"Aku ga bakalan bisa hidup tenang kalau kayak gini. Nisaa.. kenapa kamu bego banget jadi orang."

"Ini ga bisa di biarin. Aku harus bicara sama mas Bayu." Tekad Nisa. Setelah menarik nafas panjang, dan setelah mengumpulkan keberanian dan kekuatan untuk menemui Bayu, Nisa keluar dari kamarnya yang menjadi saksi bisu sudah terjadi malam pertama antara dirinya dan Bayu.

Keluar dari kamarnya, Nisa menatap pintu kamar Bayu yang berada di hadapannya dengan wajah murung.

Namun hanya beberapa detik, Nisa kembali melangkahkan kakinya menuruni tangga. Dia berniat membuat sarapan. Nisa menuruni tangga sedikit kesusahan. Karena rasa sakit di pangkalnya tidak bisa membohongi. Nisa bahkan beberapa kali menghentikan langkahnya saat menuruni tangga tersebut.

Setelah mencapai tangga akhir, tiba tiba Nisa mengehentikan langkahnya. Matanya menatap ruang keluarga yang berada tepat di samping tangga dengan wajah kaget.

Di sana! Di ruang keluarga! Terlihat berantakan. Baju baju berserakan di mana mana. Bahkan bantal sofa sudah tergeletak mengenaskan di lantai yang sangat jauh dari tempatnya.

Nisa berjalan perlahan menuju ruang keluarga. Dia memunguti pakaian itu dengan pelan. Seolah dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.

Nisa memungut pakaian dalamnya yang berada tidak jauh dari sofa. Setelah selesai memunguti semua pakaiannya dan juga pakaian Bayu yang tadi malam mereka pakai, Nisa mendudukan dirinya di sofa yang lagi lagi menjadi saksi bisu terjadinya malam pertama.

Nisa menatap sofa itu dengan pandangan sedih. Dan kembali, sepenggal kejadian semalam antara dia dan Bayu kembali teringat di otaknya.

Nisa mengusap sofa di sampingnya yang kosong sambil tersenyum kecut.

"Lepas perawan di sofa? Ga buruk juga. Dari pada harus lepas perawan di kebon." Gumamnya lirih.

Kemudian tatapannya bertumpu di satu titik di atas sofa berwarna cream itu. Di situ! Terdapat noda merah yang sudah mengering mengotori sofa itu.

Nisa menatap noda itu lama dalam diam. Tatapannya terus tertuju ke situ, sampai dia tidak menyadari kedatangan Bayu yang saat ini sedang menuruni tangga sambil terus menatap Nisa yang sedang melamun di atas sofa.

"Nis." Panggil Bayu dengan suara pelan tapi lembut.

Nisa langsung terlonjak kaget ditempatnya. Saking kagetnya, Nisa sampai melemparkan pakaian yang ada di tangannya kembali ke lantai.

Melihat itu, Bayu hanya menatap Nisa dengan bingung, lalu memunguti pakaian yang tadi Nisa lempar.

"Ayo kita bicara." Ajak Bayu dengan suara lembut tanpa berani menatap wajah Nisa. Begitupun dengan Nisa, dia benar benar merasa sudah kehilangan muka di depan Bayu.

Nisa hanya mampu menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas ajakan Bayu.

Bayu berjalan ke arah meja makan setelah sebelumnya menaruh baju baju yang dia pegang ke keranjang cucian kotor. Nisa yang mengikuti Bayu dari belakang hanya bisa menundukkan wajahnya yang terlihat sudah tampak memerah entah karena apa.

Bayu dan Nisa duduk saling berhadapan di depan meja makan. Suasana di situ terasa canggung dan sunyi. Baik Nisa maupun Bayu, mereka seakan gagu untuk mengeluarkan sepatah kata dari mulut mereka.

Bayu hanya bisa menatap wajah Nisa yang sedari tadi terus merunduk. "Aku minta maaf nis." Ucap Bayu dengan suara tercekat, memecah keheningan diantara mereka.

Mendengar ucapan Bayu, Nisa langsung mengangkat wajahnya dan memberanikan diri untuk menatap wajah Bayu.

