[15] Berangkat

754 161 12
                                    

"Nak, kamu serius ingin pergi ke sana? Setau bibi, tempat itu cukup berbahaya. Banyak yang tidak kembali setelah melewati pusaran yang kata orang disebut sebagai pusaran mematikan. Saat terjebak di sana, bahkan Lucas tidak dapat membantu banyak nanti."

Maureen hanya mendengarkan ucapan Deana dalam diam. Gadis itu tengah mengemasi barang-barang yang akan dibawanya menuju lokasi. Entah sesulit apa pun perjalanan yang akan ia serta Lucas hadapi, tak akan meruntuhkan optimis mereka untuk membawa kembali berystone. Ini bukan lagi hanya agar ia dapat kembali ke darat. Namun, menyangkut tentang kehidupan negeri bawah air pula. Maureen tidak boleh mundur dalam perjalanan nanti, setidaknya ada Lucas yang menemaninya. Walau ia kembali merasa tidak enak karena kembali merepotkan.

"Kamu keras kepala, Nak." Deana memijat pangkal hidungnya. Ditatapnya Maureen lekat-lekat. "Apa pun yang kalian hadapi di sana nanti, cepatlah kembali."

Maureen mengangguk. "Pasti, aku dan Lucas pasti akan kembali."

Deana memeluknya erat. Pelukan itu mengingatkan Maureen akan Sasi, entah bagaimana keadaan ibunya yang tengah mengakhawatirkannya sekarang ini. Lebih dari dua minggu gadis itu tak kunjung kembali ke rumah. Keluarganya pasti telah menghubungi pihak polisi dan memasang poster di pinggir jalan mengenai anak hilang. Mengingat hal itu Maureen kembali merasa sedih.

Ah, ikan masnya. Ia harap ada yang ingat memberi makan ikan masnya.

"Bibi, boleh aku bertanya sesuatu? Bibi, tahu sesuatu soal siren liar?" tanya Maureen. Deana mengernyitkan alis. Pikirannya menerawang ke beberapa dongeng para tetua yang menceritakan soal siren liar.

"Dulu sekali, sekitar puluhan ribu tahun lalu. Sebelum para tetua siren menggunakan berystone untuk mengunci dimensi bawah air, banyak manusia yang menjadi korban siren liar ini. Siren liar ini menjerat manusia dengan suara merdu mereka dan dengan kuku tajam mencabik-cabik korban setelah menenggelamkannya.

"Atas kejadian mengerikan ini, para tetua siren mencari cara menghentikannya. Karena bukan hanya manusia yang dibuat resah, para tetua takut jika nanti malah manusia-manusia tersebut yang memburu siren. Maka dengan bantuan berystone mereka menutup selamanya dunia bawah air, dengan membuat dimensi sendiri. Dimensi yang sama dengan yang kita tinggali saat ini," jelas Deana panjang lebar.

Wanita siren tersebut menambahkan, "Siren-siren liar ini diasingkan di pedalaman selatan."

Mendengar kata 'Manusia' disebut beberapa kali membuat kuduk Maureen meremang. Siren liar itu karnivora. Manusia akan menjadi sasaran empuk sebagai produsen. Entah berapa banyak siren liar yang akan ditemuinya nanti. Bertemu salah satu siren liar beberapa hari lalu saja telah membuat bulu kuduknya meremang. Terlebih lagi jika puluhan siren liar mengepungnya. Ia akan menjadi bakso ketika kembali nanti.

Ia masih tidak dapat melupakan kejadian menggeramkan sewaktu bertemu Tzano. Maureen harap tidak semua siren liar sejenis dengannya nanti.

***

"Lucas, kamu yakin mau temani aku?" tanya Maureen menerawang hamparan malam di dasar laut. Mereka tengah bersandar di atap rumah milik Deana. Jangan takut, aktivitas seperti ini bukan hal tabu. Ini bawah air, selalu terdapat air di mana-mana. Jika terjatuh air yang akan menahan tubuhmu. Maka dari itu pepatah negeri bawah air selalu mengatakan, 'Ada air menjagamu.'

Hari ini suhu air terasa lebih dingin. Malam tak seperti malam kemarin. Di sini mengerikan, tanpa cahaya ubur-ubur yang biasanya melenterai. Maureen terkejut mendapati jemari kokoh menggenggam jemarinya.

"Jangan takut hei, Manusia. Ada aku di sini. Kita akan selesaikan dengan cepat dan kamu ...."-Lucas menatap Maureen lekat, ada binar kesedihan di sana-"bisa pulang secepatnya."

Pulang.

Maureen menunduk menyoroti tubuhnya yang telah menciut. Akankah tubuhnya turut kembali nanti? Ah, gadis itu sungguh merindukan rumah. Mendengar kegembiraan serta celoteh Alex, atau memaksa kakeknya meminum obat. Bertemu Sasi dan juga ayahnya. Sasi, Maureen tidak dapat membayangkan keadaan Sasi setelah dirinya meninggalkan rumah. Ayahnya, Ethan. Maureen lama tidak berjumpa ayahnya.

Maureen merenung menatap air kosong di depannya. Membuat Lucas menepuknya pelan agar tidak terfokus atas satu titik. Seperti di darat, di negeri bawah air pun memegang mitos mengenai 'jangan melamun, nanti kesambet'.

"Jangan terlalu dipikirkan. Kamu enggak ngantuk?" tanya Lucas.

Maureen menatap Lucas lekat. Di sana setidaknya terpancar sedikit harapan. Masih ada hari esok untuk mengembalikan segalanya. Semua belum terlambat. Maureen menguap pelan dengan tangan yang ia rentangkan.

"Ayo, pulang."

***

Sejak cahaya memasuki rumah--pertanda pagi--Deana sudah sibuk mempersiapkan banyak hal. Hari ini wanita siren tersebut memutuskan untuk cuti kerja selama sehari. Ia membantu Maureen mengemas berbagai keperluan untuk perjalanan panjang nanti. Tak kerang berisi berbagai keperluan telah tertata di samping meja makan. Hari ini mereka sarapan rumput laut.

Maureen mulai terbiasa dengan makanan itu, apalagi ketika Lucas mengajaknya makan dulu. Kesunyian mengisi ruang berukuran 10x12 tersebut. Dentingan tulang ikan--alat makan pengganti garpu--menggema di tiap menitnya. Mereka makan dalam diam. Bahkan Lucas pun telah bergabung dalam sarapan ini. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.

"Hati-hati," ujar Deana disambungi senyum tulus.

Gred berenang mendekati Maureen. Bahkan Gred telah menyandang status 'manis' di mata Maureen. Anjing itu mengusap-ngusapkan tubuhnya di kaki gadis itu. Maureen tersenyum dan membawanya kepangkuan, memberikannya beberapa rumput laut yang langsung dimakan lahap oleh Gred.

Dalam tiga puluh menit ke depan, mereka telah berada di depan rumah. Maureen menyandang tas kerangnya, begitu pula Lucas. Ini persis kejadian seperti ketika Maureen berpamitan kepada Sasi karena akan memancing bersama Richard. Gred melongok dari celah kaki Deana, sedangkan wanita siren itu sedang mempertahankan senyumnya agar terlihat tegar.

Ini seperti melepaskan seorang putri ke alam liar.

Tidak ingin membuang waktu, setelah berpamitan kepada Deana, Lucas pergi diikuti Maureen di belakangnya.

To be continued.
877 word.

⚪Dyahputri⚪
(21/08/2018)
15:49

Underwater World: Gate of Berry Head ArchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang