PART 15

5.9K 311 7
                                    

Jangan jadi silent readers ya! Makasih

Pagi hari ini, berbeda dengan pagi sebelumnya. Hari yang senang berubah seratus delapan puluh derajat karena Ujian Nasional tiba di hari ini juga. Bintang masih terus sibuk di depan komputernya membaca dengan cermat soal yang bisa dibilang panjang itu. Ya, hari pertama Ujian Nasional adalah Bahasa Indonesia.  Pondok pesantren sudah menggunakan fasilitas Ujian Nasional Berbasis Komputer, jadi santriwan-santriwati disini tidak akan mengeluarkan alasan 'kertasnya sobek' ataupun 'tulisan hilang' lagi. Tapi, dengan sistem ini justru dapat alasan baru yaitu 'komputer mati' atau 'nggak ada sinyal'. Kedua sistem ini pastilah ada kelebihan dan kekurangannya. Contoh di UN Berbasis Komputer, sangat sulit untuk penderita rabun atau epilepsi yang tidak bisa berlama-lama di depan komputer. Namun ada juga kelebihannya, yaitu irit biaya dan mudah menjawab soalnya hanya dengan meng-klik jawaban.

"Alhamdulillah," Bintang mengakhiri dengan hamdalah.

Bintang menoleh ke arah teman-temannya.  Pertama, dia menoleh ke arah Adel yang duduk di sebelahnya. Dikarenakan absen yang diurutkan melalui abjad maka mereka bersebelahan.

Bintang menatap tajam Adel, ternyata dia belum selesai mengerjakan ujiannya. Lalu Bintang menoleh ke arah pojok kanan belakang lab yang diduduki oleh Zahra. Karena huruf depan dari namanya adalah 'Z' maka dia duduk dibelakang pojok yang paling kanan. Terlihat dengan jelas Zahra masih menatap dengan antusias soal di komputer itu. Bintang memutar kedua bola matanya sebal karena kedua temannya belum kunjung selesai juga. Padahal Bintang yang ketinggalan pelajaran lama pun bisa menjawab semua soal dengan mudah hanya dengan 1 jam saja.

Bintang mencoba mencari keberadaan Sheria. Gampang saja mencari sosok Sheria, karena dia adalah satu-satunya santriwari yang bercadar dalam sesi ini. Dan benar saja, Bintang dapat menemukan Sheria dalam hitungan detik. Bintang mengerutkan dahinya melihat Sheria yang sibuk membenahi jilbabnya yang menurut Bintang sudah rapi.

"Perasaan udah rapi, kok masih rempong aja tuh anak," gumam Bintang dalam hati.

Merasa diperhatikan, Sheria menatap balik Bintang lalu mengerutkan dahinya geram. Bintang terkikik pelan sambil menutupi mulutnya takut mengganggu peserta ujian lainnya. Mengisyaratkan bahwa dia sudah selesai, Bintang mengacungkan ibu jarinya kepada Sheria. Disusul balik, Sheria juga mengacungkan ibu jarinya pertanda dia sudah selesai mengerjakan.

Tiba-tiba..

"Mohon anak-anak yang sudah selesai mengerjakan ujiannya diharap diteliti lagi!" seru petugas berkacamata itu.

Bintang dan Sheria segera membenahkan diri lalu mengoreksi kerjaannya lagi.

"Alhamdulillah..." Gumam Bintang lega karena tidak diberi hukuman.

***

"Alhamdulillah hari pertama sudah kita lewati," Adel tersenyum girang.

"Iya, tapi besok MTK loh..." Lanjut Sheria. Adel mencubit lengan Sheria, "kagak usah dikasih tahu juga. Kan aku jadi keinget kan!"

Bintang dan Zahra hanya memperhatikan mereka sambil terkikik.

Terasa membosankan, Zahra akhirnya mempunyai topik lain, "Eh Bin, tadi aku lihat Ustadz Hannan lho!"

Bintang mengerutkan dahinya, kenapa disaat seperti ini justru ustadz Hannan balik lagi, "Hm?"

"Iya, tadi komputer ku sempat nggak ada sinyal terus ustadz Hannan bantu aku," Sheria akhirnya berganti topik.

Adel mengangguk, "Aku dengar, ustadz jadi kaya yang melayani kalau ada komputer rusak gitu loh. Seperti kalau nggak ada sinyal, komputer mati, atau masalah lainnya."

"Oh.." Bintang sudah tidak terlalu peduli dengan Ustadz Hannan. Sudah beberapa lama dia meninggalkan nya dengan tidak adanya alasan. Eh malah balik saat lagi ingin serius-seriusnya.

"Kamu kenapa, Bin?" tanya mereka aneh. Tidak seperti biasanya Bintang seperti ini. Memang sih, dia itu cuek. Tapi tidak biasanya jika topiknya Hannan dia dingin seperti itu.

"Yuk kita ke kamar!" Bintang tidak mempedulikan pertanyaan teman-temannya. Dia malah langsung bergegas masuk ke kamarnya.

"Mungkin dia mau belajar," Kata Adel

"Yasudah ayo kita susul!" Tanpa berpikir panjang akhirnya mereka menyusul Bintang yang ternyata sudah sampai dikamar.

Bintang nampak sedang tidur terkurap dengan buku yang menumpuk hingga wajahnya tak nampak lagi. Mereka hanya tersenyum puas melihat Bintang yang ternyata sedang asiknya belajar untuk Ujian Nasional besok.

***

Bintang terisak dibalik buku yang menutupi wajahnya. Hatinya terasa di tusuk beribu-ribu duri. Ia merasa dipermainkan oleh ustadz Hannan.

"Kenapa disaat aku ingin mengejar citaku, cinta hadir menyelimutiku lagi?!" gumam Bintang.

"Apa yang harus disalahkan? Tidak ada. Itu memang bukan salah Ustadz. Itu salahku! Kenapa aku terlalu berharap sama dia. Lagian dia tugas seperti itu hanya atas perintah Kyai. Aku tidak boleh egois lah, ayo Bintang.. Buktikan bahwa dirimu bisa melupakan sosok ustadz Hannan dalam hidupmu," gumam Bintang menyemangati dirinya sendiri.

Bintang mengusap cairan bening yang tumpah ke pipinya lalu mulai belajar Matematika dengan serius. Baginya, Matematika adalah mata pelajaran yang paling sulit. Meski begitu, Bintang selalu saja mendapatkan nilai diatas 8.  Mungkin diluar sana banyak yang menganggap mudah, tapi ternyata nilainya terendah. Tapi Bintang tidak dengan mudah menyepelekan pelajaran itu karena Matematika itu juga pelajaran, bukan perkara cinta yang masih belum pasti akan pernikahan.

Hehehe... Maaf zara baru upload karena zara sakit..

Semangatin dong buat Bintang!!

Tapi kok uwe rada kesel ya? Soalnya Bintang cuma salah paham. Sadar lah Bin! Sadar!

Wkwkwk.. Kesel bat uwe..

Bonus foto Bintang nich wkw.. Cantik ya..🤗💓💙💕🔥

🤗💓💙💕🔥

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HALAL? (COMPLETE)Where stories live. Discover now