Chapter 10

3.5K 428 42
                                    

Lebih seru kalo baca sambil play mulmednya loh, coba aja 😊

Hujan tengah turun dengan deras malam ini, kilatan cahaya yang terlihat saling bertabrakan di langit, disusul dengan suara gemuruh petir yang menggelegar tak lantas membuat Taehyung beranjak dari gemingnya. Pemuda itu mendudukan dirinya di lantai, bersandar pada tepian ranjang, bertahan dalam kegelapan dan hawa dingin yang mengisi kekosongan di ruangan itu.

Ponsel yang berada di genggamannya masih menyala, menampilkan kontak dengan nama Seokjin pada layarnya. Entah sudah berapa kali Taehyung mencoba menghubungi Seokjin, namun panggilannya selalu dialihkan ke mailbox.

Sudah minggu kedua sejak orang-orang suruhan kakeknya membawanya kembali ke rumah, dua minggu sejak terakhir kali dia melihat Seokjin, dan sudah dua minggu sejak semuanya berubah. Hidupnya, sikap Seokjin, bahkan kakeknya.

Taehyung menghela napas, pandangan sayunya kini tertuju pada jendela kamar yang dibiarkan terbuka, memperlihatkan jutaan tetes air yang berjatuhan dari langit. Sekali lagi Taehyung menghela napasnya, merasakan airmata yang mungkin akan menetes dari sudut matanya yang mulai memanas.

"Hyung.." Taehyung menelan salivanya kasar, tenggorokannya terasa tercekat. Lirihannya justru membuat hatinya semakin sakit. Irisnya kemudian terpejam bersamaan dengan setitik kristal bening yang dia biarkan mengalir melewati pipinya.

---

Ddrrt.. Ddrrt..

Seokjin yang tengah sibuk membolak-balik berkas di hadapannya lantas menoleh saat mendengar suara getar pada ponselnya. Dengan gerakan cepat Seokjin mengambil benda pipih itu, berharap panggilan itu datang dari salah satu orang suruhannya yang memberi kabar tentang keberadaan Jimin. Namun nama yang tertera jauh dari harapannya, membuat Seokjin terdiam beberapa saat.


Taehyungie is calling......


Seokjin hanya menatap ponselnya yang terus bergetar, tanpa berniat untuk menjawab. Pria itu menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, memantapkan hatinya untuk tidak mengacuhkan Taehyung kali ini.

Seokjin meletakan ponselnya dan kembali menyibukkan diri, berkutat dengan berkas-berkas yang sebenarnya tidak terlalu penting. Namun, apa yang hatinya inginkan tidak sejalan dengan pikirannya.

"Aku tahu kau membenciku, tapi aku mohon bawa aku keluar dari rumah ini. Aku tidak mau tinggal bersama Kakek, hyung. Aku janji tidak akan mengganggumu lagi setelah itu, eoh? Aku mohon,"

Bayangan Taehyung yang menahan kepergiannya hari itu kembali terlintas di benaknya, bagaimana lirihnya suara Taehyung saat berbicara padanya agar tidak didengar oleh orang-orang suruhan kakeknya, juga dirinya yang dengan tega melepas tangan Taehyung dan meninggalkannya begitu saja. Tidak mempedulikan Taehyung yang meronta, dan berteriak memanggilnya saat orang-orang suruhan kakeknya menyeretnya masuk. Seokjin terus melangkah pergi seolah menulikan pendengarannya.

"Aargh." Seokjin berteriak frustrasi, dadanya berkecamuk. Lagi-lagi Taehyung berhasil memporak-porandakan pertahanannya, meski Seokjin sudah berusaha mengabaikannya.

---

Namjoon melangkah cepat memasuki sebuah klub malam, suara bising dari musik yang diputar dengan volume di atas normal langsung menyapa gendang telinganya, juga bau alkohol dan asap rokok yang membaur di udara benar-benar membuatnya kesal.

Pemuda itu mengumpat dalam hati, kalau saja bukan karena Seokjin, dia tidak akan sudi menginjak tempat seperti itu. Namjoon menoleh ke sekitarnya, menyisir setiap sudut bangunan itu.

FaithWhere stories live. Discover now