04

522 52 4
                                    

Play video diatas sebagai background music.
____

Chanyeol menoleh ke arah pintu yang dibuka perlahan. Ia kembali meletakkan kepalanya dengan nyaman di atas bantal setelah tahu siapa yang masuk ke dalam kamarnya.

"Kenapa tidak kembali ke rumah?"

Suara lembut itu memecah keheningan yang tercipta sesaat.

"Hanya ingin. Kenapa? Apa tidak boleh?"

Sangat ketus jawaban Chanyeol untuk Ibunya. Tapi wanita paruh baya itu sudah sangat memahami sifat sang anak hingga tidak memasukkan kalimat itu kedalam hatinya.

"Tentu saja boleh. Ini rumah mu juga." Wanita itu duduk di tepi ranjang, kemudian mengusap lengan Chanyeol lembut. "Tapi tidak biasanya kau menginap, apa terjadi sesuatu?"

Chanyeol mengabaikan pertanyaan sang ibu dan lebih memilih pergi menuju dapur, mengambil segelas air dan menenggaknya cepat.

Jujur, ia tidak ingin menjawab apapun karena memang Chanyeol tidak memiliki jawaban atas pertanyaan yang Ibunya lontarkan. Tanpa ia tahu, sang Ibu mengikutinya dan berdiri menyandar di pintu dapur.

"Bertengkar dengan Irene?"

"Tidak," jawab Chanyeol singkat.

"Sehun bilang kau memintanya untuk menjemputmu di bar. Kau mabuk dan meracau tidak jelas, mengatakan hal-hal yang tidak ia mengerti. Apa yang kau katakan padanya?"

"Aku tidak ingat,"

"Kau harus berhati-hati. Jangan sampai mengatakan sesuatu yang tak perlu Sehun tahu."

"Maaf, lain kali aku akan lebih berhati-hati."

Chanyeol muak sebenarnya ketika sang Ibu mulai membicarakan bagaimana ia harus bersikap, bertindak dan berucap di depan orang lain terutama Sehun.

Ia muak untuk harus selalu berpura-pura. Keluarga itu, sudah jelas berantakan, tapi Nyonya Park bertingkah seolah mereka adalah keluarga harmonis di depan Sehun. Setidaknya, anak itu tidak boleh mengetahui kenyataan yang ada di balik kata 'sempurna' yang selalu digambarkan oleh Ibunya.
Sehun anak baik, ia mudah terluka, jadi mereka berusaha menutupi segala sesuatu yang mungkin akan membuat keadaannya tidak baik.

Chanyeol mengambil tempat duduk di seberang Ibunya yang juga sudah duduk sejak beberapa saat lalu.

"Aku sudah mengurus semuanya. Kau hanya perlu duduk dengan nyaman."

"Soal apa?"

"Tentu saja Rumah Sakit."

"Ibu!" bentak Chanyeol dengan nada penuh penekanan. Ia benar-benar murka kali ini. Ibunya tak bisa berdiam diri dan berhenti bahkan ketika Chanyeol sedang berusaha mengurus karir dan hidupnya sendiri. "Berapa kali harus aku katakan, aku yang akan mengurus semuanya! Jangan campuri lagi urusan ku! Ini pekerjaan ku, hidupku! Aku tidak suka kau menggunakan cara licik seperti ini!"

"Licik bagaimana maksudmu? Aku hanya membantu agar kau tidak kesulitan, sayang." Nyonya Park menggapai tangan Chanyeol dan menggenggamnya erat.

"Sudah berapa kali aku katakan, aku akan naik ke posisi Dokter Kepala dengan caraku sendiri. Kau tidak perlu ikut campur!"

"Kita tidak bisa menunggu lebih lama, sayang. Kau harus segera naik atau Myungsoo yang akan mendapatkannya."

"Ibu!" Chanyeol sudah kehabisan kata-kata, ia memejamkan mata dan memijat pelipisnya kuat.

"Park Chanyeol, dengarkan aku. Kepala Lee akan segera pensiun dan kita harus selangkah lebih maju dari Myungsoo. Kau tidak ingin mengecewakan aku dan Ayah mu 'kan?" Ada nada cemas dan memohon yang Chanyeol tangkap dari perkataan Ibunya. Ia mengambil satu tarikan napas dan menghembuskan nya perlahan, membuka mata, melihat wajah sang Ibu yang penuh harap.

IF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang