(R) (King) Daniel IV

1.1K 122 94
                                    

Semula Daniel ingin pulang dengan membawa mobilnya sendiri tapi pelukan erat Jihoon dan gemetar kecil di tubuhnya membuatnya berakhir duduk di kursi penumpang, dibelakang Samuel dan Woojin.

Jihoon bersandar nyaman di dada Daniel ketika Woojin menginjak pedal gas dan melaju pergi. Mereka tak banyak bicara dan Daniel merasa ia butuh ruang yang lebih tertutup untuk menjelaskan semua perkara pada Jihoon.

Daniel hanya sedang menebak isi kepala Jihoon, tentang sejauh mana kekasihnya akan mengambil keputusan dan mengambil kesimpulan kecil tentang pribadi Daniel.

Kegelisahan di ujung jemarinya turun ke helai rambut Jihoon yang sedikit berantakan. Jihoon hanya diam dan menekan pegangan pada lengan pemuda di pelukannya. Daniel menarik senyuman tipis.

Daniel tak pernah merasa kecewa dengan kerja seluruh rekannya. Semua rapi dan mereka tak suka berlama-lama. Dan yang terpenting semua berjalan seperti rencana yang ia umbar sebelum tiba ke lokasi Jinyoung.

Haknyeon menghubunginya dari sebuah ponsel yang baru saja Woojin berikan. "Ada kekacauan kecil di club Sherylle. Kau ingin aku kesana?" ujar Woojin, tapi tetap fokus pada jalan raya. Daniel meraih ponsel itu lalu menggeleng yakin.

"Biarkan Taehyung yang menyelesaikannya." jawab Daniel. Woojin diam tanpa protes sementara Samuel memilih bermain game di ponselnya.

Suara Haknyeon menyapa telinganya dalam intonasi santai yang selalu sama. Pemuda itu mengatakan tentang kerja Jaehwan dan Sungwoon. Bahkan mengirim video yang ia sambungkan dengan kamera pengawas yang terpasang.

Daniel tak mampu menyembunyikan senyuman puasnya melihat bagaimana sebuah bom melekat di perut Jinyoung dengan tautan rumit.

Mereka harus menemukan pola yang benar jika tidak ingin Jinyoung mati menjadi potongan daging yang hancur. Jika gagal maka bom meledak dan jika mereka berhasil pun bom akan tetap meledak dalam waktu yang telah ditentukan Sungwoon yang mana tak cukup lama untuk berlari menyelamatkan diri.

Kejam tapi seperti itulah dunia mereka berputar.

"Pastikan mereka menerima pesanku." ucap Daniel. Haknyeon menyerukan sebuah kata seperti "laksanakan, kapten" lalu menutup panggilan.

Satu per satu masalah terselesaikan dan ia pikir masalah utamanya masih menjadi misteri. Pelukan erat Jihoon tak bisa ia jadikan alasan untuk bersikap terlalu percaya diri.

Bagaimana pun, selama ini Daniel tidak berterus terang pada Jihoon tentang bisnis macam apa yang ia jalankan. Bahkan Daniel pernah mengalihkan topik ketika Jihoon bertanya tentang luka sayatan di lengannya. Kekasih manisnya itu mendesak sebelum Daniel membungkam rasa ingin tahunya dengan rayuan manis dan lagi-lagi mereka berakhir dengan seluruh pakaian mereka yang terbakar gairah.

Daniel sepatutnya juga harus mengakui kinerja Haknyeon yang bermain peran dibelakang layar. Justru sosoknya lah yang kerap kali memegang peranan penting sebagai mata dewa bagi rekannya yang lain termasuk Daniel.

Dan mungkin Daniel akan merasa kehilangan penyanggah jika Haknyeon tak berpihak padanya.

--
--
--

Daniel sengaja memanggil Jisung ke rumahnya yang hampir menyerupai istana. Pemuda itu sangat lembut walaupun terkadang berisik, perhatian dan selalu memikirkan kepentingan orang daripada urusannya sendiri.

Jisung membawa beberapa perlengkapan kecil untuk mengobati luka di leher Jihoon. Daniel cukup terbiasa dengan hal semacam ini jadi ia memilih diam setelah membuang noda darah di seluruh tubuhnya. Luka di sudut bibir dan pelipisnya sudah diobati.

"Jihoon mencarimu." seruan Jisung menyadarkan Daniel yang sedang terpejam di sofa. Ia menyeka kedua matanya sebelum menjawab pelan.

Daniel menimbang dari mana ia harus memulai seluruh kisahnya di depan Jihoon. Berbagai pertimbangan muncul dan hal itu sangat mengganggunya.

MANEUVER (DANIEL, JIHOON)Where stories live. Discover now