Chapter 9

3.8K 442 52
                                    


Sepertinya Seokjin sudah lupa kapan terakhir kali dia tidur dan makan dengan benar. Beberapa hari ini jadwal makannya benar-benar kacau, waktu tidurnya juga berantakan karena harus mengurusi pekerjaannya yang menumpuk akibat terlalu lama ditinggalkan-saat Taehyung drop beberapa hari yang lalu.

Sebenarnya pria itu sudah merasa tidak enak badan sejak tadi pagi, namun pekerjaannya hari ini terlalu banyak. Seokjin tidak mungkin membebankannya pada rekan-rekannya yang lain, karena bagaimanapun mereka juga punya pekerjaan masing-masing dan berakhir dengan dia yang memaksakan diri untuk terus bekerja saat tubuhnya meronta minta diistirahatkan. Awalnya semua baik-baik saja, Seokjin merasa dia bisa mengatasi dirinya, hingga saat di ruang operasi, tepat setelah operasi selesai Seokjin ambruk tak sadarkan diri.

Dan di sinilah dia sekarang, di ruangan salah satu seniornya. Setelah sadar dan mendapat injeksi di lengannya, Seokjin harus merelakan telinganya memanas karena terus mendengar ocehan si senior. Seokjin ditegur karena kelalaiannya tidak hanya membahayakan nyawanya sendiri, tapi juga nyawa pasien yang ditanganinya.

"Itu kan hanya operasi kecil, Hyung." ucap Seokjin sambil membuka-buka majalah di di depannya asal, dia sama sekali tidak tertarik dengan benda itu, dia hanya merasa bosan.

"Aku tahu, tapi bagaimana bisa kau mengoperasi pasien dengan kondisimu yang seperti itu?" merasa diabaikan senior itu menghela napas, dia mengambil majalah itu dan menyingkirkannya jauh-jauh. "Jangan anggap itu sepele, Seokjin. Sedikit saja kau melakukan kesalahan, akibatnya bisa fatal." ucapnya pelan, dia tidak marah justru sangat mengkhawatirkan Seokjin. Dia tidak ingin juniornya itu terlibat masalah dikemudian hari.

"Lebih baik sekarang kau istirahat."

"Hm, aku minta maaf, aku janji tidak akan mengulanginya lagi." ucap Seokjin, pemuda itu kemudian bangkit dari duduknya setelah ucapannya dibalas anggukan oleh pria yang lebih tua.

"Kau mau kemana? Aku menyuruhmu istirahat. Tetap di sini, aku akan mengawasimu." tanya si senior saat melihat Seokjin justru melangkah mendekati pintu alih-alih menuju ranjang di pojok ruangan itu.

"Aku istirahat di ruanganku saja."

"Aku akan kesana. Kalau kau tidak ada, aku benar-benar akan mencincangmu."

Seokjin bergidik ngeri, "Iish..kau itu psycho ya, Hyung?"

"Aku akan melihat Taehyung sebentar," ucap Seokjin, sebelum beranjak dari ruangan itu. Tanpa peduli raut kesal si senior karena ulahnya.

"Dasar keras kepala."

---

Teriakan dan makian penuh amarah terdengar saling bersahutan, juga air mata di wajah kacau ibunya. Meski kini Taehyung yakin dia tengah bermimpi tapi semuanya terlihat begitu nyata, perasaan perih dan sesak yang dia rasakan dulu setiap kali mendengar pertengkaran kedua orang tuanya, nyatanya masih bisa dia rasakan-seolah dia memang kembali pada waktu itu.

Kim Taehyung, pemuda itu terisak lirih dalam lelapnya. Tubuhnya yang meringkuk, mulai bergerak-gerak tak tenang sementara tangannya mengepal kuat, menggenggam udara hingga buku jarinya memutih.

Dia merasa seperti terombang-ambing antara sadar dan tidak sadar sampai pada satu titik dimana tubuhnya terasa dihempaskan begitu saja, membuat kepalanya pusing luar biasa.

Haahh!

Dengan keringat dingin yang menetes di pelipis, Taehyung membuka matanya. Napasnya tersengal. Pemuda itu bangkit, menghiraukan pening yang menyerang kepalanya. Dia menjilat bibirnya yang terasa kasar saking keringnya sebelum melemparkan pandangan ke sekeliling.

FaithWhere stories live. Discover now