6. Apa ini sebuah takdir??

5.6K 343 26
                                    


Hari ini aku sedang sibuk mendisain beberapa bagian dari hotel yang sedang kami bangun saat ini.

Beberapa hari ini, aku dan Gio sering bekerja lembur untuk menyelesaikan desain kami.

"Bay, gw besok mau cek lapangan untuk yang terakhir, soalnya mulai Sabtu depan udah mulai pembangunan." Jelas Gio sambil berjalan membawa sebuah mug ke arah ku yang sedang sibuk mencoret coret kertas karton di hadapanku.

"Iya, gw ga bisa ikut. Soalnya nanti hari Sabtu gw mau fiting baju pengantin." Ucapku dengan cueknya. Aku tetap sibuk dengan kegiatanku mencoret coret kertas di hadapanku.

"Lo beneran mau nikah ama si Sesil ya?" Tanya Gio dengan sebelah alisnya yang terangkat.

Aku segera menyudahi menggambar desainnya dan segera menatap wajah Gio yang saat ini sedang berdiri di sampingku dengan pandangan datar.

"Emang kenapa? Kayanya lo ga suka banget, gw mau merit sama Sesil?" Tanyaku dengan pandangan tidak suka menatap si Gio.

"Ya ga papa. Gw cuman mau ngingetin aja. Mumpung waktu nikahan lo masih 2 Minggu lagi." Ucap Gio santai sambil menyeruput minuman yang berada di mug yang sedari tadi dia pegang.

Aku hanya mengedikan bahu acuh mendengar ucapan sakratis dari Gio.

"Sebagai sahabat terbaik lo. Gw cuman pengen elo mendapatkan jodoh wanita baik baik. Dan semoga elo di perjodohan dengan perempuan seperti itu Bay." Ucap Gio santai sambil menepuk pundak sebelah kiriku sambil tersenyum tulus.

Aku hanya bisa menyernyitkan kening mendengar harapan Gio untuk. Jadi maksudnya ngomong begitu ke aku itu apa?

"Jadi menurut Lo, Sesil itu bukan perempuan baik baik. Gitu?" Tanyaku menatap Gio dengan tajam.

"Gw ga ada bilang gitu ya." Jawab si kutu kupret Gio dengan santainya. Dan setelah mengatakan itu, Gio segera meninggalkanku dengan perasaan kesal. Dan juga moodku yang mendadak rusak karena mendengar ocehannya itu.

*****

Aku berjalan dengan santai menuju mobilku yang sengaja ku parkir di depan gedung perusahaan.

Saat aku hendak membuka pintu mobil, suara ponsel di saku celanaku mengintrufsi kegiatanku yang hendak membuka pintu mobil itu.

"Hallo." Sapaku setelah menekan tombol hijau pada layar ponsel.

"Bayu, kamu dimana?" Tanya mamah di sebrang sana.

"Bayu masih di kantor. Ini mau pulang." Jawabku sambil membuka pintu mobil dan memasukinya.

"Kebetulan kalo gitu. Mamah minta tolong, kamu nanti mampir ke warung nasi langganan mamah ya. Tolong kamu beliin mamah lauk yang kaya biasa." Ucap mamah dengan semangat.

Aku hanya mendengarkan ucapan mamah sambil menjalankan mesin mobil.

"Emang mamah mau beli apa aja?" Tanyaku lagi sambil memutar kemudinya.

"Udah. Kamu bilang aja, masakan yang biasa ibu Indri beli gitu. Nanti orangnya juga ngerti ko." Jawab mamah dengan semangat. Dan setelah selesai mengucapkan kata itu, mamah langsung memutuskan sambungannya secara sepihak.

"Cek. Kebiasaan banget." Gumamku sambil memasukan kembali ponsel kesaku jasku.

Aku segera melajukan mobilku dengan kecepatan normal menuju warung nasi langganan mamah. Kebetulan aku sudah beberapa kali mengantar mamah ke warung nasi langganannya itu.

*****

Aku menghentikan mobil tepat di pinggir jalan depan warung nasi yang bernama 'Warung Nasi Ibu Tuti' itu.

BISAKAH AKU BAHAGIA: Stay With Me Please!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang