Prolog

12.8K 722 44
                                    

Faith

"Kita tidak pernah tahu takdir seperti apa yang akan kita jalani di masa depan."
.

.

.

Seorang dokter dengan name tag Choi Siwon masuk ke ruang ICU dengan tergesa-gesa setelah seorang perawat memberitahunya bahwa kondisi pasien di dalam kembali kritis.

Suara dari mesin EKG yang berbunyi nyaring menyambut kedatangannya bersamaan dengan kepanikan yang terjadi disana.

Siwon merangsek mendekati ranjang pasien, "Apa yang terjadi?" tanyanya panik.

"Pasien Park Jimin mengalami henti jantung, Dok." jawab salah satu perawat sambil menggeser sedikit posisinya, memberi ruang yang cukup bagi Siwon untuk memudahkan tugasnya.

"Siapkan defibrilator!" ucapnya setelah selesai memeriksa keadaan Jimin.

"Baik, Dokter." Seorang perawat segera bergegas. Siwon menatap garis datar pada monitor EKG dengan tatapan sedih, kemudian beralih pada wajah pucat bocah yang terbaring di hadapannya.

"Semuanya sudah siap, Dokter." ucap salah satu perawat. Siwon menggangguk, dia menarik napas dalam-dalam kemudian memberi aba-aba, "50 Joule, all clear?"

"Clear." jawab para perawat serentak, pertanda tidak ada seorangpun yang menempel pada pasien maupun ranjang pasien.

Dokter itu menggosok kedua permukaan paddle sebelum ditempelkan pada dada Jimin, Siwon menekan dada Jimin kuat-kuat dan sedetik kemudian tubuh bocah itu sontak terangkat karena kejutan yang diterimanya.

Monitor EKG yang masih menunjukan garis datar, Siwon menghela napas kemudian melanjutkan tindakan resusitasinya.

Pasien dikejutkan untuk kedua kalinya, namun bunyi nyaring dari mesin EKG tidak berhenti. Masih dengan peluh yang membasahi wajahnya, Siwon kembali mencoba mengembalikan detak jantung Jimin, pasiennya.

Bertahanlah, Park Jimin!

Setelah itu semua menatap ke monitor EKG, garis yang muncul masih datar. Harapan selamat seakan sirna, dokter itu terduduk lemas.

"Dokter Choi!" salah seorang perawat bahkan harus menahan tubuhnya agar tidak jatuh kelantai.

Dokter yang dipanggil Dokter Choi itu menggeleng kemudian bangkit.

Bertahanlah untukku, Park Jimin. Aku mohon.

Dokter Choi menatap satu persatu rekannya, sebelum kembali berucap parau.

"Lakukan sekali lagi. Ayo suster lakukan sekali lagi."

Dokter Choi sudah bersiap melakukan CPR pada Jimin, namun seorang perawat terlebih dulu menahannya.

"Dokter Choi, anda tidak bisa melakukan itu."

Airmata yang sedari tadi menggenang dipelupuk matanya kini mengalir bebas.
Dokter itu mengusap kasar wajahnya berusaha menahan isakannya.

Dia merasa hancur.

Sebagai seorang dokter kehilangan pasien seharusnya sudah menjadi hal yang biasa. Namun kali ini berbeda, dia merasa Tuhan marah padanya atas dosa yang dia lakukan pada anak itu, hingga Tuhan tak memberinya kesempatan untuk menebus dosanya.

"Maafkan aku..aku mohon maafkan aku." ratapnya, tubuhnya meluruh, berlutut disamping ranjang Jimin. Menatap nanar tubuh mungil yang terbaring di atasnya.

FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang