Trespass (NW Vers)

798 84 8
                                    

Mohon maaf jika hasilnya tidak kacau balau. Saya hanya amatiran yang kadang pengen nulis dan jauh dari sempurna.

🔰🔰🔰

Cuaca tidak terlalu panas hari ini, Daniel pikir ia memiliki beberapa waktu luang untuk bersantai.

Pekerjaan kecilnya telah usai dan pundi uang kembali mengisi rekening bank-nya.

Tapi, ada saja hal yang tidak dapat berjalan seperti kemauan Daniel.

Daniel diseret secara paksa oleh seorang polisi berperawakan tegap ke sebuah ruangan introgasi berukuran persegi kecil yang dilengkapi dengan kamera pengawas di beberapa sudutnya.

Lampu penerangan di bagian tengah menggantung tenang dengan pendar sedikit kekuningan.

Ia dengan malas menjatuhkan dirinya yang masih sedikit lelah ke sebuah kursi kayu, membiarkan kedua tangannya terkulai di kedua sisi tubuhnya.

"Bagaimana kali ini kau akan bertanggungjawab?" tanpa perlu basa-basi terlalu panjang sang polisi mengajukan tanya.

Daniel mengernyit, ia sungguh tak memahami situasi yang terjadi. "Apa maksud anda?" tanyanya kembali.

Daniel melirik papan nama yang tersemat di balik jaket hitam polisi itu.

Kang Dongho.

Dongho berdecak kecal. Ia menghela nafas pendek. "Jangan berpura-pura bodoh, aku tak akan tertipu." balasnya. Nada suaranya mulai berubah kesal.

Daniel tertawa dalam hati, sebagian menertawakan kehidupannya sendiri sebagian yang lain lebih mengacu pada perasaan muak. Reputasinya begitu buruk sehingga apapun yang ia lakukan akan selalu memancing kecurigaan. Tapi, kali ini ia sungguh tak punya pandangan mengenai apa yang terjadi.

"Aku sungguh..." kalimat Daniel tak pernah selesai. Dongho memotong cepat dengan lemparan tatapan tajam jatuh pada kedua mata Daniel.

"Perlukah kuhadirkan buktinya padamu? Agar kau tahu dimana kesalahanmu, huh?" bentak Dongho. Daniel bisa membaca bahwa pemuda itu punya tingkat stres yang cukup tinggi, atau mungkin beban kerja yang cukup berat.

Daniel mengalah dan memilih diam di kursinya. Dongho berbicara dengan seseorang menggunakan sebuah telepon di sudut ruangan. Daniel sejenak memutar kepalanya, sekedar memindai tata letak dan beberapa barang yang diletakkan disana.

Tidak ada yang spesial kecuali bingkai kaca gelap satu arah, meja, kursi dan sebuah kamera pengawas. Lantai keramik mengusung warna coklat muda lembut dengan corak garis acak berwarna coklat tua.

Mungkin hanya beberapa detik rasanya terlewat dalam kebisuan hingga suara derap langkah kaki samar-samar terdengar lirih. Satu-satunya pintu masuk terbuka lebar. Daniel mengangkat wajahnya dengan malas.

Mari selesaikan ini dan pergi, pikirnya.

Dua orang polisi muda lain masuk dengan mengekang seorang pemuda bersurai coklat karamel. Dongho menarik satu kursi yang lain dan melemparnya ke sudut lalu kedua polisi yang lain mendorong di pemuda untuk turun ke kursinya.

Daniel mempunyai praduga tapi sulit memfigurkan karena pemuda itu menunduk. Dan betapa terkejutnya ketika ia mendapati wajah rekan sekaligus seseorang yang ia anggap keluarganya babak belur seperti itu.

"Jihoonie?"

Jihoon tersenyum pada Daniel, sangat manis. "Hei, Hyung." ucapnya.

Dongho menyeringai, ia seolah telah memenangkan sebuah lotre. "Kang Daniel...sekarang apalagi yang akan kau katakan." Dongho duduk di sudut meja, begitu dekat dengan Daniel, berusaha mendesak pemuda itu.

MANEUVER (DANIEL, JIHOON)Where stories live. Discover now