11 : Sisi lain Kennant

4.6K 515 6
                                    

Blouse putih yang kupadupadankan dengan celena ripped Jeans akan menemaniku pagi ini. Tidak lupa riasan natural yang menghiasi wajahku.

Aku bangkit dari dudukku. Mengamati penampilanku dicermin. Perfect. Tidak buruk untuk bertemu dengan Kennant.

Pagi ini aku akan berangkat kuliah dengan Kennant. Tapi sebelum berangkat kekampus, Kennant akan mengajakku ke suatu tempat. Lagi-lagi dia tidak memberitahu. Ah, jadi tidak sabar. Kemana lagi pria itu akan membawaku.

Kennant : aku sudah didepan.

Setelah membaca pesan dari Kennant aku langsung menghampirinya. Aku membuka pagar sambil tersenyum kearahnya.

"Maaf, nunggu lama ya." Dia menggeleng.

"Ayo masuk."

Selama diperjalanan tidak ada percakapan diantara kami. Kalian pasti taulah alasannya. Dengan kondisi Kennant yang sepeti ini, sulit untuk kami berkomunikasi.

Aku mengamati jalanan dari luar jendela. Aku sangat asing dengan jalanan ini. Ini karena aku masih satu bulan dikota ini.

Aku menyeritkan keningku saat mobil Kennant berhenti. Kenapa Kennant membawaku ketempat seperti ini. Horror sekali.

"Ayo turun."

"Ha ? ah.. iya..iya."

Setelah turun dari mobil. Aku mengikuti Kennant dari belakang. Jujur saja aku takut dengan pemakanan. Pertanyaan-pertanyaan muncul diotakku. Siapa yang meninggal. Dan kenapa Kennant membawaku kesini.

Aku dan Kennant berhenti diantara dua makam. Kelly Alrtiemyla dan Arlnnant Rahardian nama yang ada dinisan diantara kami.

"Ini makam Mama sama Papa aku."

Aku mengangguk. Ah, jadi ini makam orang tuanya. Bodoh sekali kamu Jeslyn! Harusnya aku sudah mengetahuinya dari awal. Ada nama Rahardian. Seperti nama akhir pada Kennant. Tapi tunggu, Kennant. Apa itu singkatan Kelly Arlnnant.

Kita menaburkan bunga yang kita beli didepan tadi.

Mah, Pah, dia Jeslyn. Gadis yang sudah menjadi matahari di hidup Kennant. Dia gadis yang baik. Dia yang membuat Kennant percaya, kalau orang yang memiliki kekurangan seperti Kennant pantas didunia ini. Batin Kennant.

***

Setelah dari makam. Aku dan Kennant bersantai di kantin. Karena kelasku akan dimulai satu jam lagi. Sedangkan Kennant masih dua jam lagi.

Aku dan Kennant membicarakan banyak hal disini. Terutama tentang orang tuanya ketika masih hidup.

Ketika aku dan Kennant sedang asik berbincang. Tiba-tiba ada seseorang yang mendekati kita. Dia Mario, laki-laki yang pernah Kania ceritakan beberapa minggu lalu.

"Nama kamu Jeslyn kan ?" Aku mengangguk.

"Cewek secantik kamu kok mau sih temenan sama cowok bisu kayak dia." Dia menatap Kennant dengan tatapan merendahkan.

Aku bangkit dari dudukku. "Emang kenapa kalau Kennant bisu. Emang orang bisu nggak berhak punya teman ? Emang kamu siapa berasumsi seperti itu. Kamu bukan TUHAN. Lebih baik Kennant, dia nggak bisa bicara jadi dia nggak perlu ngomongi kejelekan orang lain. Dari pada kamu dikasih anugrah sama Tuhan malah dibuat menghina orang lain. Dasar sampah."

"Jeslyn..Jeslyn. Apasih yang membuat kamu belain dia. Cowok bisu yang yang berguna sama sekali. Cuma bisa a..u..aa..uu doang." Aku menggeram kesal. Ingin sekali aku menampar mulut laki-laki ini.

Bug

Mataku melotot sempurna ketika buku setebal sekitar 800 halaman melayang diwajah Mario. Kalian tau siapa yang melakukannya. Dia adalah Kennant. Dia yang melemparkan buku itu kemuka Mario.

