My Brother is Dead

2.1K 249 25
                                    

"apa yang kalian lakukan disini?"

Sebuah kejutan yang cukup membuatnya pening dipagihari dalam dua puluh tahun terakhir yang Stephen dapatkan. Di depan pintu apartmentnya, berdiri dua saudaranya, Sherlock dan Mycroft dengan tiga pengawal yang membawa tiga koper besar di satu tangan mereka.

"Tentu saja mengunjungimu, Stephen." Sherlock mendorong pintu apartment Stephen yang masih setengah terbuka dan masuk ke dalam meninggalkan tiga pengawal, Mycroft, dan Stephen di depan pintu.

"oh, hi brother dear," Mycroft mengembangkan senyumnya, menyapa Stephen, "kau tidak keberatan untuk menampungnya kan?" Mycroft mengangkat sebelah alisnya, sebelah tangannya memainkan payung hitam kesayangannya.

"baiklah, karena ini terlihat penting. Tapi ada apa?" setelah mengatakan itu Stephen membuka lebar pintu apartmentnya dan menyusul Sherlock yang sedang memakan satu toples cookies di ruang tengah.

"Jadi?"

"Ini demi kepentingan inggris, yang mereka tahu Sherlock sudah meninggal," Mycroft mulai menjelaskan setelah semuanya duduk, hanya Stephen yang menaruh perhatian kepadanya.

Stephen menatap Mycroft dan Sherlock bergantian sembari mendengarkan penjelasan Mycroft yang terdengat membosankan, "oke aku mengerti, sebaiknya sekarang kau kembali Mycroft, aku ingin mendengar cerita versi Sherlock."

"Apa?"

"Ya, aku tertarik akan sesuatu pada Sherlock," Stephen berjalan mendekati pintu, "jadi Mycroft, silahkan pulang dan hati-hati di jalan."

Mycroft berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Stephen di depan pintu, "oh ayolah Mycroft, aku sudah tidak sabar mendengar cerita dari Sherlock! Lagi pula kau memang harus pulang setelah ini bukan? Berterima kasihlah kepadaku, aku mempersingkat waktumu mengantar Sherlock."

"oke, sampai jumpa. Tolong jaga Sherl-"

"Goodbye Mycroft! Oh, Aku rasa dia bisa menjaga dirinya sendiri," Stephen memotong perkataan Mycroft, menyunggingkan senyumannya kemudian menutup pintu dan kembali duduk di hadapan Sherlock.

Keduanya diam untuk beberapa saat, otak mereka membuat deduksi atas satu sama lain setelah puluhan tahun tidak bertemu.

"HA, GAY!" Seru Sherlock setelah memyimpan berbagai deduksi seputar kembarannya.

"Ya kau benar. Dan kau juga," Stephen memajukan duduknya mendekat pada Sherlock, "HA, GAY!" Seru Shephen menirukan cara Sherlock berseru tadi.

Sherlock mengangkat bahunya tak acuh, "Oh ayolah Sherlock, aku tertarik dengan ceritamu. Kau terlihat khawatir atas sesuatu dan ini pasti berhubungan dengan skenario Mycroft tentang kematianmu dan orientasi sexualmu," Stephen bediri dan berjalan ke arah pantry.

"teh?" tidak menunggu jawaban Sherlock, Stephen meraih dua buah cangkir dan dua buah kantung teh.

Sherlock masih diam, tidak menanggapi Stephen, "mungkin kau tidak terbiasa menceritakan hal seperti ini kepada orang lain, tidak pada Mycroft, menyebalkan mendengar komentarnya, ia hanya mencintai dirinya sendiri. Tapi kau bisa bercerita kepadaku, karena kita sama."

Terdengar Sherlock menghembuskan nafasnya beberapa kali, "namanya Tony, kau pasti sudah melihat fotonya didekat televisi, dan ya, dia sangat berharga untukku," Stephen memulai ceritanya untuk memancing Sherlock bercerita, ia membawa dua cangkir dan kembali duduk di hadapan Sherlock.

"Jadi, John Watson? Benar?" Tebak Stephen.

Sherlock merebahkan punggungnya pada sandaran sofa, "ya, John Watson, aku terus memikirkannya. Moriarty sebelum menembakkan peluru ke kepalanya sendiri mengancamku akan membunuh semua orang yang aku pedulikan. John, Mrs. Hudson, dan Lestrade. Satu-satunya cara untuk mencegah itu terjadi adalah, jika orang-orang si sinting Moriarty melihatku membunuh diriku sendiri."

