DELAPAN

160 23 6
                                    

hai, guys!

Ada yang sedang menunggu cerita ini?

Hehe, kan sudah dibilang ini bakal slow update banget :(

Chapter selanjutnya belum dapat dipastikan kapan bakal bisa diposting, yang pasti cerita ini bakal aku tulis sampai tamat, cuma ya itu dia tadi aku bilang, bakal slow update banget. Ngapapa ya slow, yang penting pasti? hehe. 

Pokoknya selamat membaca ;)

.

.

08

.

Jam istirahat telah berakhir. Semua murid baru harus kembali ke barisannya. Agenda yang dilakukan juga masih sama dengan tadi pagi, yaitu belajar baris-berbaris.

Baru lima menit berjalan, tapi Kanya terlihat kehilangan fokus. Ia beberapa kali mengelengkan kepala sambil mengernyitkan dahinya seperti menahan sakit. Ia juga beberapa kali sempoyongan.

Seto memberi aba-aba balik kanan, tapi aku tidak melakukan itu karena aku melihat Kanya seperti akan jatuh. Jadi, aku menahan bahunya sebelum ia menyentuh lantai. Semua orang yang berada dalam kelompok panu melihat kami, termasuk Seto dan Tere yang menghampiri kami.

"Elo enggak pa-pa?" tanya Seto pada Kanya.

Aku menjawab pertanyaan dari Seto untuk Kanya. "Dia dari tadi memang kelihatan kurang sehat kak."

Tere melepaskan penganganku pada Kanya dan mendorong aku sedikit menjauh agar supaya ia bisa mengangantikan posisiku.

"Kanya elo enggak pa-pa? Mau gue antar elo ke UKS atau mau gue antar elo pulang?" Tere bertanya dengan sangat lembut dan penuh kepura-puraan, semua orang dapat melihat itu, termasuk aku, bahkan aku dapat mendengar Seto mendengus pelan.

Kanya mundur selangkah untuk penolak perlakuan yang diberikan Tere.

"Rasi, elo bisa tolong ambil ponsel gue?" Kanya padaku.

"Bisa, biar aku ambil dulu." Aku segera pergi mengambil ponselnya. Setelah menemukannya, aku langsung beri pada Kanya.

"Elo mau apa?" Tere mengintip saat Kanya melakukan sesuatu pada ponselnya.

"Tunggu, buat apa elo telepon Romeo?" Tere langsung mencengah Kanya saat ia tahu apa yang akan dilakukan Kanya.

"Bisa elo lepasin tangan gue?" Kanya berkata dengan ketus.

"Enggak akan sebelum elo beritahu gue apa tujuan elo sebenarnya?" Tere bersuara cukup besar sampai membuat Kanya kembali oleng.

"Gue mau pulang, kenapa elo begitu takut?"

"Gue PJ di kelompok ini. Gue juga yang berhak memutuskan apa yang boleh dan tidak boleh elo lakukan." Tere mulai lagi dengan senioritasnya. "Kalau elo mau pulang, biar gue yang antar. Tidak ada Romeo. Siapa tahu elo mengarang cerita dan membuat seolah gue yang membuat elo begini?"

"Tere cukup!" Seto yang dari tadi diam, tidak tahan untuk berbicara. "Gue diam, bukan berarti gue setuju dengan apa yang udah elo lakukan dari tadi sama anak-anak."

"Mereka memang pantas mendapatkan itu semua. Mereka ini kalau enggak disuruh-suruh, jadi manja. Gue enggak suka anak manja."

"Tapi, apa yang sudah elo lakukan dari tadi sangat keterlaluan. Memperlakukan mereka seperti elo adalah majikannya dan mereka adalah pembantunya."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 27, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

High School DisasterWhere stories live. Discover now