Mutasir Kritis (PROSES)

Halaman 11

Baginda Raja Istana mengejar Mereka menelusuri jalan besar sedangkan Trihadjo mengejar melewati jalur hutan. Baginda Raja Istana membakar habis semua desa yang udah dia lalui. Karena marah akan tidak ketemunya dengan kelompok kunci. Namun rakyat setempat memberitau arah jalan kelompok kunci melarikan diri.

"Ampun Baginda, Kami tidak bekerja sama dengan mereka. Mereka melarikan diri ke arah sana" Jelas salah satu tokoh Rakyat setempat sambil menujuk arah kelompok kunci pergi.

"Kalian adalah pengikut yang setia, Aku sangatlah bangga" Ujur Baginda Raja.

"Terimah kasih Baginda Raja" Jawabnya. Namun seketika suasana Baginda Raja berubah.

"Bunuh. Mereka semua, jangan sampai ada yang tersisa satupun" Dengan keras perintah Baginda Raja.

Riuk-riukkan Rakyat jerit-jeritan Rakyat seperti sudah tidak terdengar di telinga Baginda Raja Istana. Dan semua gugur ditempat. Bau hangus rumah jerami, asap bertebrangan dilangit mengiringi kepergian Baginda raja dan prajurit untuk mengejar kelompok kunci. Begitu angkuh.

Dihutanpun sama kebakaran terjadi semua hewan-hewan terusik untuk menyelamatkan diri mereka. Trihadjo dan kelompoknya tidak memperduikan.

"Bakar semuanya.. Biarkan hewan-hewannya keluar dan mencari perlindungannya" Tegas Trihadjoe.

Soekono tak sanggup melihatnya, hanya sedih yang ia rasakan begitu, Semua hutan yang lebat lenyap dalam hitungan menit.

"Mereka tentu tidak bersembunyi dihuta, Bagaimana bisa kamu membakar semua hutannya ? Celaka" Tegur Soekono.

"Inilah yang diinginkan Pandawa, Bukan ?. Perpecahan, Kehancuran dan Peperangan hingga menimbulkan ketakutan" Jawa Trihadjo.

"Kalian semua akan dapat akibatnya, Bumi ini akan marah. Celaka kalian" Sahut Soekono.

"Wahahhahah, Mereka tidak akan lepas dari pengejaran" Kata Trihadjo.

Perjalan kelompok Trihadjo sangatlah jauh kalo di sebandingkan denga kelompoknya Baginda Raja Istana Sehingga kelompok Baginda Istana duluan sampai ke desa dimana persembunyian Isra dan kawan-kawan.