Halaman 14

26 4 2
                                    

"Lurus.."

"Masukan.."

"1...2..3.."

Suara-suara dalam ruangan Istana dimana para prajurit-prajurit sedang mengangkat patung-patung.

"Baginda, Bisakah anda melepaskan rantai tangan ini. Bagaimana saya memecahkan ini kalau tangan saya di ikat" Jelas Soekono.

"Lepaskan !!" Perintah Baginda.

"Baginda, Bagaimana kalo kita membuat persepakatan" Jelas Soekono.

"Kamu menginginkan uang ? Saya turuti" Jawab Baginda.

"Saya sudah cukup Tua untuk itu, Sekalipun baginda membunuh saya. Namun saya ingin bersepakat dengan Baginda. Jikalau Saya berhasil memecahkan ini dan Baginda mendapatkan kelompok kunci. Saya ingin Baginda hentikan pembangun negeri ini. Dan berikan rakyat kesejahteraan selama Saya memecahkan ini" Jelas Soekono.

"Baiklah, Kalo itu maumu, Saya turuti" Jawab Baginda.

Perintah dari Istanapun turun, Rakyat yang dikucilkan menjadi bersosial, Rakyat yang kemiskinin menjadi layak, Rakyak sejahterapun terpenuhi.

"Hidup..Baginda Raja Istana"

"Hidup...hidup....hidup"
Sorak seraya rakyat semangat tak gentar memberi pujian kepada Baginda Raja Istana yang dulunya mendapat perlakuan semena-mena oleh Baginda demi kepentingan sendiri dan negeri.

Namun disamping itu semua, Soekono sibuk memutar otaknya untuk memecahkannya. Sampai membuatnya sakit, suara batuknya sangatlah berkarakter.

"Bagaimana Soekono sudah seminggu ini belum ada hasil" Tanya Baginda.

"Tuan.. Saya memecahkan nama-nama dari patung-patung ini" Jelas Soekono sambil memberikan sebuah kertas.

Israis,Almasihta,Saraswatina,Mahesara

Tulisan dikertas itu.

"Yang satu itu belum saya pecahkan, Baginda" Jelas Soekono sambil menunjuk salah satu patung itu.

"Prajurit !! Telusuri semua Desa-desa dan tangkap semua yang bernama dikertas itu" Perintah Baginda sambil memberikan kertasnya.

Para prajurit Istana keluar dari gerbang untuk menelusuri desa-desa dan menangkap semua nama-nama dikertas itu.

Baginda Raja Istana menatap patung Saraswati. Saraswati mengingatkannya akan Putri Istana. Namun tiba-tiba dari belangkang Baginda datang Soekono.

"Baginda, Bukankah wanita itu sangat cantik ?" Kata Soekono sambil melihat patung Saraswati.

"Aku sudahlah lupa dengan kecantikan, Semenjak dia(Putri Istana) pergi" Jelas Baginda Raja dan langsung pergi.

"Baginda, Apa salahnya,Apa salahnya Dia,Apa salahnya Mereka dan Apa salah Baginda ? Tidak cukupkah semua itu ?" Kata Soekono.

"Kamu tidak usah tahu urusan Istana, Kerjakan kerjaanmu" Jawab Baginda.

Perkataan Soekono membuat pikiran Baginda Istana Raja kacau. Masa lalunya kembali datang menghantuinya. Tidurpun terbawa mimpi. Dudukpun terbawa goncangannya kursi goyang masa lalu itu terus menghatuinya. Sampai akhirnya Baginda Raja Istanapun jatuh sakit tengelam dalam masa lalunya.
Didalam Istana disuasana sakitnya baginda namun di penjara istana, Sudah banyak orang yang bernama sesuai isi kertas itu ditankap oleh para prajurit dan dipenjarakan. Menunggu perintah Baginda Raja tapi tidaklah kuasa Baginda memerintahkan karena sakit.

Di sela pekerjaannya Soekono menyamar untuk melihat tahanan, Supaya daatbertemu dengan cucunya. Namun semua sia-sia karena ia terciduk oleh seorang penjaga, Sampai akhirnya dilaporlah ke Baginda Raja Istana. Bagindapun menyuruhnya untuk membawa Soekono ke hadapannya.

"Apa yang kamu cari di sana ? Rencana apa yang sedang kamu susun ?" Tanya Baginda kepada Soekono.

"Sebentar Baginda dari nama-nama dikertas itu, Seperti ada yang aneh setelah saya teliti lagi" Jelas Soekono.

"Apa yang kamu maksud ?" Sambil batuk Baginda Raja Istana menyahutnya.

"Coba Baginda perhatikan 2 digit huruf teakhirnya dari setiap nama" Soekoni sambil menunjukkan kertasnya.

IrsraIS,almasihTA,saraswatiNA,MahesaRA.

"ISTANARA... Apa yang dimaksudkan?" Ujar Baginda.

"Yang menjadi tahanan yang ditangkap itu bukanlah mereka Baginda. Nama-nama mereka adalah Isra,Almasih,Saraswati,Mahesa.

ISTANARA yang dimaksud adalah ISTANA RA. Beguitulah allnalisa saya Baginda" Jelas Soekono.

Karena kesalahpaham analusa dari Soekono, Dilepaslah yang ditangkap oleh para prajurit. Dan Bagindapun memerintahkan, Untuk sementara ia mau sendiri dulu dan tidak mau untuk diganggu. Baginda teringat akan pernah terlitar di pikirannya ada orang yang pernah mengatakan ISTANARA namun tudak begitu jelas dalam pikirannya.

****

Dia Isra dan sebagainnya memutuskan untuk memasuki desa setempat. Karena merekapun membutuhkan makanan.

"Pak bolehkah kita menginap disini semalam" Tanya Mahesa.

"Tidak boleh, kalau Baginda Raja Istana tahu hancurlah kami. Sebaiknya kalian pergi dari sini. Kami sudahlah sejahtera,aman damai" Jelas ketua adat desa.

Akhiranya mendengarkan perkataan ketua adat desa itu, merekapun lekas pergi namun gejolak hati Mahesa tidak terima dilakukan rendah seperti itu.

"Kalian boleh merasa sejahtera aman dan damai. Sesekali perhatikan hati kalian, Kami sedang kesusahan dan kami adalah saudara kalian" Lugas Mahesa dan langsung pergi dari tempat desa itu.

Merekapun diseleksi oleh alam sampai hingga akhirnya yang tersisa Dia,Isra,Mahesa,Almasih,Saraswati,Trihadjo dan Hada.


Mutasir Kritis (PROSES)Where stories live. Discover now