Baru saja terlelap, Gesna merasa ada guncangan di badan dan mukanya terasa dingin.

"Bangun, Ge. Latihan, woy!" seru Asri sambil memercikan air ke mukanya.

Gesna mengucek mata dan mengerang malas. "Jam berapa sekarang?"

"Setengah tujuh. Buruan! Kapten kok telat." Asri sudah segar, selesai dari mandi. Rambutnya masih terlihat basah.

Gesna beranjak duduk untuk menyatukan nyawa. Dia memperhatikan sekeliling. Naraya juga sudah bersiap-siap untuk pergi. "Lo mau ke mana, Nay?"

"Balik, jam sembilan gue ada kumpul Pespel soalnya." Naraya juga ada pertemuan organisasi pencinta alamnya. Hari Minggu pun mereka sok sibuk.

Asri membuka lemari dan mengeluarkan baju latihan untuk Gesna. "Ge, buruan mandi! Gue sama lo, ya. Jangan telat."

Gesna masih belum beranjak mandi. Dia memilih hidupkan ponsel dan memeriksa dahulu. Sebuah pesan masuk di Line.

Mr. A : Selamat pagi. Kata matahari, dia malu sama lo, soalnya senyum lo lebih manis dari dia.

Gesna melotot mengetahui pesan tersebut dari siapa. Bergidik. Dia mematikan kembali ponsel dan melempar barang itu ke tempat tidur Asri.

Dia berlari, mendadak ingin mandi, ingin membasuh tubuhnya dari debu-debu gombal nista milik Adit.

Kalau Gesna berpikir dengan tidak dibalas membuat Adit mundur, ternyata ia salah besar. Seusai latihan basket, saat masih duduk di pinggir lapangan, pesan berantai masuk kembali ke ponselnya.

Mr. A : Bola mulu yang digenggam, dek. Hati abang enggak.

Gesna mencibir.

Mr. A : Lo kalo di lapangan beda banget ya. :)

Gesna memutar kepalanya, mencari sesuatu yang mencurigakan tetapi tidak ada.

Mr. A : Soalnya kalo di lapangan gak keliatan cebol..

Gesna memaki dalam hati membaca ejekan Adit itu.

Mr. A : Hmm.. Atau lo sengaja pura-pura nggak bisa ambil buku lo kemarin dari gue ya?

Najis! Gesna meneguk air mineral sampai tandas. Pesan-pesan Adit terus masuk meski tidak dibalas.

Mr. A : Koran.. Koran.. akua.. mijon.. akua..

Mr. A : Apa coba persamaannya gue sama martabak?

Mr. A : Tau gak jawabannya?

Mr. A : Sama-sama dikacangin.

Mr. A : Zzzzz...

Gesna menutup pesan, menyelipkan ponsel di tas. Diraihnya handuk kecil untuk mengelap keringat yang banjir, lantas mencangklongkan tas di bahu, hendak pulang.

"Woy, ke mana lo semalam? Nggak angkat telepon." Guntur muncul-muncul langsung menjewernya.

Gesna menendang betis Guntur. "Gue? Ngedate, dong. Jangan kayak orang nggak laku lah."

MATAHARI APIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora