Chapter 2

5.6K 620 93
                                    

Note: Jangan bosen, tolong di baca sampe bawah ☺

Taehyung menutup kembali pintu utama kediamannya dengan sangat pelan, dia tidak ingin menimbulkan suara sedikitpun yang bisa membuat semua penghuni rumah itu menyadari kedatangannya.

Malam sudah larut dan ruangan itupun sudah gelap, jadi dapat dipastikan bahwa mereka sudah pergi tidur. Taehyung sedikit bernapas lega, dia ingin cepat sampai di kamarnya, mengeringkan badannya dan segera tidur. Dia merasa seluruh badannya sakit, kepalanya juga pusing. Taehyung merutuki betapa bodoh dirinya yang nekat menerobos hujan hingga berakhir dengan pulang dalam keadaan basah kuyup.

Salahkan si berengsek Park Jimin yang membuat emosi Taehyung memuncak. Dia sudah terlalu kesal jika harus berlama-lama terjebak dalam 'atmosphere bisu' yang Jimin ciptakan dan kalau saja keadaan Jimin tak semengenaskan itu pasti Taehyung sudah menghajarnya habis-habisan.

Bayangkan saja, setelah mengantar Jimin pulang dan mengobati luka-lukanya, Taehyung menunggu selama berjam-jam untuk mendengar penjelasan dari Jimin tapi sampai detik dimana Taehyung hampir mengamuk di rumahnya pun Jimin tetap bungkam. Benar, Park Jimin memang berengsek.

Klik!

Lampu diruangan itu tiba-tiba saja menyala. Taehyung yang baru saja akan menaiki tangga menuju lantai dua tempat kamarnya berada lantas berhenti, dia menoleh dan mendapati seorang lelaki tua dengan kacamata yang membingkai wajah keriputnya tengah berdiri tak jauh dari pintu ruang baca. Ya ampun, sepertinya Taehyung melupakan keberadaan ruangan itu.

"Kakek.." Taehyung menelan salivanya kasar, jantungnya mendadak berdegup tak wajar. Dia takut, sungguh.

"Kau tahu sekarang jam berapa, Kim Taehyung?" suara berat sarat akan ketegasan itu terdengar bersamaan dengan derap langkah yang mendekat ke arahnya.

"Aku..minta maaf." mata Taehyung bergerak gelisah meskipun kini kepalanya menunduk.

"Apa kau kembali hanya untuk membuat masalah, hah?" tanya Tuan Kim geram setelah melihat luka lebam yang menghiasi wajah Taehyung, seragam sekolahnya kotor dan tubuhnya juga basah kuyup. Tuan Kim melepas kacamatanya tak sabar dan berteriak marah, "Apa kau sedang memberontak sekarang?"

Taehyung menundukan kepalanya semakin dalam. Dia tidak menjawab apalagi membatah, dia tahu apapun yang dia lakukan akan tetap terlihat salah dimata kakeknya. Lagi pula dia memang berbuat salah, jadi tidak ada gunanya membela diri.

"Kakek akan mengurus semuanya, satu minggu lagi kau harus kembali ke Amerika!"

Taehyung terkesiap, matanya membulat sempurna, menatap tak percaya kearah Tuan Kim yang sudah berbalik meninggalkannya.

"Tidak kek, aku tidak mau pergi." ucap Taehyung sedikit berteriak, menyesuaikan jaraknya dengan Tuan Kim.

Langkah Tuan Kim sontak terhenti kemudian beralih menatap Taehyung tajam. "Lalu aku harus membiarkanmu tetap disini, membuat masalah dan mengacaukan semuanya?" Tuan Kim ikut berteriak namun kali ini bukan karna jarak tapi karna amarahnya.

Taehyung mematung di tempatnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kata-kata Tuan Kim benar-benar menamparnya. Seburuk itukah dia di mata kakeknya?

"Sekali saja, apa kakek tidak bisa percaya padaku?" air matanya meleleh tanpa bisa dicegah namun Taehyung dengan cepat menyekanya.

Taehyung menarik napasnya dalam-dalam kemudian memberanikan diri menatap kedua obsidian gelap milik kakeknya.

"Aku..bahkan tidak bisa memanggilmu kakek didepan umum," Taehyung menjeda kalimatnya. Napasnya tercekat, Taehyung tidak mampu lagi menyembunyikan luka dihatinya.

FaithWhere stories live. Discover now