3. Sepertinya, Kita (Tidak) Seharusnya Bertemu

51.7K 4.4K 417
                                    

3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3. Sepertinya, Kita (Tidak) Seharusnya Bertemu

♥️

Berbagai macam hidangan breakfast yang tersaji di Cafe Opera pada pagi ini terlihat sangat menggiurkan. Tetapi bagi Aksa, tidak ada yang lebih menarik daripada meninggalkan restauran milik hotel Intercontinental Sydney yang terletak di daerah Circular Quay tersebut.

Cangkir Espresso di depan nya tidak tersentuh, begitu pula dengan almond croissant yang disuguhkan di atas piring cantik oleh pramusaji yang bertugas melayani mejanya tadi.

Bukan karena Aksa tidak lapar sehingga dia tidak tertarik mencoba sajian dari tempat yang memiliki review positif di antara para pecinta makanan di kota pelabuhan itu, hanya saja, di kepalanya saat ini ada hal yang lebih mendesak untuk dipikirkan.

"Sa, you alright?"

Mendapati enam pasang mata tengah menatapnya dengan berbagai level ekspresi heran, fokus Aksa seketika itu juga terkumpul. Sejenak dia lupa bahwa dia sedang berada dalam business meeting dengan perwakilan perusahaan calon partner kerja mereka.

"We were just talking about dinner tonight, follow up on these proposal, what do you say?"

Aksa mengerti bahwa Dimas Radjiman, sepupunya yang juga menjabat sebagai Head of Legal perusahaan yang dia pimpin itu berusaha memberinya kode untuk menyetujui usulan itu dengan senyumnya yang mengancam, namun malam ini dia sudah memiliki rencana yang tidak bisa diganggu-gugat.

"I say we have dinner tomorrow," balasnya tanpa rasa bersalah, padahal dia tahu bahwa Dimas sudah bekerja keras agar mereka bisa mencapai agreement secepat mungkin.

"Oh, my apologies, I forgot about our schedule there for a sec," Dimas menganggukan kepala setuju dan sepupunya itu lantas mengatur ulang pertemuan mereka untuk esok hari.

Tidak pernah ada ceritanya bahwa seorang Adhyaksa Prasaja Hagam tidak memberikan seratus persen komitmen dalam semua hal yang dia laksanakan, dan terlebih lagi terhadap bisnis yang telah berada pada keluarganya selama tiga generasi ini. Tentunya, tidak sulit untuk mengetahui bahwa ada yang salah pada dirinya.

Sesuai dugaannya, iPhone nya tidak lama kemudian bergetar dan menampilkan pesan masuk dari Dimas.

What's wrong?

Berkelit dari Dimas bukanlah perkara gampang, selain karena sepupunya itu sempat menjadi seorang pengacara kriminal untuk tindak kejahatan white-collar di Amerika, sejak kecil mereka juga sering diasuh bersama sehingga Dimas sangat familiar dengan gelagatnya.

Aksa tidak membalas pesan tersebut. Dia lantas meraih cangkir dan meneguk kopi yang sebenarnya nikmat jika diminum sejam yang lalu itu.

"Yeah, I think we do have time to visit the office. It'll be great to see some of the faces we'll be working with in the future. It's not far from here, right? We should walk, it's nice outside."

Sepertinya, Cinta (UPDATE SUNDAYS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang