Kamu memang pintar. Seperti perjanjian tadi, yang sudah bisa pulang duluan."

"Terima kasih, Pak."

Arka menatap kepergian Rifzhan. Melihat teman sebangkunya itu pintar di bidang fisika, seketika Arka menyesal. Seharusnya, ia bertanya saja pada Rifzhan. Jika begitu, ia pasti bisa keluar bersamanya.

Arka kembali fokus pada soal-soal. Kembali membuka buku catatan, Arka mencoba memahami lagi. Arka mengerjakan sesuai kemampuannya. Walaupun mungkin hampir semua jawabannya salah.

Satu per satu murid mulai beranjak maju ke depan. Mengumpulkan lembar kerjanya dan keluar dari kelas.

Satu menit.

Lima menit.

Delapan menit.

Menyisakan Arka yang masih berkutat dengan soalnya. Tidak lama kemudian, Arka selesai. Ia beranjak dan menghampiri Pak Santo.

"Ini, Pak." Arka menyerahkan lembar kerjanya.

Pak Santo menerimanya dan menggabungkannya dengan yang lain.

Mantan Rasa Pacar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang