Chapter 8

16 2 0
                                    

Terima kasih sudah mampir di Difficult Choice :)
Sorry absurd...

***

Sesuai janji kemarin Bima akan memperbaiki guci Kiran, mereka kini dalam perjalanan ke suatu tempat.  Tempat yang hanya Bima dan tuhan yang tahu, karena mulut Kiran sudah berbusa sedari tadi terus bertanya tapi tidak dijawab oleh Bima. Disepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Tangan Kiran kini sudah berada di pinggang Bima, itupun tidak sampai mengalung hanya kaosnya saja yang ia tarik.

Sesampainya ditempat tujuan, Kiran langsung turun demi kesehatan jantungnya. Bagaimana tidak jika bersentuhan dengan Bima, membuatnya harus menahan mati-matian detak jantungnya yang kesetanan.

Setelah turun Kiran langsung melihat ke sekitar tempat itu, ia cukup mengenal tempat ini. Ia pernah kesini satu kali ketika ia mengantar pesanan Kue mamanya Bima. Kalau tidak salah ini rumahnya Bima. Maybe..

"Kak...ini rumahnya kak Bima ya?" tanya Kiran sambil menarik ujung kaos Bima.

"Bisa gak sih lo gak tarik-tarik kaos gue hah?"

"Eh eh maaf kak, ini rumahnya kak Bima ya?" tanyanya sekali lagi setelah melepas tarikannya.

"Menurut lo?!" ketusnya dan berlalu pergi masuk ke rumahnya.

"Ck dasar cowok ketus." katanya sambil mencebir.

***

Kiran kini mulai masuk ke dalam rumah Bima, alangkah terkejutnya melihat interior rumah Bima. Ia sampai berputar-putar sambil menatap ke langit-langit rumah Bima yang terdapat lampu besar nan elegan yang tergantung disana. Sewaktu mengantar pesanan, Kiran tidak masuk ke rumahnya Bima ia hanya menunggu diluar.

Kalau ntu lampu jatuh terus nimpa kepala gue ishh serem. Eh kok gue kampungan banget ya wakwakwkw. Batinnya geli kepada dirinya sendiri.

Kiran kini mengendap-endap seperti maling ketika sampai di ruang keluarga Bima. Ia menyusuri setiap Foto keluarga Bima dengan diam. Dalam hati ia terkagum-kagum melihat keluarga Bima yang rupawan dan cantik semua. Ternyata Bima memiliki empat saudara, dua laki-laki dan dua perempuan. Jika dilihat perempuan yang memakai setelan polwan itu seperti yang tertua, dan laki-laki yang bersetelan jas seperti pengusaha itu adalah anak kedua, kemudian perempuan yang memakai setelan dokter dan berhijab mungkin anak selanjutnya.

Wuah saudara-saudaranya Kak Bima sekolahnya tinggi semua. Wow daebak...gue diterima gak ya sama kakak-kakaknya kak Bima. Aish mikirin apa sih gue haha. Batinnya sambil senyum-senyum gak jelas.

Dan selanjutnya Kiran beralih ke laki-laki yang disamping Kak Bima, eh tunggu dulu ia seperti mengenal cowok itu. OH MY GOD itu kan Varo anak IPS yang cukup terkenal juga...

Jadi itu adiknya kak Bima, wuah adik sama kakak gak jauh beda... Tapi kok gue baru tahu ya. Batinnya sambil melongo.

"WOE NGAPAIN LO?!" teriak Bima di samping Kiran.

"Eh Varo Varo Bima Bima. WUAAAH?!" teriaknya kaget mendengar teriakan Bima. Sedari tadi ia selalu menggumamkan nama Varo dan Bima saking tidak percayanya bahwa mereka saudara. Alhasil karena terlalu kaget, ia refleks meneriaknya nama mereka. Poor Kiran.

"Kenapa lo sebut nama dan adek gue." ucap Bima dingin.

"Jadi Varo itu adiknya kak Bima. Wow daebak...Mancom daebak...Prok prok!!"katanya sambil bertepuk tangan. "kok gue baru tempe ya." katanya sambil menepuk jidatnya.

"Lo ngapain di sini? Kayak maling aja lo."

"Issh gue bukan maling kali kak." katanya sambil cemberut. "salah ya kalau cuma lihat foto kagak bakalan rusak juga kali yee. Dasar cowok pelit." gumamnya lirih tapi masih cukup didengar oleh Bima.

Difficult ChoiceWhere stories live. Discover now