"oke, masalah itu sudah selesai. Bukan itu yang kau khawatirkan, benar?" Perbedaan Stephen dengan Sherlock adalah, Stephen selalu membuat deduksinya sebagai pertanyaan yang akan disetujui oleh yang bersangkutan dan Sherlock selalu membuat deduksinya sebagai pernyataan yang tidak bisa di bantah oleh orang yang bersangkutan.

Sherlock bangun dari duduknya dan langsung berjalan menuju pantry, "apa kau punya gula? Atau creamer?"

"Apa kurang manis?"

"Ya, aku butuh lebih banyak gula untuk menekan keinginanku untuk merokok." Sherlock meraih setoples sachet creamer dari salah satu lemari di pantry.

"Wow, kau sangat bekerja keras! John tidak menyukainya."

Stephen mendekati Sherlock yang sekarang duduk di kursi pantry. Stephen duduk di sebelah Sherlock, masih menunggu kelanjutan cerita saudara kembarnya itu.

Sherlock meneguk teh creamernya dengan perlahan, menyesapi rasa manis dan hangat yang cukup membuatnya tenang, "Ini rahasia, Stephen. Hanya Mycroft, Molly, dan dua puluh lima jaringan tunawisma yang mengetahui kalau aku masih hidup. Dan kau, tentu saja. Dan salah satu jaringan tunawisma ku, pagi ini melaporkan sesuatu."

"John?"

"Ya, tentang John. Dia kembali mengunjungi terapisnya setelah empat tahun ia berhenti," Stephen mengangguk paham. Sherlock sedang merasa khawatir, salah satu emosi yang selalu Sherlock elak dari pikirannya.

Stephen meletakkan cangkirnya dan berdiri, "oh brother dear."

Sherlock mendecakkan lidahnya, "ugh, kau terdengar seperti Mycroft sekarang."

Stephen terkekeh mendengar tanggapan Sherlock, "aku pikir kau memerlukan sebuah pelukan, Sherlock," Stephen merentangkan kedua tangannya.

"Apa?"

"sebuah pelukan," Stephen meletakkan cangkir Sherlock dan menariknya kedalam pelukan, "yang kau rasakan itu adalah rasa khawatir. Kau takut terjadi sesuatu dengan John. Aku tau kau akan menyangkal emosi yang kau rasakan sekarang."

Stephen mendengar Sherlock mendecakkan lidahnya.

"Apa kau pernah menangis?"

"Tidak, untuk apa?"

"Demi tuhan Sherlock!" Seru Stephen terkejut, "oke berapa lama kau akan tinggal disini?"

"Lebih dari satu tahun, mungkin?"

"Oke, selama itu aku akan mengajarimu perihal emosi. Kau terlalu banyak bergaul dengan Mycroft, itu tidak baik."

Sherlock tertawa mendengar pernyataan Stephen, "oh Mycroft benar-benar musuh bebuyutanku, dia menawarkan bayaran tinggi kepada John untuk memata-mataiku, bayangkan!"

"oh tuhan, Mycroft dan semua kaki tangannya benar-benar sialan," Stephen kembali tertawa menanggapi cerita Sherlock.

Mereka kembali duduk dan menghabiskan teh mereka, memakan buah dan beberapa potong cookies. Bercerita tentang semua pengalaman yang dianggapnya seru untuk diceritakan, membicarakan kakak mereka yang menyebalkan, Sherlock menceritakan berbagai kasus yang ia pecahkan bersama John, Stephen menceritakan awal dia bertemu dengan Tony dan The Avengers, Sherlock yang menolak percaya jika spiderman benar-benar ada, dan cerita-cerita lainnya.

Sampai...

"Stephen?" Stephen menghentikan tawanya, mendengar suara yang sangat dikenalnya memasuki indra pendengarannya.

"Ya, Tony, aku ada di pantry, kemarilah," seru Stephen kemudian kembali tertawa bersama Sherlock yang sedang menceritakan bagaimana ia mengerjai Mycroft untuk membuktikan suatu teorinya.

"Tony, kemarilah," Stephen melambaikan tangannya, meminta Tony untuk mendekat.

"Who the hell is he?" Tony berjalan mendekati Stephen dengan mata terpaku pada Sherlock.

"Tony, dia kembaranku, Sherlock, baru sampai pagi ini dari London," Stephen memperkenalkan Steherlock kepada Tony, "dan Sherlock, jangan buat dirimu terlihat mengerikan dengan menunjukkan deduksimu."

"Aku selalu membuat deduksi dengan semua yang aku lihat, Stephen," Sherlock mengelurkan tangannya pada Tony, "Sherlock Holmes."

"Tony Stark."

My Life Purpose (IronStrange JohnLock)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang