(R) (King) Daniel II

1K 112 47
                                    

Daniel hampir tak pernah suka diperintah tapi ketika Haknyeon berteriak dengan membawa nama Jihoon, rasanya Daniel tak butuh berdebat tentang apa dan mengapa.

Semua masih berjalan seperti apa yang ia petakan. Sikap hati-hati yang ia terapkan untuk menggiring Jihoon secara perlahan ternyata harus berakhir mendadak. Pintu depan rumah Jihoon terbuka lebar ketika ban mobil Daniel berhenti berputar di halaman depan.

"Dari kamera pengawas bagian depan rumah Jihoon, kurasa aku melihat wajah Kuanlin." wajah Daniel mengeras.

Suara Hanyeon nampak terburu seolah ia pun sedang berpacu seperti Daniel.

Sebuah mobil van berwarna hitam belum terlalu jauh melaju dalam gerakan kasar yang mengindikasikan sebuah tindak kecurigaan yang cukup beralasan. Daniel tak butuh mengecek ke dalam rumah dan menghabiskan beberapa menitnya untuk sekedar bertemu dengan udara hampa.

Jadi, Daniel lebih memilih untuk mengejar mobil van hitam yang bergerak dan menyelinap diantara beberapa laju mobil yang lain. Jemarinya mengerat pada kemudi sementara mata itu hampir tak berkedip membidik bagian belakang mobil.

Haknyeon berulang kali berucap dalam sambungan jarak jauh. Mengumbar praduga dan menemukan sebuah fakta mencengangkan. Daniel tersadar sebelum ia mampu membalas perkataan Haknyeon. Sebuah peluru datang menghujani mobilnya.

Lontaran peluru besi tercerai berai menghantam kaca mobilnya yang telah di desain khusus untuk memprediksi hal tak terduga semacam ini.

Kendali kemudi Daniel sedikit kacau dan ia berusaha meraih sebuah pistol yang ia selipkan di dekat kursi. Sebelah tangannya terulur keluar jendela dan memberondong dengan lesatan peluru.

"Shit!" umpat Daniel.

Usahanya tak cukup baik membuahkan efek berarti. Secara gamblang tentu saja Daniel kalah dalam jumlah dan ia butuh meliuk tajam untuk menghindari tembakan yang datang bertubi.

Tidak ada pengaruh signifikan yang nampak pada pihak musuh sementara Daniel kehilangan fokus untuk mengendalikan kedua tangannya. Dua orang dari mobil van tak henti membuatnya kewalahan dengan hujaman peluru.

Dalam ketidakberuntungan yang Daniel kutuk dari mulutnya, peluru itu tepat mengenai ban mobilnya, membuatnya terpaksa harus mengendalikan lajunya yang sangat kacau dan berhenti di tepian jalan.

"Sial! Brengsek!" geram Daniel.

Tangannya memukul kemudi dengan brutal, menumpu seluruh kemarahan di luar kepalan tangannya yang memutih. Suara Haknyeon mengalihkan gerak naik turun emosi Daniel yang melesat setinggi langit.

"Woojin dalam perjalanan." seru pemuda di seberang. Daniel meraih beberapa ketukan tarikan nafas untuk melawan gelombang amarah yang mendesak.

Haknyeon bilang seseorang yang ia indikasikan sebagai Kuanlin keluar dari rumah Jihoon dan menyeretnya ke sebuah mobil van yang secara dramatis telah mempermalukan Daniel dan membuatnya nampak kalah telak sementara Jihoon mungkin sedang memberontak untuk lari.

"Kemana mereka membawa Jihoon?" tanya Daniel terkesan tidak sabaran. Ia hanya bisa mengubur kepalanya pada lingkar kemudi tak berguna.

"Aku sedang mengikutinya. Sebelum aku mengatakan dimana Jihoon, kau sebaiknya dengarkan aku sembari menunggu Woojin." ujar Haknyeon yang mana masih terdengar cukup tenang.

"Aku akan membunuh Woojin jika ia mengemudi seperti kura-kura." sergah Daniel geram.

"Cerewet!"

Gemuruh dalam hatinya menderu tak sabaran. Memikirkan Jihoon dalam genggaman musuh sungguh membuat pikirannya kalut luar biasa.

Daniel bukanlah seseorang dengan kendali kesabaran yang cukup baik jika dihadapkan pada beberapa kondisi yang krusial dalam sudut pandang kepentingannya.

MANEUVER (DANIEL, JIHOON)Where stories live. Discover now