26. Shit!!

5.5K 378 79
                                    

Setelah mengalami kejadian semalam, sikap Nisa jadi malu malu.

Dia juga seperti menghindari ku. Seperti tadi pagi. Saat biasanya kita sarapan bersama, Nisa malah menyibuan diri di dapur. Dia juga seperti sengaja menghindari ku. Dan yang membuatku semakin gemas padanya, wajahnya selalu bersemu setiap kali si Nisa melihatku. Jadi pengen cium pipinya yang berwarna merah itu.

__________

Setelah mengantar Anisa ke rumah mamah, aku langsung berangkat ke bandara Soekarno Hatta dan satu jam kemudian pesawat yang akan membawaku ke Bali meluncur di udara.

Sebenarnya proyek ini seharusnya bukan aku yang kerjain. Dan karena aku ga jadi ambil cuti untuk bulan madu ke Paris bareng si Sesil, akhirnya aku memutuskan untuk mengerjakan proyek ini.

Setelah hampir satu jam setengah di udara, pesawat yang ku tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Ngurah Rai.

Aku langsung menuju hotel di kawasan Ubut. Di sana juga sudah ada Gio yang dari kemaren sudah berada di Bali.

"Kenapa ga sekalian ajak si Nisa bay?" Tanya Gio saat kita makan malam bersama.

"Emang kenapa?" Tanyaku bingung sambil sibuk mengunyah makan malam ku.

"Ya ga papa. Itung itung bulan madu kan?" Tanya Gio lagi dengan muka bingung menatapku.

"Dia ga bakalan mau. Sebenernya, gue juga pengen ngajakin dia. Tapi gue takut khilaf."

"Khilaf  napa?" Tanyanya lagi. Kenapa si Gio mendadak jadi wartawan coba.

"Ya khilaf. Udah lah, makan aja! Ga usah banyak ngomong kaya babi!!" Perintah gue mulai kesal sendiri.

"Elo ada rencana punya anak ga bay?" Tanya si Gio lagi. Mengabaikan ucapanku yang menyuruhnya untuk makan.

Mendengar Gio bertanya seperti itu, gue jadi kepikiran. Apa gue pengen punya anak?

Dulu waktu aku merencanakan pernikahan dengan Sesil, aku sama sekali tidak pernah ada pembahasan masalah anak dengannya. Apalagi Sesil sudah mewanti wanti kalau dia belum mau punya anak sampai usia dia 30 tahun. Tapi mendengar Gio bertanya masalah anak sekarang, aku merasa tertarik.

"Elo ada rencana punya momongan dalam waktu dekat sama Nisa kan?" Tanya nya lagi mengagetkanku.

"Si Nisa masih muda. Masih 21. Kesempatan elo buat punya banyak anak sangat tinggi bay." Cerocos Gio. Sementara aku hanya diam mendengarkan ocehannya.

"Dulu kan elo pernah bilang ke gue. Kalau elo pengen punya banyak anak, kan? Ya elo pass banget. Nikah sama si Nisa. Udah masih muda, cantik, baik, imut, kalau si Nisa ada fotocopiannya, gue juga mau." Ucapnya panjang lebar.

Mendengar Gio yang menyebut Nisa cantik, imut, dan 'Gue juga mau'. Hati gue mendadak ga rela.

"Bacot lu, G. Jangan harap ada Nisa fotocopiannya ya. Ga Sudi gue." Ucapku tidak suka.

"Ga usah nyolot. Gue cuman ngomong. Cinta banget Lo sama bini Lo. Sampe fotocopiannya aja kagak mau Lo kasih ke gue." Anjing. Si Gio minta di tendang apa ya, mulutnya. Comel banget.

"Emang Napa kalau gue cinta ama bini gue." Tantang gue.

"Ya bagus kalo gitu. Gue ikut bahagia. Itu tandanya  elo udah ngelupain si Sesil, kan?" Tanya Gio menatap gue dengan serius.

Tunggu!! Apa tadi aku ada bilang kalau aku cinta sama bini gue? Si Anisa? Terus apa gue udah ngelupain si Sesil? Selama dua bulan gue nikah sama Nisa, gue sesekali masih mikirin Sesil. Tapi gue ga merasa sakit atau gimana, setiap kali gue inget penghianatan dia yang ninggalin gue di lima hari menjelang pernikahan kita.

BISAKAH AKU BAHAGIA: Stay With Me Please!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang