07. Keterpurukan Gadis Raven

9.9K 459 9
                                    

"Aku..mencintaimu"
.
.
.
.

Aku mengeratkan pelukanku pada boruto dan masih menangis di dadanya yang bidang. Aku menumpahkan segala emosiku pada tangisanku, marah, sedih, senang sudah mengatakan segala isi hatiku dan yang lainnya.

Lalu tiba-tiba saja boruto membalas pelukanku dan menarik pinggangku yang ramping agar lebih dekat dengannya. Aku juga memeluknya dengan sangat erat.

"..maafkan aku, sarada.. "

Deg!

"K-kenapa! Kenapa kau melakukan itu semua.. Boruto?.."tanyaku pelan dan lembut.

"..."

"Boruto.. "

"Aku juga mencintaimu.. Sarada.. "Ucapnya membuatku terkejut.

Tiba-tiba dia melepaskan pelukan kami dengan kasar dengan cara mendorongku. Lalu dia mengkibaskan jubahnya dan membuat angin menerpa kulitku, sontak aku menutup mata dan membuat kedua tanganku perlindungan. Setelah itu aku dengan cepat melihat ke depan dan dia sudah menghilang.

Aku langsung terduduk di tanah karena kakiku yang lemas. Aku langsung berteriak.

"BORUTO!!!"
.
.
.
.
.

'Maafkan aku sarada..'

*****
.


.

Sudah beberapa hari, kami kehilangan sosok yang selalu mengundang tawa bagi kami. Tetapi sekarang malah menjadi sirna, dan seperti tidak ada arti hidup.

Aku selalu berada di tempat latihan kami dulu, dan bernostalgia. Aku memikirkan kami berdua yang selalu berkelahi dan selalu bertengkar hanya karena masalah sepele.

Dan perlahan-lahan air mataku pun lolos jatuh dari tempatnya. Aku menangis sesuai dengan kondisi hatiku sekarang, di bawah pohon yang sering kami duduki. Lalu setelah usai menangis, akupun bangkit dan beranjak pulang kerumah.

Selama perjalanan, teman-teman seangkatanku memanggilku. Aku hanya melihat tanpa berekspresi dan sampai pada rumahku.

Aku masuk tanpa mengucapkan apa-apa dan masuk ke kamarku tanpa menghiraukan panggilan ibuku. Aku duduk di sisi ranjang dan menangis lagi. Aku sudah tidak bisa menghitungnya berapa kali aku menangis dalam sehari ini. Aku hanya bisa menangis dan ingin melupakan pemuda surai kuning itu.

'Tok! Tok! Tok!'

"Sarada?"

Aku menoleh dan mendapati ibuku yang sedang menampakkan wajah khawatir. Dia berjalan menghampiriku dan duduk di sampingku.

"Sarada.. Lihat mama." ucap ibuku membuatku menoleh padanya.

"Ada apa denganmu sarada? Apa.. Mengenai boruto?"

Aku hanya menatap lantai-lantai kamarku dan menangis tanpa suara.
Ibuku (sakura) langsung memelukku dan mengelus kepalaku.

"..mama..hiks.."

Ibuku melepaskan pelukannya dan menyentuh pundakku dengan kedua tangannya sambil menatapku.

"Sarada.. Kau tahu? Ayahmu dulu sama seperti boruto.. Menjadi ninja pelarian."

Deg!

"Ayahmu sangat membenci desa, dan meninggalkan desa untuk memenuhi ambisinya. Saat ayahmu meninggalkan desa, ibu pernah sangat terpuruk dan tidak memiliki semangat jiwa sama sepertimu."

"Tetapi mama bangkit lagi dan ingin mengejar ayahmu dan membawanya pulang ke desa yang di bantu oleh naruto. Kami mencari bersama-sama, dan kami menemukannya. Saat kami menemukannya kami tidak bisa membawanya pulang, karena dia sangat guguh pada pendiriannya. Bahkan.. Dia hampir membunuh ibu.. "

"..b-benarkah?.." tanyaku menyimak kisah ibuku.

"Iya sarada.. Ayahmu bahkan tidak mementingkan ibu sama sekali. Tetapi ibu masih berusaha bangkit walaupun beberapa kali terjatuh. Sampai setelah selesai perang sinobi ke-4, ayahmu mulai membuka hati pada ibu. Membuat ibu merasa bahwa kerja keras ibu selama ini tidak sia-sia, sarada.."

Aku merasa sedih dengan kisah ibuku. Posisiku dengan ibu hampir sama, membuat aku tahu apa yang ibu rasakan selama itu.

"Sarada.. Cita-citamu menjadi hokage kan? Ibu yakin kau pasti dapat mewujudkan hal itu.. Tapi apa kau tahu? Hokage takkan pernah putus asa. Jika sedang terpuruk, dia akan terus bangkit dan mewujudkan mimpinya itu walaupun banyak rintangan, seperti naruto."

'Dia dulu selalu dikucilkan warga desa dan memiliki banyak kelemahan. Tetapi lihatlah dia sekarang, dia menjadi hokage dan sinobi terhebat melalui kerja kerasnya selama ini..'

"Mama.. "Aku menggigit bibirku.

"Aku uchiha. Takkan pernah putus asa walaupun banyak rintangan yang di lewati untuk mewujudkan mimpiku. Aku akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa membawa boruto kembali pulang dan menyadarkan sibodoh itu!" teriakku dan mengepalkan kedua tanganku.

Ibuku tersenyum melihatku dan menghapus air mataku. Aku berdiri dan menghadap ibuku.

"Arigato.. Mama." ucapku lalu mencium kening ibuku. Membuat ibuku terkejut.

"Aku pergi dulu, mama!" teriakku dan membuka pintu kamar dan pergi meninggalkan mama.

'Hm.. Berjuanglah.. Sarada.'

'Boruto! Aku pasti akan membawamu pulang walaupun kau sangat kuat. Aku akan terus berlatih seperti janjiku. Tunggu aku boruto, aku takkan pernah cengeng lagi. Aku mencintaimu... Bodoh!'

*****
.


.
.
.


"Akhirnya kau bergabung juga dengan kami.. Boruto."

"Ha'i tuan."

"Kau tidak perlu setegang itu, santailah pada kami."

"Ha'i."

"Kenapa kau mau bergabung dengan organisasi kami?"

"Aku ingin mengakhiri semua ini.. Ayah bodoh itu.. Cih! Dia membuat adikku menangis? Aku membencinya!"

"Woho! Kau anak yang hebat."

"..."

"Ah, kita belum perkenalankan? Aku Jigen. Ketua kelompok organisasi KARA."
.


.
.

*****
.


.

Bersambung!

Fate Of The Blue Eyed [Boruto:The Next Generation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang