Gesna menyengir garing. "Tadi, lagi belajar ngepet. Lo sih jagain lilinnya nggak benar. Ketangkap kan gue jadinya."

"Hari gini ngepet? Pesugihan dong biar lebih cepat."

"Boleh, nanti lo aja ya yang jadi tumbalnya," jawab Gesna sambil menggeplak kepala Riko sebagai respon.

Di ruang tengah masih ada Ilham dan Adrian yang sibuk bermain PS. Sepertinya dua orang itu tidak akan beranjak pulang sampai besok.

"Woy, ke Splash, yuk?"

"Orang-orang mau pacaran. Lo malah dugem. Memang jones, jones." Riko menggeleng-geleng sambil tertawa.

"Kayak punya pacar aja, Ko. Di otak lo kan cuma ada Cecyl, nggak tergantikan." Gesna menjulurkan lidah sambil berkedip-kedip. Semua penghuni basecamp juga tahu kalau Riko hingga kini tidak bisa melupakan mantannya itu.

Riko mendelik. "Kenapa disebut sih namanya?"

"Oh, jadi mantan adalah ... orang yang nggak boleh disebut namanya?" Bibir Gesna mulai bisa tersenyum. Reaksi Riko seperti yang diharapkan.

"Voldemort, dong," sela Adrian dengan mata masih saja ke layar televisi.

Ilham ikut memanasi padahal masih bermain dengan Adrian. "Kasihan Cecyl. Cantik-cantik disamain sama Voldemort."

Riko berdecak sambil mengacak rambut. Cowok itu gusar sendiri dengan gangguan yang ada. "Mingkem nggak lo semua?"

"Sedap! Demen nih gue kalau lo mulai emosi," goda Gesna. "Jadi ... ke Splash kita?"

Setelah melihat Riko mengangguk, Gesna memekik kemenangan dan langsung menuju kamar Riko. "Yes! Pinjam baju sama celana, Ko. Kuy lah! Gue gabut, suntuk, bosen. Pokoknya, kali ini, pantang pulang sebelum padam!"

Tidak ada yang berubah dengan suasana Splash. Kelab malam yang biasa dikunjungi Gesna masih seperti biasa: keadaan yang ingar bingar, lampu berkelap-kelip, dan musik keras mengentak-entak. Gesna menaruh ponsel di meja setelah mengirim pesan kepada Naraya dan Renard. Mereka hanya berempat di sini. Akan terasa kurang seru tanpa Naraya dan Renard, meski dua orang itu kerjanya berselisih setiap bertemu.

Naraya: Ge, sori nggak ikutan. Lelah akut, Hayati! Tadi abis rapat OSIS, gue langsung latihan sampai potek.

Gesna membaca balasan Naraya. Cewek itu memang atlet pelatnas panjat tebing. Jadwal latihannya padat dan melelahkan. Sudah sepadat itu jadwal, tapi masih mau saja bergabung dengan OSIS. Bodoh sih namanya.

Gesna berdecak dan meraih rokok. Hari ini, dia akrab sekali dengan benda panjang tersebut. Walaupun rokoknya tadi disita Adit, bukan berarti Gesna tidak mampu beli baru. Uang jajannya kan baru diisi ulang.

Pesan masuk lagi ke ponselnya. Kali ini, dari Renard.

Renard: Ada siapa saja di sana?

Gesna: Gue, Adrian, Ilham, Riko.

Renard: Nay nggak ikut?

Gesna: Nggak bisa, capek katanya.

Renard: Sama. Saya skip juga ya. Sori.

Alis Gesna mulai mengernyit. Lantas dia menyeringai sambil berdesis, "Halah, kebaca lo, Renard. Maunya ikut kalau ada Nay doang."

Tangan Gesna memutar-mutar ponsel sembari berpikir. Jadi ... Adji, Renard dan Guntur mau saling bersaing nih? Gesna tertawa lirih. Beruntung sekali jadi Naraya, disukai banyak orang, pentolan-pentolannya basket pula. Padahal pembawaannya cewek itu judes setengah mati.

Ketukan musik DJ terasa tidak asing di telinga. Ini request Gesna tadi. Dia bersorak gembira kala DJ mengambil mik dan menyebutkan namanya, "This song special for Gesna and friends!"

MATAHARI APIWhere stories live. Discover now