T I G A

820 69 2
                                    

03

.


"Jadi, Romeo itu benar kakak kamu?"

Kanya mengangguk. Ia masih saja terbahak.

"Terus apa hubungannya dengan dua orang tadi?" Meskipun Kanya sudah bercerita tentang siapa Romeo Alexander yang dapat membuat Tere dan Aurin bertengkar dan melupakan kami, masih saja aku tidak paham.

"Yang namanya Tere itu, pacar kakak gue. Terus yang satunya lagi, aduh gue lupa namanya siapa, ia gebetan kakak gue."

"Gebetan? Pacar?" Aku membeo. "Apa bedanya?" Aku yang masih tidak mengerti terus bertanya.

"Gebetan itu yang nantinya akan jadi pacar Romeo setelah ia bosan dengan pacarnya yang sekarang. Istilahnya, yah, cadangan."

Aku menganga mendengar penjelasan Kanya itu. Satu kesimpulan aku dapatkan, "Playboy?"

Tanpa ragu, Kanya mengangguk. "Sexy Playboy."

"Apa?"

"Sexy playboy. Itu julukan Romeo Alexander."

Aku masih syok. Tentu saja aku syok. Selama ini aku hanya dengar istilah itu saja, entah dari novel, entah dari omongan teman-temanku dulu. Tidak pernah kutemui eksistensinya dalam enam belas tahun hidupku, kecuali detik ini.

Kanya tertawa melihat ekspersiku. Dia menyenggol bahuku. "Biasanya aja kali. Lo mau gue kenalin dengan flower boys Global High?"

"Flower boys Global High?" Aku enggak ngerti deh kenapa dari tadi aku suka sekali membeo. Yang penting, setiap informasi yang berhasil aku dapatkan di hari pertama aku sekolah di sini selalu membingungkan.

"Pernah nonton Meteor Garden 'kan?" Aku menganggukan kepala. Tentu saja pernah. Aku suka nonton drama. Tidak mungkin drama setenar Meteor Garden tidak aku tonton. "Lo pasti tahu istilah F4 kan? Para cowok popular yang digilai semua cewek." Aku mengangguk lagi. "Ya, ini, semacam itu. Para cowok yang sangat popular di sekolah kita. Oh, atau lo lebih familiar dengan istilah the most popular boys? The most wanted boys?"

Enggak ada istilah yang familiar satu pun sama aku. Di sekolahku dulu, aku hanya mengenal satu tipe cowok popular, yaitu cowok pintar karena prestasinya yang membanggakan sekolah. Kumpulan cowok-cowok pintar itu yang disebut kumpulan cowok keren di sekolah ku dulu. Aku tidak pernah mengenal istilah the most popular boys maupun the most wanted boys, apalagi flower boys. Aku baru tahu semua istilah itu setelah bersekolah di Global High.

"Bedanya di Global High cuma ada tiga orang yang sangat terkenal dan mereka bukan satu geng yang kalau kemana-mana selalu bersama, terus bikin semua cewek teriak-teriak," tambah Kanya. "Eh, gue ralat, mereka kalau jalan masih suka bikin cewek histeris deh."

"Rasi elo mau tahu enggak?" Kanya mengoyangkan lenganku. Ia terlihat tidak setuju dengan aku yang diam saja.

"Kanya, saya baru aja bilang ke kamu kalau saya ke sini cuma ingin belajar," kataku.

Kanya menyipitkan matanya saat melihatku. Ia mengeluarkan sebuah protes. "Rasi, sampai kapan elo mau saya-kamu-an sama gue? Bukannya kita udah sepakat jangan menganggap gue orang asing?"

"Saya, eh, maksudnya aku," Aku langsung mengantikan kata 'saya' dengan 'aku' saat melihat Kanya melotot padaku. "Aku enggak terbiasa menggunakan kata gue-elo," jelasku.

High School DisasterWhere stories live. Discover now