Mataku kembali melotot saat tau apa yang terjadi pada muka Mario. Ternyata hanya dengan satu kali lemparan bisa membuat hidung Mario berdarah.

"Lo.." Mario menghapus darah segar yang mengalir dihidungnya.

Kennant bangkit dari duduknya menghampiri Mario dengan ekspresi datar. Ketika Mario ingin memukul Kennant tangannya terhenti oleh tangan Kennant. Kennant memutar tangan Mario sampai Mario meringis kesakitan. Kemudian Kennant mendorongnya hingga tersungkur dilantai.

Mario bangkit hendak memukul Kennant. Namun lagi-lagi dia kalah cepat dengan Kennant yang menonjoknya terlebih dahulu.

Bugh..bugh

Mereka saling memukul satu sama lain. Tanpa melihat pun aku tau pasti muka mereka sudah lebam-lebam.

Orang-orang hanya melihat tak percaya. Kennant yang selama ini pendiam dan tak pernah berbuat ulah. Tiba-tiba berubah menyeramkan. Jangan tanyakan bagaimana aku sekarang. Aku tidak kalah terkejutnya dengan mereka.

Aku memejamkan mataku erat. Tak berani melihat kearah mereka. Suara pukulan mereka terdengar mengerikan. Ingin mati saja aku rasanya.

Melihat aku yang nampak ketakutan. Kennant menghentikan pukulannya pada Mario. Dia mendorong mari hingga tersungkur ke lantai lagi. Kemudian membawaku pergi meningalkan Mario dan orang-orang yang masih mematung dengan aksinya.

Kita duduk disalah satu bangku pada koridor.

"Maaf kamu harus melihat semua ini." Terlihat penyesalan dari wajah Kennant.

"Aku baik-baik saja." Ucapku meyakinkan dia.

Kalian pasti tau. Arti kata baik-baik saja pada seorang wanita. Aku sama sekali tidak baik-baik saja. Ingitan saat Kennant menghajar Mario tadi masih berputar keras diotakku.

"Tapi yang dikatakan Mario ada benarnya. Cewek seperti kamu nggak pantes deket sama cowok bisu kayak aku."

Aku mendekat kearahnya. Kedua telapak tanganku kuletakkan untuk menutup kedua telinganya. "Sudah berapa kali aku bilang buat nggak usah dengerin omongan orang lain." Aku melepaskan tanganku dari telinganya. "Mereka tau apa soal kamu. Bukan Mario yang menentukan kamu pantas atau tidak. Tapi aku dan Tuhan."

"...." Kennant meringis kesakitan saat aku menyentuh luka disudut bibirnya.

"Jangan terluka lagi. Kamu membuatku khawatir."

Kennant tersenyum kearahku. Dia menggenggam tanganku erat. Beberapa detik kemudian Kennant memelukku. Aku sangat terkejut karena dia memelukku tiba-tiba. Tapi aku sama sekali tidak berniat melepaskan pelukannya. Karena berada di posisi ini sangat nyaman.

Kennant melepaskan pelukannya setelah beberapa menit.

"Maaf."

"Kamu nggak perlu minta maaf. Kapan pun kamu butuh aku, aku siap."

"Bukan cuma aku. Kapanpun kamu butuh aku, aku siap. Selama ini kamu selalu ada buat aku. Jeslyn, jangan pernah kamu menanggung lukaku sendiri." Aku mengangguk. Kemudian tersenyum kearahnya.

Kennant mengeluarkan kertas disakunya. Menuliskan sesuatu disana kemudian melipatny. Aku binggung. Untuk apa dia menulis disitu. Aku kan sudah bisa bahasa isyarat.

Kennant memberikan kertas itu sebelum berlari meninggalkanku. Aku semakin dibuat tak mengerti dengan pria ini.

Ku buka kertas itu dan membacanya.

'Kebaikan apa yang pernah ku perbuat sampai aku bertemu gadis sebaik dirimu. Aku menyukaimu Jeslyn.'



Tbc

I Can Hear Your VoiceWo Geschichten leben. Entdecke jetzt