"Maaf karena sudah menyentuh kamu." Lanjut Bayu lagi, dengan wajah penuh penyesalan.

"Ini cuman kesalahan." Ucap Nisa tiba tiba. "Lagian dengan kamu meminta maaf perawan aku ga akan balik." Lanjutnya lagi dengan nada sedikit ketus.

Bayu terlihat kaget mendengar ucapan Nisa. Dia hanya bisa memandang wajah Nisa dengan wajah kagetnya.

"Sesuai perjanjian yang kami tulis. Kamu ga akan pernah sentuh aku." Jelas Nisa lagi, setelah melihat Bayu hanya diam menatapnya seperti orang bego.

"Dan tadi malam itu, anggap aja ga pernah terjadi." Tidak tahu kenapa, mendengar ucapan Nisa, Bayu merasa muak mendengarnya.

Sebenarnya apa yang ada di fikiran Nisa saat ini?? Kenapa Nisa malah membahas soal perjanjian yang di tulisnya sebelum mereka menikah dulu.

"Kamu bilang anggap ga pernah terjadi apa apa?" Tanya Bayu tidak habis pikir sambil tersenyum tidak percaya kearah Nisa.

"Terus kamu mau apa? Aku ga mau bahas masalah ini. Jadi anggap aja kejadian semalam itu tidak pernah terjadi mas." Ucap Nisa dengan nada ketus.

"Pikiran kamu sebenarnya ada di mana si?" Tanya Bayu benar benar tidak percaya dengan pikiran Nisa saat ini. Memangnya ada, perempuan yang baru di renggut keperawanannya secara paksa malah terlihat biasa saja, seperti wanita di hadapannya saat ini??

"Emangnya apa yang aku pikirin?" Tanya Nisa ketus.

"Apa mau kamu?" Tanya Bayu mulai terbawa suasana, Menjadi emosi mendengar ucapan ketus Nisa.

"Kenapa kamu malah nanya aku?" Jawab Nisa sambil tersenyum meremehkan.

"Bukannya disini kamu yang jadi sutradaranya? Aku kan cuman pemeran pengganti yang kamu minta untuk menggantikan si peran utama sebagai istri kamu." Ucap Nisa sinis.

Yang Nisa rasakan saat ini benar benar sakit. Apalagi saat mengingat statusnya yang menikah dengan Bayu hanya untuk menggantikan calon istrinya yang hilang entah kemana itu.

Nisa rasanya benar benar ingin menangis saat ini.

"Nis,"

"Semua keputusan ada di tangan kamu. Kamu ga usah tanya mau aku apa. Karena apapun yang aku ucapkan tidak akan merubah apapun." Seru Nisa memotong ucapan Bayu.

"Anggap aja tidak terjadi apa apa semalam, mas. Itu cuman kesalahan doang." Lanjut Nisa lagi dengan suara tegar dan menahan tangis.

Bayu hanya terdiam mendengar semua penuturan Nisa. Ada sesuatu yang seakan menohok hatinya. Hatinya seakan tidak terima dengan semua penuturan Nisa barusan.

Dia benar benar tidak bermaksud seperti itu? Dia mengajak Nisa berbicara tujuannya bukan untuk berakhir seperti ini. Dia ingin meminta maaf kepada Anisa karena sudah melanggar janjinya yang tidak akan pernah menyentuh Nisa sampai kontrak pernikahan mereka berakhir. Tapi apa daya. Karena di dorong hawa nafsu, obat perangsang, suasana, dan juga perasaan yang mulai tumbuh, Bayu benar benar tidak bisa mengontrol hati dan dirinya.

Bayu hanya bisa duduk terpaku di tempatnya bersama pemikirannya. Sementara Nisa, karena dia sudah tidak tahan menahan tangisnya, Nisa berdiri dari meja makan dan meninggalkan Bayu sendirian di ruang makan dengan beribu pemikirannya.

Semoga ini bukan awal dari sebuah bencana!!

*****

Maaf kalau ceritanya acakadul dan ga jelas. Yang penting up 😅😂😘😗😙😚😉😋🤗

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: Dec 17, 2018 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

BISAKAH AKU BAHAGIA: Stay With Me Please!!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu