9. Sepertinya, Aku (Tidak) Bersama Orang yang Salah

Começar do início
                                    

"Jadi maksudnya... kamu juga nggak suka gitu kalau saya panggil Runaya?"

"Hmm... Naya aja, unless you want to make it official."

Balasan bernada humor pintar perempuan itu membuatnya takjub hingga dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Okay, I will think about it. Naya."


Aksa dan Naya mengunjungi supermarket Coles di World Square malam itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.



Aksa dan Naya mengunjungi supermarket Coles di World Square malam itu. Tetapi tidak seperti rencana semula di mana mereka pergi ke sana untuk membeli bahan-bahan dinner, mereka mendatangi supermarket dengan jam buka hingga tengah malam itu karena Naya merasa perlu bagi dirinya untuk mempunyai cadangan makanan. Membawa serta sekotak granola bar, sup instan, dan 3pack Up & Go Chocolate Liquid Breakfast kini mereka berada di Macchiato, restauran Italia yang berada di perempatan Liverpool dan Pitt Street.

Kehadiran Bagas di rumah tentunya membuat homemade dinner yang dicetus Naya gagal terlaksana. Aksa tidak bisa menjamin bahwa adik tengilnya itu tidak akan memperkeruh suasana dengan mulut serampangannya jika mereka bertemu lagi.

"Saya keliatan lucu atau gimana sih, kok kamu rasanya ketawain saya?" Naya mendecak. Perempuan itu menyenggol kakinya di bawah meja. "Aksa, what is it?"

"Nothing," balasnya seraya menggelengkan kepala cepat-cepat. Aksa tidak menyadari bahwa dia tadi memamerkan senyumnya. Baru saja dia berpikir betapa lucunya Naya yang mengkhawatirkan wellbeing nya. Perempuan itu tidak mengukur sikap dengan wealth yang dia miliki, dan sudah lama sejak dia berinteraksi dengan seseorang yang tidak terlampau berhati-hati dalam berbicara dan bertindak di sekitarnya.

Dia lantas kembali mengarahkan kedua matanya pada menu yang sedang dia pegang. "Hmm... I think mussels, calamari, sama pizza, Capricciosa I think is good, kamu don't mind olives kan? Eh, ini Nutela pizza boleh deh buat desert nya."

"Hah? Banyak banget... cuman berdua ini." Naya mengerutkan hidungnya. Aksa sebenarnya ingin tertawa, karena dia tahu bahwa perempuan itu pasti sedang menghitung bill mereka nanti.

Naya bersikeras untuk menjamu dirinya sebagai balasan atas bantuannya malam ini, dan setelah perdebatan yang kecil namun sengit karena perempuan itu mati-matian menolak sarannya untuk mengunjungi restauran Tetsuya yang selalu memiliki standing reservation atas namanya, mereka beralih ke tempat ini.

"Cincinnya kayaknya mahal ya, pasti nggak akan ketemu kalau hilang di jalan," sindirnya membuat perempuan itu untuk sepersekian detik melotot sebelum memaksakan sebuah senyum menurut. "Caesar salad buat sides juga deh."

"Hah, serius?"

"Lapar. Tadi siapa yang bilang nunggunya bakal sebentar doang," balasnya mengingatkan bagaimana mereka tadi harus berdiri di luar pintu melawan angin dingin perubahan season selama empat puluh lima menit karena mereka datang tepat pada dinner rush hour.

Naya memaksakan kedua ujung bibirnya untuk mengangkat dan mengangguk sabar. "Ya udah, oke salad juga. Tapi kalau pesen pizza buat main sama desert too much deh menurut saya, jatuhnya malah eneg. Ganti tiramisu aja gimana?"

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Onde histórias criam vida. Descubra agora